Menemukan jati diri yang sesungguhnya dan makna hidup yang sebenarnya Mengharuskan manusia memiliki kesadaran yang benar dan menyeluruh. Sehingga menuntut manusia menempuh jalan keimanan (thariqul iman) yang lurus dengan pengkajian, penelaahan & perenungan yang mendalam untuk meraih keimanan yang kokoh. tahapan-tahapan dalam memahami keimanan yang shahih ini membutuhkan Dalil-dalil yang Qoth'i (pasti) baik dalil aqly maupun naqly.
Al-Qur'an mengajak manusia untuk berpikir dan merenungi eksistensi dirinya‚ Tuhan-Nya & kehidupan ini. Allah SWT menyuruh manusia menggunakan akalnya untuk berpikir memahami tanda-tanda kebesaran-Nya :
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan ? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan ? Dan gunung-gunung, bagaimana ia ditegakkan ? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan ?" (Qs Al-Ghasiyah 88 : 17-20)
Ayat ini mengajak kita melihat, berfikir & memahami tanda-tanda keagungan Allah di alam semesta ini. Perenungan dan pemikiran mendalam dan benar akan membawa seseorang untuk mengenal dan meyakini adanya Sang Pencipta.
Dalam Surah Al-Ankabut 29:20 Allah SWT juga berfirman :
"Katakanlah, 'Berjalanlah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk).' Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Ayat ini dan yang semisalnya mendorong manusia untuk mencari bukti-bukti rasional & ilmiah dalam penciptaan sebagai jalan untuk memperkuat keimanan. Dengan melihat bukti-bukti penciptaan, manusia akan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Allah azza wa jalla.
Tahapan-Tahapan Meraih Keimanan
Pertama Pencarian ilmu
Keimanan yang kokoh dimulai dengan pengetahuan yang benar. Pengetahuan (ilmu) ini bisa berupa pemahaman dasar tentang mengenal Allah (makrifatullah), sifat-sifat-Nya, dan bagaimana tanda-tanda kebesaran-Nya yang tercermin di alam semesta. Pada tahap ini, seseorang mengumpulkan informasi yang valid baik dari Al-Qur'an, hadits, maupun sains dari berbagai masyaikh (guru) dan majelis keilmuan.
Kedua Perenungan & Pemahaman
Setelah mendapatkan pengetahuan yang benar, seseorang harus memahami dan menganalisisnya secara logis & rasional. Islam, mendorong akal untuk bertafakkur & bertadabbur Secara mendalam untuk memastikan dan menyimpulkan bahwa semua ciptaan, keteraturan dan hukum alam (fisika) tidak mungkin ada tanpa Sang Pencipta yang Maha kuasa.
Ketiga Menyadari & meyakinani
Kemudian Setelah memahami, menganalisis Serta mengkaji berbagai ayat-ayat qouliyah & kauniyah barulah seseorang akan mencapai keyakinan yang kokoh yang didasari oleh pemahaman dan bukti-bukti. Pada tahap ini, seseorang memiliki kepercayaan yang kuat dalam beriman kepada Allah dan ajaran-Nya.
Keempat Pengamalan & muhasabah
Keimanan yang benar akan tercermin dalam perilaku dan amal ibadah sehari-hari. Seseorang yang beriman akan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya sekuat tenaganya sebab Keimanan tanpa amal dapat menjadikannya lemah, sementara amal yang baik dapat memperkuat keimanannya. Namun sebagai insan yang lemah dan terbatas masusia pasti pernah melakukan kelalaian dan kesalahan. Maka jalan terbaik untuk memperbaiki diri ialah dengan senantiasa muhasabah (evaluasi diri) agar ia bisa selalu berbenah diri.
Kelima Qona'ah & Muroqobah
Keimanan yang sudah mengakar akan mengantarkan seseorang pada tingkat keikhlasan dalam beribadah serta tawakkal yang benar. Pada fase ini menunjukkan bahwa keimanan bukan hanya terbentuk dari pengetahuan, tetapi dari penghayatan mendalam akan adanya Allah sebagai sumber segala sesuatu yang maha mengetahui lagi maha mengawasi (muroqobah)
إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ
Sesungguhnya Aku adalah Allah yang tidak ada Tuhan (sesembahan) selain Aku, maka beribadahlah (sembahlah) Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatku (Qs Thaahaa 20:14)
Khatimah
Walhasil, harus selalu kita Sadari bahwasanya menemukan keimanan dan mencari kebenaran tanpa tuntunan hanya akan membawa manusia kepada eksperimental try & eror yang akan menghasilkan kemungkinan benar dan salah dalam kehidupan. Padahal hidup ini hanyalah sekali-kalinya dan kita takkan pernah bisa kembali kemasa lalu untuk memperbaiki keadaan yang telah berlalu....
لن ترجع الأيام التي ماضت
Takkan pernah kembali hari-hari yang telah berlalu...
والعصر. إن الإنسان لفي الخسر. إلا الذين ءامنوا و عملوا الصالحات و تواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
Demi waktu‚ sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang beriman dan beramal sholeh serta saling mengingatkan dalam kebenaran & kesabaran (Qs al ashr 103 :1-3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar