Senin, 18 November 2024

Ateisme bertentangan dengan sains

   Fenomena terbentuknya alam semesta memang menjadi misteri bagi orang yang tidak beriman. Merebaknya pemikiran sesat ateisme yang tidak mengakui eksistensi tuhan bergantung pada faktor acak, kebetulan dan tiba-tiba merupakan kesalahan empiris yang berusaha diilmiah dan dirasionalisasikan dengan berbagai dalih teori yang melanggar prinsip dasar kausalitas dan realitas itu sendiri. Misalnya adanya baju dan celana yang kita pakai mustahil ada dengan sendirinya atau menciptakan dirinya sendiri apalagi Kompleksitas DNA, RNA, mekanisme biologis, hingga pengaturan tubuh menunjukkan adanya penyebab yang lebih tinggi atau cerdas. Dalam sains modern, ada semakin banyak bukti bahwa kebetulan tidak cukup menjelaskan keberadaan fenomena kompleks ini, sehingga membuka ruang untuk refleksi terhadap keberadaan entitas atau prinsip yang melampaui materi melalui :

Pertama Kompleksitas DNA & RNA

Informasi dalam DNA: DNA merupakan molekul yang mengandung informasi genetik dalam bentuk kode, seperti A-T dan C-G. Informasi ini sangat kompleks, bahkan menyerupai bahasa pemrograman. Dalam sains modern, kompleksitas informasi semacam ini sulit dijelaskan melalui proses kebetulan acak seperti yang dijelaskan teori ateistik murni.

Paradoks Kausalitas: Untuk menciptakan informasi, diperlukan intelligence. Bagaimana informasi genetik yang begitu kompleks dapat muncul tanpa penyebab yang "cerdas" tetap menjadi pertanyaan besar.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Ateisme cenderung mengasumsikan bahwa mekanisme kebetulan (seperti mutasi acak) sudah cukup untuk menjelaskan lahirnya DNA. Namun, prinsip kausalitas mengharuskan adanya sebab yang sebanding dengan efeknya, sementara informasi kompleks seperti DNA biasanya berasal dari sebab yang terarah atau cerdas (intelligent cause).

Kedua Neurosains

Kesadaran: Otak manusia, walaupun berfungsi secara biologis, menghasilkan kesadaran, pemikiran logis, dan emosi. Fenomena kesadaran ini melampaui aktivitas kimia dan listrik di otak, sehingga menjadi tantangan bagi ateisme yang memandang otak hanya sebagai mesin biologis.

Pengalaman Subjektif: Neurosains menunjukkan bahwa pengalaman subjektif tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh mekanisme fisik semata. Ada dimensi non-material yang tidak bisa diabaikan.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Jika ateisme benar dan hanya materi yang ada, maka kesadaran tidak akan memiliki "arti" yang nyata. Namun, fakta bahwa manusia memiliki kapasitas moral, logika, dan intuisi menunjukkan adanya sesuatu yang melampaui materi fisik.

Ketiga Biologi dan Biokimia

Sistem Biokimia Tak Tergantikan (Irreducible Complexity): Banyak sistem dalam tubuh (seperti flagela bakteri atau proses pembekuan darah) memiliki komponen yang saling bergantung. Jika salah satu komponen hilang, sistem tersebut tidak akan berfungsi.

Energi Minimum untuk Kehidupan: Semua kehidupan bergantung pada enzim dan protein, yang memerlukan konfigurasi khusus untuk fungsi. Asal-usul enzim pertama tetap tidak dapat dijelaskan secara alami tanpa asumsi adanya rancangan.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Biokimia modern menunjukkan bahwa asal mula kehidupan tidak mungkin hanya melalui kebetulan, karena peluang pembentukan protein secara spontan hampir nol. Ateisme gagal memberikan penjelasan kausalitas yang memadai.

Keempat Embriologi

Pengembangan Terpadu: Proses perkembangan embrio sangat teratur dan melibatkan sinyal genetik yang kompleks. Tahap-tahap seperti gastrulasi, diferensiasi sel, dan organogenesis memerlukan koordinasi yang presisi.

Blueprint Genetik: Gen bertindak seperti blueprint untuk perkembangan makhluk hidup. Bagaimana "rencana" kompleks ini muncul tanpa agen perancang tetap menjadi misteri.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Jika alam adalah hasil dari kebetulan, maka keberadaan sistem pengkodean genetik yang presisi tidak dapat dijelaskan. Kausalitas ilmiah mengindikasikan adanya perancang yang cerdas di balik proses ini.


Kelima Prinsip Diagnosis Penyakit & Patofisiologi

Keselarasan Sistemik: Tubuh manusia bekerja sebagai sistem terpadu. Penyakit sering kali melibatkan gangguan sistemik yang hanya dapat dijelaskan melalui pemahaman yang mendalam terhadap interaksi biologis.

Homeostasis: Sistem tubuh memiliki mekanisme pengaturan mandiri (seperti keseimbangan asam-basa atau suhu tubuh) yang menuntut desain yang sangat kompleks.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Ateisme tidak mampu menjelaskan bagaimana sistem pengaturan yang begitu presisi dapat muncul hanya melalui evolusi kebetulan. Prinsip kausalitas menunjukkan bahwa desain kompleks ini memerlukan "perancang" yang mengerti bagaimana mengintegrasikan berbagai sistem tubuh.

Tidak ada komentar: