Setiap muslim wajib Beriman kepada qadha & qodar serta taqdir baik dan buruk dari Allah SWT meliputi ilmu, qudrah, irodah, lauhul mahfudz serta hakikat penciptaan perbuatan hamba. Namun dalam perkara ghaib seorang Muslim Wajib bergantung dan bersandar (tawaquf) kepada dalil dalam memahami perkara mughayyabah (ghaib) tersebut.
Hakikat dari Qodho & Qodar Allahlah yang menciptakan segala sesuatu lagi maha kuasa atasnya dengan qudrah (kekuasaan) dan irodah (kehendak)Nya
الله خالق كل شيء (Qs Az zumar 32:62)
Tapi, Sayangnya istilah Taqdir dan qodarullah ini seringkali dijadikan "Tameng" alasan dibalik kemalasan, kesalahan, kegagalan oleh para pemalas & orang yang lalai sebagai pembenaran perbuatannya.
Disinilah fokus kajian kita, Apakah manusia itu bisa berbuat atas kehendaknya sendiri atau kehendak Allah semata tanpa pilihan....?
Apakah Bebas memilih atau dipaksa...?
1. Jabbariyah Allah Pencipta perbuatan dan iradah manusia. Sehingga Ia dipaksa berbuat tanpa ada pilihan
2. Mu'tazillah manusia yang menciptakan perbuatannya sendiri dan bebas memilih
3. Ahlus sunnah Allah yang menciptakan perbuatan manusia. Namun manusia sendiri yang memilih untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan berdasarkan kasb ikhtiarinya. Sebagaimana Allah azza wa jalla berfirman :
والله خلقكم وما تعملون
Allah menciptakan kalian dan Apa yang kalian perbuat (kerjakan) (Qs ash shaffaat 37:96)
Tapi Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman bahwasanya :
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka sendirilah yang merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Allah (Qs Ar Ra'd 13:11)
Natijah atau kesimpulannya bahwasanya Allah SWT adalah dzat yang maha adil lagi maha bijaksana yang dengan kasih sayangNya Dia menciptakan manusia dalam 2 keadaan adakalanya mukhayar (bebas) Dan adakalanya musayyar (dipaksa) atas apa yang ia alami dan jalankan.
1. Mukhayyar : manusia bisa memilih untuk mengerjakan atau meninggalkan suatu perbuatan dan akan dihisab berdasarkan pilihannya
2. Musyayyar : manusia hanya bisa menerima apa yang ia alami dan jalani tanpa bisa memilih dan ia tidak dihisab
قد جعل الله لكل شيء قدرا (Qs Ath Tholaq 65:3)
Sebenarnya Allah SWT telah menganugerahkan manusia akal (Rasio), Hati (Rasa), Pilihan (Qudroh) dan keinginan diri (irodah) untuk ia memilih mengerjakan atau meninggalkan suatu Perbuatan sesuai Syariat atau melanggarnya. Jadi ringkasnya :1. Pembahasan taqdir Merupakan dimensi ruang (mahal) Aqidah atau keyakinan.
2. Sedangkan Aktivitas perbuatan manusia berupa Pilihan-pilihannya dalam melakukan atau meninggalkan sebuah perbuatan Merupakan ruang amal apakah memilih taat syariah atau sebaliknya.
3. Adapun Polemik mutakalimin (ahli Kalam) terjadi akibat mencampurkan adukkan ruang keyakinan (Aqidah) dan ruang amal (syariat) yang terkontaminasi dari filsafat epicurisme & riwaqqisme. Sehingga mereka terjebak dalam membangun argumentasi keimanan & perbuatan terhadap perkara mughoyyabah (ghaib) dan Amal berdasarkan premis dan hipotesis mantiq dan filsafat.
Padahal Allah ta'ala telah memerintahkan manusia untuk berusaha beramal sesuai SyariatNya bukan berdiam diri dan "Pasrah" tanpa usaha sebab kita tidak tahu masa depan dari taqdir kehidupan diri sendiri. tapi kita bisa mencurahkan hati, pikiran, harta, tenaga waktu segenap daya dan upaya untuk mempersiapkan masa depan akhirat yang kita harapkan dengan seluruh potensi diri :
وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
Dan Apa yang diperintahkan Rasul padamu Maka kerjakanlah Dan Apa yang dilarang bagimu Maka jauhilah. Bertaqwalah kalian kepada Allah. sesungguhnya siksaan Allah amatlah pedih (Qs al Hasyr 59:7)
Oleh Karena itu, Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik bagi hambaNya. Sehingga kewajiban kita sebagai hamba terikat dengan perintah dan laranganNya dalam memilih dan menjalani kehidupan ini dengan berusaha (berikhtiar) dalam ketaatan bukan berdiam diri dalam kemalasan ✅
Sebagaimana Allah memerintahkan Kita untuk memiliki tekad yang kuat (Azam) lalu bertawakkal kepadaNya :
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
apabila kamu telah berazam. maka bertawakallah sesungguhnya Allah mencintai Orang-orang yang bertawakal (Qs ali Imran 3:159)
Dengan demikian Azam atau tekad yang kuat meniscayakan amal. maka Tawakal yang benar itu akan mendorong pelakunya menyempurnakan ikhtiar jawarih (sunatullah) dan ikhtiar langit doa dan Qona'ah bersandar hanya kepada Allah SWT semata bukan kepada sebab. Tapi disaat yang sama ia juga menyadari bahwasanya Allah Ta'ala memerintahkannya untuk senantiasa berusaha.
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
dan bahwasanya manusia itu tidaklah memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (Qs an Najm 53:39)
sehingga keyakinan dan tawakalnya tidak menafikkan (menolak) usaha dan kausalitas (sebab akibat) tapi justru akan berupaya menyempurnakan kasab ikhtiari untuk meraih tujuannya. Sehingga seorang Muslim boleh salah, gagal, kalah, bersedih tapi ia tidak boleh menyerah Karena setiap usahanya dalam mencurahkan hati pikiran, harta, tenaga waktu serta segenap daya dan upaya itu bernilai disisi Allah SWT :
فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَٰهُمْ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari kiamat yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada diri (an nafs) balasan apa yang diusahakannya (kasb) sedang mereka tidak akan dianiaya (dirugikan) sedikitpun (Qs Ali Imran 3:25)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar