Setiap muslim diperintahkan untuk terikat & taat pada Syariah-Nya yaitu mengamalkan berbagai perintah dan menjauhkan semua larangan inilah hakikat taqwa yakni berislam Secara Kaffah :
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab terdahulu sekaligus batu ujian terhadap kitab-kitab itu. maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kalian semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (Qs al Ma'idah 5:48)
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ
Telah aku tinggalkan padamu dua perkara. Kalian tidak akan pernah tersesat selama berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya ( HR. Malik, al-Hakim, al-Baihaqi)
1. Mengenal hukum Syara'
Sumber hukum islam ialah kitabullah dan sunnah Nabawiyah, ijma' sahabat dan Qiyas syar'iyah. dimana Setiap Muslim wajib beramal dengannya. Syariat islam atau hukum syara' mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia mulai dari individu, masyarakat, negara, baik ibadah, muamalat hingga uqubat (sanksi hukum) baik lahir maupun batin. Namun dengan berbagai kompleksitas kesempurnaan mashodirul ahkam (sumber hukum) Islam dibutuhkan mujtahid ( ulama yang mampu berijtihad) untuk bisa menggali (istinbat) hukum syara' tersebut sehingga kaum Muslimin yang tidak memiliki kemampuan berijtihad diwajibkan mengikuti atau bertaqlid dari hukum syara' yang diistinbat oleh seorang mujtahid.
Al allamah al mujaddid Taqiyuddin annabhani Rahimahullah menjelaskan bolehnya bertaqlid (bermazhab) bagi seorang muqolid (orang awam):
أما التقليد في الأحكام الشرعية فجائز شرعا لكل مسلم. قال تعالى
Adapun taqlid dalam hukum-hukum Syariah maka dia adalah boleh secara Syar'i bagi setiap muslim. sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
maka bertanyalah kalian kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ulama) jika kamu tidak mengetahui (Qs an Nahl 16:43)
( Asy Syakhshiyah al islamiyah juz I hal 217 )
2. Mengenal ushul fiqh
Memahami dan mengamalkan hukum syara' atau Syariah dibutuhkan penguasaan ulumul maqosid dan ulumul wasail serta metodologi istinbat tertentu untuk berijtihad menghasilkan Produk hukum syara' yakni fiqih islam.
Pertanyaannya kenapa kita tidak langsung saja merujuk Al-Qur'an dan as sunnah...?
jawaban mendasarnya ialah lemahnya Penguasaan ulumul lughah dan Qawaid syar'iyah mayoritas kaum muslimin sebagai syarat utama memahami dalil-dalil Syariah.
إن دين الله لا يفهم بغير لغته كما أن استنباط أحكام جديدة للوقائع متجددة عن طريق الإجتهاد لا يتأتى بدون اللغة العربية
Sesungguhnya Agama Allah SWT tidak dapat dipahami dengan selain bahasanya (Arab), sebagaimana bahwasanya instinbat hukum-hukum baru dari berbagai realitas dan fakta yang terus berkembang melalui jalan ijtihad yang tidak akan bisa tanpa bahasa arab ( Ta'rif hizb at-tahrir hal 11)
Padahal Proses ijtihad tidaklah sekedar pemahaman terhadap lafadz dan makna nash atau dalil tapi juga bagaimana mendudukkan berbagai nash dalam suatu topik (quwwatud dalil) baik dari aspek Tsubut dan dilalahnya, Qoth'i dan zhanninya disatu sisi serta ragam ikhtilaf ushul, Qowaid kulliyah dan wajhul istidlal yang meliputinya.
Disinilah syarat berijtihad itu membutuhkan penguasaan berbagai funun islam terutama ushuluddin dan ushul fiqh.
Al Qodhi Taqiyuddin an nabhani Rahimahullah mendefinisikan ushul fiqh :
فأصول الفقه هي القواعد التي يبتنى عليها الفقه
Ushul fiqh adalah kaidah-kaidah Syar'i yang dibangun diatasnya fiqih
(Asy Syakhshiyah al islamiyah juz III hal 12)
Setelah mendeskripsikan fakta secara lengkap Maka perlu dilakukan tahqiqul manath agar dapat memahami fakta dengan benar. Selanjutnya dilakukan Pengkajian dalil-dalil syar'i untuk mendapatkan hukum syara' yang paling tepat & benar terhadapnya
1. Pahmun nushus
Pemahaman terhadap ragam ma'ani dari aspek haqiqoh, kinayah dan majaz dengan berbagai alaqohnya serta derivasi (istiqo') lafadz. Begitu juga kedudukan antar lafadz seperti : Amm khosh, mutlak muqoyad, mujmal mubayyan, muhkam, mutasyabih, Nashikh, nasakh, manskhuh, riwayat Dan diroyahnya serta illat yang terkandung didalamnya.
juga korelasi antar lafadz dalam tarkib dan jumal dari aspek qowaid nahwiyah, balaghah serta korelasi antar dalil dari sisi otoritatifnya dalam wajhul istidlal istimbat.
2. Khitob taklifi
Status hukum atas suatu benda atau perbuatan dalam islam seperti : halal, haram, wajib, sunnah, mubah (jaiz) dan makruh ini merupakan khitob taklifi atau disebut juga ahkamul khomsah yang menjadi standar amal setiap muslim (miqyasul amal)
3. Khitob wadh'i
Ringkasnya Tata cara pelaksanaan hukum syara' diatur dalam khitob wadh'i yang berfungsi sebagai mekanisme terlaksana (berlaku) atau tidaknya suatu hukum syara'.
Mekanisme (kaifiyah) penerapan khitob taklifi : Sah, batal, fasid, mani', 'azhimah, sabab, rukshoh, illat dan seterusnya.
Disinilah Al allamah Taqiyuddin Annabhani Rahimahullah menjelaskan penting dan wajibnya belajar Fiqih (Dirosatul fiqih) untuk memahami dan mengamalkan Syariah :
معرفة الأحكم الشرعية التي تلزم المسلم في حياته فرض عين على كل مسلم، لأنه بأن يقوم بأعماله حسب أحكام الشرع
Mengetahui hukum-hukum syariah yang dibutuhkan dalam kehidupan seorang muslim ialah fardhu 'ain. sebab setiap muslim diperintahkan untuk beramal sesuai hukum syara' ( Asy syakhsiyah al islamiyah juz 2 hal 8 )
3. Mengenal fiqih
Dari uraian singkat diatas tentulah kaum Muslimin yang awam tidak bisa berijtihad sendiri untuk mendapatkan hukum syara'. Namun umat Islam membutuhkan fiqih yang diistinbat oleh para mujtahid.
Al Qodhi Taqiyuddin annabhani Rahimahullah mendefinisikan fiqih :
الفقه هو العلم بالأحكام الشرعية العملية المستنبطة من الأدلة التفصيلية
Fiqih ialah ilmu terhadap hukum-hukum Syariah yang bersifat praktis yang digali dari dalil-dalil yang terperinci
(Asy Syakhshiyah al islamiyah juz 3 hal 12)
para imam mujtahid dan murid-muridnya mengumpulkan kodefikasi berbagai hukum Syara' melalui ijtihadnya didalam kitab-kitab fikih islam. Lalu mengajarkannya dengan bersanad secara talaqy untuk menjaga Validasi (kemurnian) hukum dan tsaqofahnya. Maka hendaknya Kita semakin tekun, giat dan bersemangat lagi talaqy turost, fiqih dan ushulnya agar Kita bisa benar dalam beramal sholeh serta lebih berhati-hati dan Selamat dari kekeliruan dalam beribadah dan berfatwa eeehh berdakwah...
Sebab setiap hukum syara' berlaku atau berjalan pada Ruang lingkup waqi'nya sehingga bila terjadi perbedaan atau perubahan fakta. maka dibutuhkan kembali tahqiqul manath yang baru atau lebih lanjut lagi untuk mendapatkan hukum yang benar terhadapnya, sehingga tidak boleh seorang Muslim mengeneralisir (pukul rata) suatu hukum atas manath yang berbeda.
Al allamah Taqiyuddin alhisni menukil dari imam Sufyan bin uyainah Rahimahumallah :
لم يعط أحد بعد النبوّة أفضل من العلم و الفقه فالدّين
Tidaklah diberikan kepada seorang pun setelah nubuwah (kenabian) yang lebih utama dari pada ilmu dan Fiqih didalam Agama ( kifayatul akhyar hal 16 Dar 'alamiah )
Waallahul muwafiq ila aqwamit thoriq

Tidak ada komentar:
Posting Komentar