Ushuluddin tersusun dari dua kata yaitu ushul dan ad din. Ushul adalah bentuk jamak dari kata Al ashlu yang berarti Asasan yakni dasar, pokok atau pondasi. sedangkan ad din secara syar'i bermakna :
وشرعا على ما شرعه الله على لسان نبيه من الأحكام و سمي دينا
Dinamakan Ad din secara syar'i karena ia berdasarkan apa yang telah Allah Syariatkan ia melalui lisan NabiNya Saw berupa Hukum-hukum islam (Kasyifatus saja fi syarhi safinatin najah hal 16 Darul 'alamiah 2018)
Allah SWT telah menuntun hambaNya dengan AgamaNya yang lurus. tanpa memahami ushuluddin (Pilar-pilar pokok Agama) secara komprehensif (menyeluruh) dan mendalam terhadap kekayaan khazanah Islam (Sarwatul fikriyah) dengan berbagai cabang disiplin keilmuan dan Tsaqofahnya (funun al islam) kita tidak dapat melihat kesempurnaan dan keagungan Islam. Bahkan sebaliknya minimnya literasi & sempitnya cara pandang (Worldview) telah menyebabkan sebagian kaum Muslimin terjebak pada perdebatan, kebencian dan permusuhan.
Pilar-pilar Utama Islam (Ushuluddin) yang menjadi dasar bangunan Agama ini telah Allah SWT tetapkan kepada NabiNya Saw yaitu iman, islam dan ihsan yang bersumber dari hadits Jibril as :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَارِزًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِيمَانُ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكِتَابِهِ وَلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ الْآخِرِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ pada suatu hari berada di hadapan manusia, lalu seorang laki-laki mendatanginya seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, apa itu iman ?' Beliau menjawab, 'Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, beriman kepada kejadian pertemuan dengan-Nya, beriman kepada para rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan yang akhir.' Dia bertanya, 'Wahai Rasulullah, apa itu Islam ?' Beliau menjawab, 'Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan salat yang wajib, membayar zakat yang difardlukan, dan berpuasa Ramadan.' Dia bertanya lagi, 'Wahai Rasulullah, apa itu ihsan ?' Beliau menjawab, 'Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu (HR muttafaqun alaih)
Bahkan Al hafizh imam Ibnu hajar alhaitsami as syafi'i Rahimahullah menjelaskan :
حقيق بأن يسمى [أم السنة] كما سميت الفاتحة [أم القرآن] لتضمنها جمل معانية
Hakikat atau subtansi (dari hadits jibril as bersama Nabi saw ini) bahwasanya ia dinamakan intinya As Sunnah (Ummus sunnah) Sebagaimana Surah Al fatihah merupakan induknya Al Qu'ran (Ummul kitab) karena kandungannya yang menghimpun pilar-pilar Agama (Majmu' Syuruh Arba'in hal 163 Markaz ibnu jauzi 2022)
I. Iman melahirkan Tauhid dan ulumul Aqidah
تقدم أن هذه الخصال هي أصول الدين، و بها أجاب النبي في حديث جبريل المشهور
Sebagaimana telah dikemukakan bahwasanya jawaban-jawaban Nabi Saw atas pertanyaan-pertanyaan Malaikat Jibril as ini merupakan perkara Ushuluddin (Syarah Aqidah Ath Thohawiyah hal 287 Darul hadits 2005, hal 308 Ibda' Mesir 2014)
Pondasi Aqidah Terdiri dari 6 Rukun iman ia adalah asas bagi Tauhid yang lurus dan keimanan yang kokoh yang akan menentukan kekuatan bangunan ketaatan seorang hamba pada SyariatNya serta keterikatannya pada Sunnah Nabi Saw sebagai thoriqoh atau jalan penghambaannya.
فكل من كُلّف شرعا وجبا # عليه أن يعرف ما قد وجبا
Setiap orang yang telah ditaklif (baligh) secara Syar'i diharuskan baginya mengetahui apa saja yang telah diwajibkan atasnya (Tuhfatul murid 'ala Jauharit tauhid bait ke-9 hal 15 Darus salam Mesir 2019)
II. Islam melahirkan fikih dan 'Ulumul Syariah
قَالَتِ ٱلْأَعْرَابُ ءَامَنَّاۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا۟ وَلَٰكِن قُولُوٓا۟ أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ ٱلْإِيمَٰنُ فِى قُلُوبِكُمْۖ وَإِن تُطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَٰلِكُمْ شَيْـًٔاۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Orang-orang Arab Badui berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah berislam', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Qs al-Hujurat 49:14)
Pondasi islam Terdiri dari 5 Rukun Islam.Dimana Syahadatain Merupakan kunci Masuk (Log in) kedalam islam. Adapun keimanan ialah proses pembenaran secara pasti (tasdiqul jazim) melalui pengetahuan terhadap Tauhid & ulumul aqidah. Sedangkan Syariat itu laksana kompas bagi kehidupan dan GPS bagi perjalanan menuju kampung akhirat.
Al allamah Qodhi Taqiyuddin annabhani Rahimahullah mendefinisikan islam:
الإسلام هو الدين الذي أنزله الله على سيدنا محمدٍ، لتنظيم علاقة الإنسان بخالقه، وبنفسه، و بغيره من بني الإنسان
islam adalah Agama yang Allah SWT turunkan kepada nabi muhammad saw, untuk mengatur hubungan manusia dengan penciptanya, dirinya sendiri dan hubungan antar sesama manusia.
وعلاقة الإنسان بخالقه تشمل العقائد و العبادات، وعلاقته بنفسه تشمل الخلاق، والمطعومات والملبوسات، وعلاقة بغيره تشمل المعاملات والعقوبات
hubungan manusia dengan khaliq (Tuhan)nya meliputi perkara Aqidah (Tauhid) dan ibadah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri mencakup Akhlaq (adab), makanan dan minuman serta pakaian juga mengatur hubungan antar sesama manusia meliputi Seluruh muamalah dan Uqubat (Nizhomul islam hal 71 Darul ummah 2001)
III. Ihsan melahirkan Tashfiyatul Qulub & Tazkiyatun nafs
Syaikh Nawawi al bantani Rahimahullah menukil hadits Jibril as yang diriwayatkan sayidina Umar Ra bahwasanya Rasulullah Saw bersabda :
[أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك] هذا من جوامع كلمه، لأنه شمل مقام المشاهدة و مقام المراقبة
[Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, bila engkau tak melihatNya. maka sesungguhnya Allah melihatmu] ini termasuk ungkapan penuh makna sebab hadits ini menghimpun (kedudukan seorang hamba) yakni Maqom Musyahadah dan maqom Muroqobah (Kasyifatus saja fi syarhi Safinatin najah hal 41 Darul 'alamiah 2018)
Dari hadits mulia ini para ulama ushuli menetapkan Pilar didalam Tashawuf terdiri dari 2 Rukun ihsan :
A. Maqom musyahadah
B. Maqom muroqobah
Ulumul ihsan atau Tashawuf berfungsi membersihkan dan melembutkan hati (Tashfiyatul Qulub) juga mensucikan jiwa Serta menghaluskan rasa (Tazkiyatun nafs) menjadi insan mulia dengan ketinggian adab dan akhlaknya.
Namun Seorang hamba (Salik) yang menapaki jalan ketaatan & ketaqwaannya haruslah senantiasa terikat oleh Syariat Allah subhanahu wa Ta'ala Karena ihsan adalah Buah dari ma'rifatnya dalam meniti puncak penghambaannya :
والحق أن التصوف ثمرة جميع علوم الشريعة و ليس قواعد مخصوصة مُدَوّنة
Adapun yang benar bahwasanya tashawuf itu ialah buah dari seluruh ilmu-ilmu Syar'i dan tashawuf itu bukanlah kaidah-kaidah yang disusun sebagai kekhususan [dari 'ulumul Syariah] (Tuhfatul murid 'ala jauharid Tauhid hal 340 Darussalam Mesir 2019)
Alhasil, Dienul islam baik Aqidah, Syariah dan Tashawuf semuanya saling bertalian dan tak dapat dipisahkan apalagi dipertentangkan. dimana Aqidah dibangun dari dalil Aqli & Naqli melalui proses berfikir menggunakan rasionalitas (aqliyah) dan rasa (wijdan) dalam menetapkan dasar keimanan. sementara fikih adalah hasil ijtihad yang membutuhkan ketelitian & kehati-hatian & ketajaman rasio dalam memahami fakta (manath al hukmi) dan kehati-hatian & keadilan dalam mengistinbat hukum Berdasarkan kaidah-kaidah Ushul fiqih dan Qowaid Syar'iyah, sedangkan Tashawuf dikaji & digali dengan kebersihan jiwa (an nafs) dan dipahami dengan kedalaman rasa yang menghasilkan kesempurnaan ma'rifat kelembutan hati dan kemuliaan akhlak.
Hakikat Taqwa ialah taat secara kaffah zhahiran wa bathinan
Allah SWT telah memberikan manusia hati, akal dan keinginan (iradah) untuk memilah dan memilih beramal sesuai petunjukNya atau malah menyelisihinya. Seorang Salik (hamba) yang lurus akan senantiasa menjadikan Al-Qur'an dan As Sunnah sebagai tuntutan hidupnya. Dengan demikian keyakinannya yang benar terhadap Taqdir dan Tawakal tidak akan membuatnya mengabaikan ikhtiar apalagi menafikkan (meniadakan) sunnatullah atau kausalitas dan meninggalkan Syariat tapi justru akan mendorongnya untuk berusaha secara maksimal untuk meraih taqdir terbaiknya menuju puncak penghambaannya (ubudah) kepada kekasihnya yang sejati yang azali yaitu Allah SWT.
التوحيد موجب يوجب الإيمان، فمن لا إيمان له فلا توحيد له، والإيمان موجب يجيب الشريعة له، فمن لا شريعة له فلا إيمان له و لا توحيد، والشريعة موجب يجيب الأدب، فمن لا أدب له لا شريعة له ولا إيمان ولا توحيد
Tauhid merupakan kewajiban. ia mengharuskan adanya iman, maka siapa yang tidak beriman tiada tauhid padanya. keimanan itu kewajiban, ia mengharuskan keterikatan pada syariah. siapa yang tidak bersyariah maka tiada iman dan Tauhidnya. Syariah adalah kewajiban, ia meniscayakan adanya adab. siapa yang tidak beradab (berakhlak) maka ia belum bersyariah serta belum sempurna keimanan dan Tauhidnya (Ar risalah al Qusyairiyah hal 316-317 DKI Beirut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar