Jumat, 22 November 2024

Siapakah yang menciptakan Tuhan...?

      Jika semua ada yang menciptakan, maka siapa yang menciptakan Tuhan...?" 

Pertanyaan ini sering muncul sebagai bentuk tantangan atau keraguan yang menguji keimanan seseorang. untuk menjawab pertanyaan ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang konsep keimanan, sifat Tuhan, dan keterpaduan antara dalil aqli (logika) dan dalil naqli (wahyu). Islam memberikan jawaban yang jelas dan rasional sesuai dengan manhaj syar'i.

Thariqah (metode) dalam menjawab pertanyaan tersebut bisa kita lakukan melalui :

Pertama Memahami Hakikat Tuhan melalui Dalil Naqli

Dalil naqli, yakni Al-Qur'an dan sunnah, adalah dasar utama untuk mengenal Tuhan. Dalam Islam, Allah SWT adalah Al-Khaliq (Pencipta segala sesuatu), Al-Awwal (Yang Pertama, tanpa permulaan), dan Al-Ahad (Yang Esa, tanpa sekutu). Sifat-sifat ini menegaskan bahwa Allah tidak diciptakan.

a. Allah adalah Pencipta Segala Sesuatu

Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur'an:

"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu." (QS. Az-Zumar: 62).

Jika Allah menciptakan segala sesuatu, maka Allah bukan bagian dari ciptaan. Sebagai pencipta, Allah tidak bergantung kepada makhluk atau hukum-hukum alam yang diciptakan-Nya.

b. Allah Tidak Memiliki Permulaan atau Akhir

Allah berfirman:

"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hadid: 3)

Keberadaan Allah adalah qadim (tidak berpermulaan) dan azali (tidak berkesudahan). Ini adalah sifat mutlak Tuhan yang membedakan-Nya dari makhluk.

c. Allah Tidak Serupa dengan Apa pun

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)

Pertanyaan "siapa yang menciptakan Allah?" muncul dari asumsi bahwa Allah adalah makhluk yang serupa dengan ciptaan. Padahal, Allah berbeda dari semua makhluk.

Kedua Penggunaan Dalil Aqli

Dalil aqli digunakan untuk memahami konsep Tuhan secara logis. Berikut pendekatan logika dalam menjawab pertanyaan tersebut:

a. Prinsip Sebab dan Akibat

Dalam logika, segala sesuatu yang memiliki permulaan pasti membutuhkan sebab (pencipta). Namun, Allah tidak memiliki permulaan. Allah adalah sebab pertama yang tidak disebabkan oleh apa pun. Ini sesuai dengan konsep "kausalitas" yang menyatakan bahwa rantai sebab akibat harus berhenti pada "penyebab yang tidak disebabkan."

Contoh analogi:

Jika kita melihat sebuah rumah, kita tahu bahwa rumah tersebut dibuat oleh tukang bangunan. Namun, pertanyaan "siapa yang menciptakan tukang bangunan?" akan terus berlanjut hingga kita tiba pada penyebab pertama. Dalam konteks ini, Allah adalah penyebab pertama yang tidak memerlukan pencipta karena keberadaan-Nya bersifat wajib (tidak tergantung pada siapa pun).

b. Konsep Keberadaan yang Niscaya (Wajibul Wujud)

Dalam filsafat Islam, Allah adalah Wajibul Wujud (keberadaan yang niscaya). Segala sesuatu di alam semesta adalah mumkinul wujud (keberadaan yang mungkin, bisa ada atau tidak ada) dan membutuhkan sesuatu yang wajib (tidak bergantung) sebagai asal-usulnya. Allah adalah satu-satunya yang wajibul wujud, sehingga tidak memerlukan pencipta.

c. Ketidakterbatasan Tuhan

Segala yang diciptakan bersifat terbatas, terikat oleh waktu, ruang, atau hukum alam. Namun, Allah tidak terikat oleh semua ini. Jika Allah diciptakan, berarti ada yang lebih besar dari Allah, dan ini bertentangan dengan definisi Tuhan sebagai Yang Maha Besar.

Ketiga Argumentasi logis dan Syar'i 

a. Menolak Premis yang Salah

Pertanyaan tersebut menyiratkan bahwa Tuhan termasuk dalam kategori makhluk yang diciptakan. Padahal, Allah dalam Islam adalah Al-Khaliq (Pencipta) yang tidak termasuk dalam kategori makhluk. Oleh karena itu, pertanyaan tersebut keliru secara logis.

Rasulullah SAW bersabda:

"Setan akan datang kepada salah seorang dari kalian dan berkata, 'Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?' Hingga ia berkata, 'Siapa yang menciptakan Tuhanmu?' Maka jika sampai kepadanya (pertanyaan semacam itu), hendaklah ia berkata, 'Aku beriman kepada Allah,' dan hendaklah ia menghentikan (bisikan tersebut)." (HR. Bukhari dan Muslim).

b. Sebab Pertama yang Tidak Tergantung

Allah adalah sababul asbab yaitu penyebab dari berbagai sebab-sebab yang ada. Jika setiap sesuatu harus diciptakan, maka rantai sebab-akibat tidak akan pernah selesai (infinite regress). Namun, akal sehat menunjukkan bahwa harus ada satu entitas yang tidak bergantung, yang menjadi sebab pertama bagi segala sesuatu. Itulah Allah.

c. Penjelasan Al-Qur'an Tentang Kesempurnaan Allah

Allah SWT berfirman:

"Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas: 3-4)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak berasal dari sesuatu (tidak diciptakan) dan tidak menghasilkan sesuatu seperti makhluk biasa.

Keempat Melatih Hati dan Akal untuk Menerima Wahyu

Keimanan yang shahih diperoleh dengan mengharmonikan dalil aqli dan dalil naqli. Dalam Islam, akal adalah alat untuk memahami wahyu, sementara wahyu adalah panduan yang meluruskan akal.

a. Kesadaran Bahwa Akal Memiliki Keterbatasan

Sebagai makhluk, manusia tidak dapat sepenuhnya memahami zat Allah. Sebagian hal hanya dapat dipahami melalui wahyu, seperti sifat-sifat Allah. Oleh karena itu, wahyu menjadi solusi bagi keterbatasan akal.

b. Menghentikan Pertanyaan yang Tidak Produktif

Rasulullah SAW memerintahkan agar kita menghentikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada ujungnya dan berpotensi merusak iman. Fokus kita adalah beriman kepada Allah berdasarkan dalil yang jelas dan membangun hubungan yang kuat dengan-Nya melalui ibadah.

khatimah

Bagaimana hati akan bercahaya sementara pernak pernik dunia menyelimuti cermin hatinya atau bagaimana kita akan melangkah menuju Allah sementara hati terbelenggu Syahwat nafsunya..?

Bagaimana mendambakan masuk pada keridhoan Allah sedang ia belum membersihkan noda (kotoran) kelalaiannya..? atau bagaimana mungkin ia bisa memahami dalamnya hakikat kebenaran sementara ia belum bertaubat dari kekeliruannya [Syarhu al hikam hal 17 Al Haromain]

Pertanyaan "siapa yang menciptakan Tuhan...?" berasal dari kesalahan asumsi bahwa Allah termasuk makhluk. Dalam Islam, Allah adalah pencipta segala sesuatu, yang tidak memiliki permulaan atau akhir. Dengan dalil naqli, kita memahami sifat-sifat Allah yang sempurna. Dengan dalil aqli, kita menegaskan bahwa keberadaan Allah adalah wajibul wujud yang tidak memerlukan pencipta.

قُلْ أَتُحَآجُّونَنَا فِى ٱللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَآ أَعْمَٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَٰلُكُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُخْلِصُونَ

Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati (Qs al Baqarah 2:139)

Tidak ada komentar: