Minggu, 17 November 2024

Sains menemukan Tuhan

Pencarian tuhan melalui sains sering kali berakhir kandas dikalangan Ateis Karena ketiadaan bukti empiris. Padahal skeptisme justru menghilangkan kewarasan akal sehat  & Rasionalitas bahkan Sunatullah (kausalitas) atas eksistensi Tuhan. Dalam paparan singkat ini akan Kita uraikan kemustahilan alam semesta tercipta atau berasal dari "ketiadaan"  ditinjau dari beberapa aspek :

 Pertama Matematika & Binary

- Matematika :

  Dalam konteks matematis, konsep ketiadaan bisa dipahami melalui ideal bahwa '0' (nol) tidak dapat menjadi dasar untuk menghasilkan '1' (satu) atau lebih. Dalam banyak sistem, '0' melambangkan ketiadaan, dan jika kita menganggap alam semesta sebagai '1' (existence), maka membuka argumen tentang bagaimana sesuatu dengan sifat eksistensial dapat muncul dari yang tidak ada (0) menjadi masalah fundamental. Jika kita mencoba untuk menerapkan operasi matematis, menunjukkan bahwa setiap 'hasil' (eksistensi) memerlukan input (sebab) menjadi tantangan besar.

- Binary :

  Dalam sistem biner, setiap angka direpresentasikan oleh kombinasi dari 0 dan 1. Ketiadaan diwakili dengan 0, dan eksistensi dengan 1. Untuk berpindah dari 0 ke 1, diperlukan suatu perubahan—sebuah "gerakan" dari keadaan tidak ada ke ada—yang lagi-lagi menekankan bahwa ketiadaan tidak dapat menghasilkan eksistensi tanpa adanya suatu proses atau penyebab.

Kedua Kimia Aksi dan Reaksi

- Hukum Aksi dan Reaksi :

  Dalam kimia, hukum aksi dan reaksi, termasuk hukum kekekalan massa, menyatakan bahwa dalam setiap reaksi kimia, jumlah massa sebelum dan sesudah harus tetap sama. Jika kita menerapkan hukum ini pada asal usul alam semesta, hal ini menyiratkan bahwa untuk setiap 'reaksi' (munculnya alam semesta), harus ada 'aksi' (keadaan awal yang ada) yang mendasari. Ketiadaan mutlak tidak dapat memberikan materi atau energi untuk terjadinya reaksi yang menghasilkan eksistensi.

- Keseimbangan Reaksi :

  Contoh lain dalam kimia adalah reaksi eksotermik atau endotermik yang memerlukan energi tertentu untuk dimulai. Ketiadaan energi atau materi membuat tidak mungkin adanya reaksi yang dapat mendorong penciptaan sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa segala bentuk penciptaan memerlukan faktor-faktor kimia yang ada sebelumnya.

Ketiga Hukum Kausalitas & Realitas

- Hukum Kausalitas :

  Hukum ini menyatakan bahwa setiap efek harus memiliki penyebab. Dalam konteks alam semesta, jika kita mengklaim bahwa alam semesta muncul dari ketiadaan, kita menghadapi kontradiksi: siapa atau apa yang menyebabkan penciptaan tersebut? Tanpa penyebab, argumen penciptaan dari ketiadaan menjadi sulit untuk diterima dalam konteks logika dan realita.

- Realitas :

  Realitas fisik berdasarkan pada interaksi dan hubungan antara objek dan energi. Jika kita menerima bahwa tidak ada apapun (ketiadaan), maka kita tidak memiliki kerangka nyata atau substansial yang mengarahkan pada eksistensi. Realitas yang kita kenal dibangun dari sebagian besar interaksi, yang tidak mungkin terjadi jika segala sesuatu dimulai dari ketiadaan.

 Keempat Fisika Kuantum

- Fenomena Kuantum :

  Dalam fisika kuantum, kita menemui konsep seperti fluktuasi vakum, yang melihat partikel muncul dan menghilang. Namun, fenomena ini tidak berarti bahwa sesuatu muncul dari ketiadaan mutlak; melainkan, ini menggambarkan dinamika dalam suatu bidang energi yang kompleks (vakum kuantum) yang selalu ada. Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam mekanika kuantum, ketiadaan mutlak tidaklah ada dalam pengertian fisik yang sebenarnya.

- Prinsip Ketidakpastian Heisenberg :

  Prinsip ini menjelaskan bahwa kita tidak dapat mengetahui posisi dan momentum suatu partikel secara bersamaan dengan presisi. Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam realitas kuantum yang tampak acak, ada batasan dalam prediktabilitas yang tidak dapat mengarah pada penciptaan dari ketidakpastian mutlak.

kelima Argumentasi Rasional dan Logis

- Logika Formal:

   Dalam logika formal, berlaku prinsip non-kontradiksi, yang menyatakan bahwa suatu pernyataan tidak dapat benar dan salah pada waktu yang bersamaan. Mengklaim bahwa sesuatu (alam semesta) muncul dari ketiadaan bertentangan dengan logika, karena kita berada di jalur menciptakan sesuatu dari yang tidak ada.

- Argumentasi Pembuktian:

   Selain itu, dalam penalaran rasional, kita sering kali menggunakan prinsip bahwa bukti harus ada sebelum sebuah klaim diterima. Mengklaim bahwa alam semesta berasal dari ketiadaan tidak memenuhi standar ini, karena kita tidak memiliki bukti empiris

ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (Qs Al-Baqarah 2:22) 

إنه الخالق و لا تخلقون ولا يكون إلها إلاّ من يخلق

Sesungguhnya Allah itulah yang maha menciptakan dan bukan kalian yang menciptakan serta tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Tuhan yang maha menciptakan [Tafsir jalalain hal 4 Maktabah ash shofa Mesir 2004]

Tidak ada komentar: