َالعَارِّفُونَ بِّرَ ِّبهِّمْ هُمْ أَفْضَلُ۞ مِّنْ أَهْلِّ فَرْعٍ وَاألُصُولِّ تَكَمّلَا
" Orang-orang yang makrifat (benar-benar mengenal) tuhannya lebih utama dari pada orang yang sekedar menguasai berbagai cabang ilmu " [ Hidayatul azkiya bait ke-179 ]
Tuhan yang Haq (benar) Allah jalla wa 'ala bukanlah sekedar nama yang tersusun dalam lafadz, terucap didalam lisan apalagi imaginasi orang beriman tapi Dialah sumber dari segala yang ada sababul asbab (Prima causa)
Tapi mengapa Allah SWT Tidak bisa diuji dan dibuktikan secara Empiris..?
(Ketahuilah), Terdapat dua perbedaan dalam pembuktian diantara orang yang membuktikan keberadaan-Nya yang menjadi sebab adanya 'alam (ciptaan) atau keberadaan 'alam yang menunjukkan adanya pencipta. Dia mengetahui (mengenal) Pencipta yang Haq karena Allahlah pencipta dan pemiliknya. Dia menetapkan keimanan karena wujud asalnya. Sedang yang kedua berdalil alam bukti adanya Allah karena belum sampainya seorang hamba kepada-Nya. Bila tidak begitu sejak kapan Allah itu tiada...? Sehingga perlu dicari bukti untuk mengenal-Nya dan Sejak kapan pula Allah itu jauh hingga butuh jejak (bekas) peninggalan yang akan menghantarkan makrifat (mengenal) kepada Allah [Syarhu Al Hikam hal 27 Al Haromain]
Allah SWT adalah entitas yang transenden yakni berada di luar jangkauan inderawi & batasan ruang, waktu, dan materi yang dapat diindera manusia. Empirisme—yakni metode pengetahuan yang hanya bergantung pada pengamatan dan eksperimen—memiliki keterbatasan dalam mengakses realitas di luar dimensi fisik. Beberapa alasannya :
Pertama Allah SWT bukanlah zat materi (matter) tapi Dzat yang berarti ash shohibu yang bermakna pemilik yang termasuk min asmail khomsah dalam bab nahwu. sehingga Allah tidak bisa diuji secara empiris karena keberadaan-Nya diluar batasan materi dan panca indra manusia. Namun, tanda-tanda keberadaan-Nya terlihat jelas melalui keteraturan alam semesta dan prinsip rasional bahwa segala yang ada tidak mungkin berasal dari ketiadaan. Dalam Islam, keyakinan kepada Allah adalah hasil dari perpaduan antara wahyu, akal sehat, dan pengamatan terhadap alam semesta.
Kedua Keterbatasan Alat dan Indera: Metode empiris hanya dapat mengukur hal-hal yang bersifat material, sedangkan Allah SWT adalah wujud non-material (metafisik). Maka, keberadaan-Nya tidak dapat diakses melalui eksperimen laboratorium atau observasi pancaindra.
Ketiga Eksistensi yang Tidak Terbatas: Allah adalah Al-Khaliq (Pencipta), sedangkan metode empiris hanya bekerja pada ciptaan-Nya, yaitu alam semesta. Mustahil bagi sesuatu yang terbatas (alam) untuk mengukur atau membuktikan secara langsung sesuatu yang tidak terbatas (Allah SWT).
Keempat Keimanan Berdasarkan Wahyu: Keberadaan Allah SWT bukan sesuatu yang hanya dapat dibuktikan secara ilmiah, tetapi disampaikan melalui wahyu dan diperkuat oleh tanda-tanda-Nya (ayat kauniyah) di alam semesta. Sebagai contoh, keindahan dan keteraturan alam menjadi bukti rasional adanya Sang Pencipta.
Mengapa Mustahil Segala Sesuatu Berasal dari Ketiadaan ?
Prinsip Kausalitas : Dalam filsafat dan logika, dikenal konsep bahwa "segala sesuatu yang ada pasti memiliki sebab". Tidak mungkin sesuatu yang ada muncul tanpa sebab (eks nihilo). Ketiadaan (nothingness) tidak memiliki sifat, kekuatan, atau potensi untuk menciptakan sesuatu.
إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku [Qs Thohaa 20:14]
Keteraturan Alam Membutuhkan Desainer : Alam semesta menunjukkan pola keteraturan yang sangat kompleks, seperti hukum fisika, keseimbangan ekosistem, dan sifat konstan dari alam. Keteraturan ini tidak mungkin muncul secara acak dari ketiadaan, melainkan memerlukan desainer yang cerdas dan berkuasa, yaitu Allah SWT.
Argumentasi Rasional : Dalam argumen kosmologis dijelaskan bahwa segala sesuatu yang memiliki awal keberadaan (contingent) membutuhkan sebab. Namun, Causa prima atau Penyebab utama yang tidak disebabkan oleh apa pun haruslah entitas yang ada secara wajibul wujud (necessary) yaitu entitas yang selalu ada dan tidak tergantung kepada apapun, yaitu Allah SWT tuhan yang hanya kepada-Nyalah kita menyembah dan memohon pertolongan.
قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ قُلِ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَٱتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِى ٱلظُّلُمَٰتُ وَٱلنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا۟ كَخَلْقِهِۦ فَتَشَٰبَهَ ٱلْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّٰرُ
Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi..?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri..?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa" (Qs Ar Ra'd 13:16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar