Senin, 22 April 2024

Tujuan & tinjauan amal dalam islam

 صلاح الأمة في علو الهمة

Baiknya umat ini ada pada ketinggian cita-citanya ( 'unwanul kitab Sayyid bin Husain al'afani al mishri)

Setiap amal memiliki Tujuan. maka bagaimana cara seorang hamba memiliki himmatul aliyah ( tujuan & cita-cita tertinggi ) tersebut ? Serta bagaimana pula Cara Meraihnya hingga kepuncak tujuan (غاية الغاية) yang sesungguhnya...?

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :

قُلْ مَتَٰعُ ٱلدُّنْيَا قَلِيلٌ وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا

katakanlah Kesenangan didunia ini hanyalah sebentar (sementara) dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun (Qs An Nisa 4:77)

Tips Meraih Amal terbaik

1. Mencari ridho Allah Semata

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى 

Semua perbuatan tergantung niatnya, dan bagi setiap orang akan mendapatkan apa yang telah ia niatkan (HR Bukhari)

Sahabat beriman, niat yang benar akan menghantarkan pada keridhoan Allah yaitu menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan (Ghoyatul ghoyah). inilah pondasi amal seorang muslim.

  إنما الله غايتنا أي إلهي أنت مقصدي و رضاك مطلوبي 

Sesungguhnya hanya Allahlah Tujuan kita yakni hanya Engkaulah yang kutuju dan hanya RidhoMu yang kucari  

Karena Allah azza wa jalla mencela ahlul Kitab yang menisbatkan (menyandarkan) ibadah dan amaliyahnya kepada selain Allah SWT. Sebab itu merupakan bentuk kekufuran dan bisa menggiring pada kemusyrikan. 

ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَٰنَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوٓا۟ إِلَٰهًا وَٰحِدًا ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib (pendeta) mereka sebagai tuhan (hakim) selain Allah dan mempertuhankan Al Masih putera Maryam Padahal tidaklah mereka disuruh (perintahkan) untuk beribadah (beramal) kecuali hanya kepada Tuhan yang Esa, tidak ada penghambaan selain kepadaNya. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan (Qs at Taubah 9 : 31)

Dengan demikian seorang hamba tidak diperkenankan menyandarkan (nisbat amal) ibadah dan dakwahnya kepada makhluk atau kelompok tertentu selain kepada Allah SWT semata.

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا

Beribadahlah engkau kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun (Qs an Nisa 4:36)

2. Sesuai Syariah

Akal dan rasa bukanlah sumber kebenaran sehingga bila pendapat (akal), firasat atau perasaan hati (intuisi) bertentangan dengan nash-nash Syar'iyah maka kita harus kembali berjalan sesuai sunnah dan terikat dengan syariah dalam beribadah dan muamalah. Sebab Allahlah yang paling mengetahui hakikat baik buruk, benar Salah, tercela terpuji, halal dan haram.

Allah azza wa jalla berfirman :

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Dan apa saja yang Rasul saw perintahkan kepada kalian, maka ambillah (laksanakanlah), dan apa saja yang  dilarang kepada kalian maka tinggalkanlah”(Qs al-Hasyr : 7)

3. Level amal seorang hamba

Martabat ( tingkatan ) Amal :

1. meninggalkan yang haram itu Wajib

2. meninggalkan yang syubhat itu Wara'

3. meninggalkan perkara mubah yang melalaikan itu Zuhud

4. Istiqomah menyempurnakan ketaatan dengan amalan Sunnah itulah Taqwa

dimana Hakikatnya Taqwa ialah taat secara kaffah zhahiran wa bathinan fii imtisalil awamirillah wa ijtinabin nawahihi. Dan termasuk diantara ketaqwaan sebagaimana dinukilkan Imam ibnu hajar alhaitsami dari Abu darda Ra :

تمام التقوى: ترك بعض الحلال خوفا أن يكون حراما 

Sempurnanya ketaqwaan ialah meninggalkan sebagian yang halal karena takut terjatuh pada keharaman (Majmu' syuruh arbain hal 336 Markaz ibnul jauzi Mesir 2022)

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوٓا۟ أَعْمَٰلَكُم

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusak amal-amalmu. (Qs Muhammad 47:33)  

4. Qimatul amal

Adapun Nilai perbuatan (Qimatul amal) dari sebuah aktivitas. Ia merupakan hasil yang ingin digapai atau hendak diraihnya. contohnya :

1. Qimah madiyah (nilai materi) berdakwah tapi untuk mendapatkan bayaran atau kepentingan dan keuntungan duniawi 

2. Qimah insaniyah (nilai kemanusiaan)  menolong untuk meningkatkan solidaritas persaudaraan, pertemanan atau untuk meraih tujuan bersama sebuah kelompok atau komunitasnya.

3. Qimah akhlakiyah (nilai etika)

Berdakwah untuk meninggikan adab dan mencapai atau memenuhi tuntutan normatif kebaikan itu sendiri

 4. Qimah Ruhiyah (idrak silah billah)

Berdakwah hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah Subhanahu wa ta'ala semata

5. Quwwatul amal

Bila Qimatul amal adalah hasil atau Output yang ingin diraih sedangkan Quwwatul amal merupakan faktor pendorong seorang hamba dalam beribadah dan beraktivitas. contoh ada orang yang jujur untuk meningkatkan Personal branding dan integritasnya, ada pula yang terlihat jujur demi Omset bisnis dan loyalitas konsumen tapi ada juga yang jujur Karena penghambaan kepada Allah SWT hanya untuk mengharapkan keridhoan Rabbnya semata.

a. Maddiyah motivasi amal berdasarkan  materi, demi jabatan dan motif  duniawi semata

b. Maknawiyah motivasi amal Karena pujian, popularitas, citra diri (brand image) atau karena rasa kasihan, senang dll

c. Ruhiyah motivasi amal hanya untuk dan karena Allah SWT semata. 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (Qs At Taubah 9:119) 

6. Standar Perbuatan (Miqyasul amal)

Benarnya amal ditentukan oleh lurusnya niat serta keterikatannya pada Syariat atau hukum syara' baik khithob taklifi berupa Wajib, Sunnah, mubah (jaiz), halal, makruh dan haram maupun khithob wadh'i berupa tata cara pelaksanaannya. dengan demikian adalah keharusan bagi seorang hamba yang ingin meraih Puncak dari segala Tujuan amalnya (غاية الغاية) senantiasa terikat pada perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta'ala yang tersusun didalam fiqih islam.

Al allamah imam Taqiyuddin Annabhani Rahimahullah menjelaskan penting dan wajibnya belajar Fiqih (Dirosatul fiqh) untuk memahami Syariah : 

معرفة الأحكم الشرعية التي تلزم المسلم في حياته فرض عين على كل مسلم، لأنه بأن يقوم بأعماله حسب أحكام الشرع

Mengetahui hukum-hukum syariah yang dibutuhkan dalam kehidupan seorang muslim ialah fardhu 'ain. sebab setiap muslim diperintahkan untuk beramal sesuai hukum syara' ( Asy syakhsiyah al islamiyah juz 2 hal 8 ) 

Sahabat beriman, Maka mengamalkan fiqih baik dalam ibadah, muamalah dan dakwah merupakan bukti keimanan  & ketaatan untuk menggapai puncak penghambaan yang hakiki yaitu keridhoan Allah SWT

جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.(Qs Al Bayyinah 98:8) 

Tapi Nabi Saw juga mengingatkan Kita agar senantiasa berhati-hati (ikhtiyat) dalam beramal :

دع ما يريبك إلى ما لا يريبك

Tinggalkanlah apa saja yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu (HR Tirmizi dan Nasa'i)

Tidak ada komentar: