وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata : Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri ? (Qs Fushshilat 41:33)
Menjaga keistiqomahan
keberlangsungan perjalanan peradaban islam ditentukan oleh dakwah. dimana aktivitas perbuatan manusia sejatinya terdiri dari dua bagian mendasar yakni aktivitas fisik atau lahir (af 'alul jawarih) dan aktivitas hati atau batin (af 'alul Qolbi). dimana Allah SWT memerintahkan setiap hambanya untuk senantiasa istiqomah lahir dan batin.
Allah azza wa jalla berfirman :
فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
maka Istiqomalah kamu sebagaimana yang telah diperintahkan. dan siapa saja yang telah bertaubat bersamamu maka janganlah kalian melampaui batas. sesungguhnya dia maha melihat terhadap apa saja yang kamu lakukan (Qs Huud 11:112)
Baik istiqomah dalam amalan jawarih ( bil arkan atau badaniyah) seperti sholat, sedekah, tilawah, muthola'ah, dakwah maupun istiqomah dalam amalan Qolbu (batin) seperti merawat keimanan, keikhlasan, kesabaran, Wara', Zuhud, kebersihan hati dari berbagai penyakit bakhil (kikir), tamak, wahn dll. karena hakikatnya taqwa ialah taat secara kaffah dzahiran wa bathinan pada seluruh Syariat Allah SWT.
Imam badrudin ibnu jamaah Rahimahullah mengingatkan para ahli ilmu hendaknya :
أن يُطهرَ باطنه و ظاهره من الأخلاق الرديّة و يُعمّرَه بالأخلاق المرضيّة
mensucikan (membersihkan) bathin dan dzhahir (lahir) dari akhlak yang buruk serta menghiasinya dengan akhlak (adab) yang disenangi (terpuji) [Tadzkirotus saami' wa mutakalim hal 106 Dar 'alamiah]
sebab terkadang lemah atau minimnya gerak dakwah itu bukan disebabkan oleh kesibukan, kekurangan materi (financial) maupun tsaqofah para pengembannya melainkan disebabkan kelemahan hatinya dalam memprioritaskan dakwah sebagai Al Qhodiyah al mashiriyah (Persoalan paling Utama) dan Aulawiyah (prioritas) dalam kehidupannya.
Dakwah berjamaah
Nabi saw mengingatkan para pengemban dakwah yang telah Allah titipkan ilmu kepada mereka :
إن العلماء ورثة الأنبياء، و إنّ لم يورّثوا دينارا ولا درهما، إنما ورّثوا العلمَ
Sesungguhnya ulama itu Pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan dinar (emas) dan tidak pula dirham (perak). tiada lain mereka hanya mewariskan ilmu... (HR Abu dawud & tirmidzi)
Dakwah merupakan jalan kemuliaan para Nabi. para pengemban dakwah adalah orang-orang yang menapaki jalan kemuliaan Nabinya saw yang akan menjadikannya wasilah untuk mendapatkan Asy syafa'at al'uzma Rasulullah saw. dengan demikian mengharuskan dirinya meneladani Nabi saw yang menjadikan dakwah sebagai poros hidupnya. akan tetapi meskipun demikian Rasulullah saw sebagai seorang hamba pilihan yang ma'shum (terpelihara dari berbuat dosa) serta diijabah doa-doanya namun nabi saw tetap berdakwah bersama jamaah yakni kutlah sahabat Radhiyallahu anhum
Al allamah imam Taqiyuddin an nabhani Rahimahullah menjelaskan :
أما كون قيام الحزب كان استجابةً لقوله تعالى: ولْتَكم منكم أمةٌ يدْعُون الى الخير
فلأن اللهَ سبحانه قد أَمَرَ المسلمين في هذه الآية أن تكون منهم جماعةٌ مُتَكَتَّلَةٌ....
Adapun keberadaan hizb adalah jawaban dari firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
"dan hendaklah ada diantara kalian umat yang menyeru kepeda kebaikan (islam)".
maka oleh karena itu Allah SWT telah memerintahkan kaum muslimin pada ayat ini untuk menjadikan diantara mereka satu kelompok jamaah...
ويجب أن تكون هذه الجماعة المتكتلة حزبا سياسيا. وهذا آتٍ من ناحية أن الآية طلبتْ مت المسلمين أن يقيموا منهم جماعةً، ومن ناحية تحديد عمل هذه الجماعة بأنه الدعوة إلى الإسلام، و الأمر بالمعروف و النهىي عن المنكر
Wajib menjadikan satu kelompok jamaah sebagai hizb siyasi. ini datang dari aspek bahwasanya Ayat ini menuntut diantara kaum muslimin mendirikan jamaah. dari sisi pembatasan aktivitas dakwah kepada islam, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari kemungkaran [Ta'rif Hizb at-tahrir hal 5-6]
Dakwah siyasiyah
Pasca keputusan Mahkamah konstitusi (MK) senin, 22 April lalu terhadap Sengketa Pilpres 2024 (https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=20216&menu=2). Rakyat indonesia kembali lagi dan lagi dibuat sedih dan kecewa wa bil khusus umat islam yang terlanjur menaruh harapan perubahan didalam pilpres lalu dimana kita saksikan realitas kecurangan yang begitu Terstruktur, Sistematis dan Massif ( TSM ) ini semakin menunjukkan betapa rusaknya demokrasi dan jauhnya rasa keadilan.
Begitu pula pembantaian dan genosida kaum Muslimin digaza dan rafah yang sangat biadab dan memilukan...
disinilah urgensinya dakwah siyasi untuk mengembalikan kesadaran umat kepada arah perjuangan politik islam yang benar yang telah dicontohkan oleh Nabi saw. dimana para pengemban dakwah harus menuntun umat untuk meneladani marhalah (tahapan) dakwah nabi saw secara kaffah yang akan menghindarkan umat ini dari di'ayah (propaganda), tadhlil siyasi (Penyesatan politik), kejenuhan dan keputus asaan yang melahirkan mental oportunis didalam benak mereka seperti adigium atau prinsip yang sangat pragmatis "Maju tak gentar membela yang bayar" bahkan standar hidupnya untung dan rugi. misalnya mau berdakwah jika menguntungkan atau tidak merugikan waktunya.
Imam ibnul Qoyyim al jauzi mengingatkan bahaya pragmatisme yang melahirkan berbagai kompromistis, kelalaian, kemaksiatan bahkan pengingkaran :
أن يحذر مغالطة نفسه له على هذه الأسباب. هذا من أهم الأمور. فإن العبد يعرف أن المعصية والغفلة من الأسباب المضرة له في دنياه وآخرته
hendaknya ia Waspada dari kekeliruan diri atas sebab-sebab ini (maksiat dan kelalaiannya) ini merupakan bagian perkara-perkara yang paling penting bahwasanya seorang hamba menyadari bahwa maksiat dan kelalaiannya diantara sebab-sebab yang memudhoratkan baginya baik didunia maupun akhiratnya [Ad da' wa dawa' hal 17 Dar 'alamiah]
oleh karena itu para pengemban dakwah hendaknya senantiasa membekali dirinya dan umat dengan tsaqofah hizbiyah juga dilengkapi dengan membekali ulumul Roqoiq yakni ilmu-ilmu yang dapat melembutkan hati seperti kitab-kitab tazkiyatun nufus (mensucikan jiwa) atau tashfiyatul qulub (membersihkan hati) yang dapat meningkatkan adab dan nafsiyah para pengemban dakwah dan umat ini.
khatimah
Melanjutkan kehidupan islam merupakan 'Azhomul wajibah (kewajiban yang paling agung) dimana Perubahan islami yang hakiki (Taghyirul inqilaby) akan terjadi melalui jalan umat. maka saatnya kita para pengemban dakwah bergandengan tangan memikul amanah dakwah bersama terjun ditengah-tengah umat (dukhulul mujtama') menjemput Nashrullah Pertolongan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar