Sabtu, 30 November 2024

Kiamat menurut islam dan sains

      Dari Anas ra, ada seorang Arab badui bertanya kapan terjadinya hari kiamat. Lalu Nabi ﷺ bertanya, "Apa yang telah kau persiapkan..?" (Badui itu) menjawab, belum apa-apa, hanya saja aku mencintai Allah dan rasul-Nya. (Nabi ﷺ) bersabda, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dia cintai" (HR Ahmad)

Kiamat adalah kepastian didalam Islam dan juga sejalan dengan pengetahuan ilmiah modern. Allah SWT menggambarkan kiamat sebagai akhir dari perjalanan dunia dan alam semesta sedangkan sains menjelaskan mekanisme alamiah seperti kehancuran kosmos, aktivitas geologis, dan kematian bintang-bintang serta kerusakan ekosistem dampak dari perang nuklir.

kiamat merupakan bagian dari keimanan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits yang sejalan dengan sains modern yang memberikan gambaran bahwa kehancuran alam semesta adalah suatu keniscayaan. Berikut ini beberapa penjelasan tentang kiamat berdasarkan dalil dan sains modern :

Pertama Kiamat Berdasarkan Dalil

Islam memberikan sejumlah ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang datangnya kiamat, di antaranya:

"Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat), dan bumi mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya)” (Qs Az-Zalzalah 99:1-2)

Ayat ini menggambarkan kejadian besar di mana bumi akan mengalami kehancuran total.

"Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan meluap (melampaui batas)” (Qs Al-Infitar 82:1-3)

Ini adalah tanda-tanda kosmis yang menunjukkan keruntuhan alam semesta.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

"Hari Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari barat" (HR. Bukhari & Muslim)

Hadits ini menggambarkan perubahan besar dalam hukum alam yang menjadi tanda-tanda akhir zaman.

Kedua Bukti Berdasarkan Sains Modern

Sains modern juga mendukung kemungkinan terjadinya kehancuran alam semesta melalui beberapa teori dan fenomena berikut:

A. Kepunahan Alam Semesta (Cosmological Events)

Ilmu pengetahuan mengidentifikasi skenario-skenario kehancuran alam semesta yang mirip dengan gambaran kiamat, di antaranya:

1. Big Freeze (Pendinginan Besar)

Teori ini menyatakan bahwa alam semesta terus mengembang hingga suhu mencapai titik nol mutlak. Ketika ini terjadi, seluruh energi akan habis, menyebabkan kematian panas (heat death) yang menandai akhir kehidupan sehingga semua bintang mati, suhu menjadi sangat dingin, dan kehidupan tidak mungkin ada.

2. Big Crunch (Runtuh Besar)

Kebalikan dari Big Bang, Big Crunch memprediksi alam semesta berhenti mengembang dan mulai runtuh ke dalam dirinya sendiri. Semua materi akan berkumpul di satu titik, menciptakan kehancuran total. Dengan kata lain alam semesta yang mengembang akan berhenti pada satu titik dan mulai berkontraksi kembali, berakhir dengan kehancuran total dalam singularitas besar.

3. Big Rip (Robekan Besar)

Takkala energi gelap (dark energy) terus mempercepat ekspansi alam semesta, gravitasi tidak akan mampu mengikat galaksi, planet, dan atom, sehingga semuanya akan terkoyak. akibat dari energi gelap terus mempercepat ekspansi alam semesta, gaya gravitasi tidak lagi dapat menahan galaksi, bintang, hingga atom, yang akan menyebabkan seluruh struktur kosmos hancur.

B. Aktivitas Geologis di Bumi

1. Gempa dan Vulkanisme

Fenomena seperti lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa besar dan letusan gunung berapi yang masif. Ini mendukung gambaran dalam Surah Az-Zalzalah.

2. Fenomena Astrofisika

Tabrakan Asteroid: NASA telah mengonfirmasi potensi ancaman asteroid besar yang dapat menghancurkan kehidupan di bumi. dimana Ilmuwan telah mengamati bahwa tumbukan asteroid besar dapat menghancurkan kehidupan di bumi, seperti yang diprediksikan terjadi pada zaman dinosaurus.

Supernova atau Sinar Gamma: Ledakan bintang besar dapat memancarkan energi dahsyat yang memusnahkan planet di sekitarnya. dampak dari Fenomena Kosmik Supernova dan Black Hole ini ledakan bintang (supernova) atau tarikan gravitasi lubang hitam dapat menghancurkan sistem tata surya kita.

3. Kekacauan Orbit

Interaksi gravitasi antar planet dapat menyebabkan orbit bumi menjadi tidak stabil, mengakibatkan tabrakan dengan benda langit lain.

C. Bukti Ilmiah Terkait Matahari

1. Matahari Akan Mati:

Ilmuwan memperkirakan bahwa matahari akan kehabisan bahan bakar (hidrogen) dalam 5 miliar tahun ke depan. Setelah itu, matahari akan berubah menjadi raksasa merah, menelan planet-planet di sekitarnya, termasuk bumi. dampaknya aktivitas Matahari akan berhenti dalam miliaran tahun ke depan, matahari akan kehabisan bahan bakarnya dan berubah menjadi raksasa merah, yang akan membakar bumi sebelum akhirnya menjadi katai putih.

2. Fenomena Terbitnya Matahari dari Barat:

Fenomena ini dapat dikaitkan dengan pembalikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal), yang diketahui pernah terjadi di masa lalu. Jika medan magnet terbalik, arah rotasi bumi bisa berubah, sehingga matahari tampak terbit dari barat.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari barat. Jika matahari telah terbit dari barat dan manusia melihatnya, maka mereka semua akan beriman. hanya saja ketika itu sudah tak lagi bermanfaat keimanan orang yang sebelumnya tidak mau beriman..."(HR. Bukhari)

Selasa, 26 November 2024

Perbedaan 7 Qiro'ah, langgam & lughah Al-Qur'an

    Kandungan Al-Qur'an merupakan bukti yang melampaui zamannya. kesempurnaan dan kebenarannya dapat dibuktikan dari keterpeliharaanya dalam hafalan, tulisan dan khazanah yang menyimpan ragam perbedaan, dan perkembangan dari tujuh aspek dalam Al-Qur'an diantaranya  :

1. Tujuh Irama (Maqamat) membaca Al-Qur'an  

Pengertian:

Qira'at Sab'ah merujuk pada tujuh bacaan yang disampaikan oleh imam qira'at terkemuka berdasarkan periwayatan dari Rasulullah SAW. adapun Maqamat seperti Bayati, Hijaz, dan lainnya adalah jenis-jenis irama atau nada seni membaca Al-Qur'an untuk memperindah bacaan tanpa mengubah makna dan kaidah tajwid.

Perbedaan:

Qira'at Sab'ah: Variasi bacaan yang berlandaskan perbedaan tata cara pengucapan, harakat, dan hukum-hukum tertentu dalam bacaan Al-Qur'an yang telah diakui otoritasnya. Bayati, Hijaz, Soba', Rast, Jiharkah, Nahawand, Sikkah:

Perkembangan:

Irama maqamat berkembang lebih pesat di dunia Islam modern, terutama dalam kompetisi tilawah Al-Qur'an. Namun, tidak semua ulama setuju dengan maqamat jika dianggap berlebihan dan mengganggu kekhidmatan bacaan.

2. Sab'atul Lughah : seperti Bani Hudhail dan Bani Tamim

Pengertian: 

Sab'atul Lughah merujuk pada tujuh logat atau dialek bangsa Arab yang digunakan dalam penyampaian Al-Qur'an. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW bahwa Al-Qur'an diturunkan dalam tujuh huruf (ahruf sab'ah). Dialek ini mencerminkan keberagaman bahasa suku-suku Arab pada masa itu, seperti:

Bani Hudhail: Dikenal dengan keindahan sastra mereka.

Bani Tamim: Logat yang khas dengan kejelasan pengucapan.

Perbedaan:

Dialek ini mencakup variasi pengucapan huruf, makhraj, dan kosa kata tanpa mengubah makna.

Misalnya, kata tertentu dapat dilafalkan dengan variasi vokal atau konsonan sesuai logat suku.

Perkembangan:

Pada masa pengumpulan Al-Qur'an di era Khalifah Utsman bin Affan, sebagian dialek disatukan dalam mushaf standar untuk menghindari perpecahan di kalangan umat Islam. Dialek Quraisy dipilih sebagai standar karena merupakan dialek Rasulullah SAW.

3. Sab'atul Riwayah seperti Riwayat Imam Nafi' dan Imam 'Amir:

Pengertian: Sab'atul Riwayah mengacu pada bacaan yang disampaikan oleh tujuh imam qira'at besar. Setiap imam memiliki dua perawi utama yang meriwayatkan bacaan mereka, seperti:

Imam Nafi': Riwayat Warsh dan Qalun.

Imam 'Amir: Riwayat Hisyam dan Ibnu Zakwan.

Perbedaan:

Bacaan ini melibatkan variasi dalam tajwid, panjang-pendek harakat, serta cara pengucapan tertentu yang didasarkan pada sanad sahih dari Rasulullah SAW.

Contoh perbedaan:

Bacaan "Maliki" (QS Al-Fatihah 1:4) oleh Imam Hafs vs "Maaliki" oleh Imam Warsh.

Perkembangan:

Bacaan tujuh imam ini diakui secara luas di dunia Islam. Namun, riwayat Hafs 'an 'Asim adalah yang paling banyak digunakan di seluruh dunia Muslim saat ini.

Bacaan ini dipelajari melalui jalur sanad dan diwariskan dengan penuh kehati-hatian.

Khulashoh

Ketiga aspek ini menunjukkan keindahan, keberagaman, dan kedalaman ilmu Al-Qur'an:

1. Qira'at Sab'ah berfokus pada variasi bacaan sesuai riwayat yang sahih.

2. Sab'atul Lughah menunjukkan keluwesan Al-Qur'an dalam menyatukan beragam suku Arab.

3. Sab'atul Riwayah menampilkan jalur transmisi otentik bacaan dari Rasulullah SAW.

Kesemuanya saling melengkapi dalam melestarikan kemurnian dan keindahan Al-Qur'an.

وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat Kasih sayang-Nya (Qs al A'raaf 7:204)

Senin, 25 November 2024

Bukti kebenaran islam sepanjang zaman

    Melangkah dalam ketaatan dimulai dari menemukan kebenaran islam yang sesungguhnya serta membuktikan kesempurnaannya baik secara ilmiah maupun rasional yang sesuai fitrah manusia dan relevan sepanjang zaman.

I. KEBENARAN ISLAM secara ILMIAH

Islam telah menunjukkan kebenarannya melalui wahyu Al-Qur'an yang selaras dengan ilmu pengetahuan modern, meski Al-Qur'an diturunkan pada abad ke-7 diantaranya :

1. Penciptaan Alam Semesta 

 "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya..." (QS Al-Anbiya: 30)

Ayat ini sesuai dengan teori Big Bang, yang menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu massa tunggal singularitas yang meledak dan terus mengembang.

2. Ekspansi Alam Semesta

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (QS Adz-Dzariyat: 47)

Edwin Hubble (1929) membuktikan bahwa alam semesta terus mengembang, sesuai dengan ayat ini.

3. Siklus Air

 "Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pepohonan dan biji-bijian yang dapat dipanen." (QS Qaf: 9)

"Allah menurunkan air dari langit, lalu dengan itu Dia menghidupkan bumi setelah matinya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mendengar." (QS An-Nahl: 65)

Ayat ini menggambarkan siklus air secara rinci—evaporasi, kondensasi, dan presipitasi—yang baru dipahami oleh manusia dengan teknologi modern.

4. Tahapan Penciptaan Janin

"Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh. Lalu, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging..." (QS Al-Mu'minun: 13-14)

Deskripsi ini sesuai dengan tahapan embriologi modern yang ditemukan oleh Dr. Keith Moore, seorang ahli embriologi, yang menyebut ini sebagai fakta ilmiah yang luar biasa.

5. Gravitasi dan Orbit Planet

"Dan Dia menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan..." (QS Ar-Rahman: 5)

"Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung di bumi..." (QS Luqman: 10)

Ayat ini menggambarkan hukum gravitasi yang menjaga benda langit tetap dalam orbitnya, serta fungsi gunung sebagai penstabil lempeng bumi.

II. KEBENARAN ISLAM secara RASIONAL

Islam didasarkan pada logika yang dapat diterima akal manusia:

1. Konsep Ketuhanan yang Logis

Dalil: "Katakanlah (Muhammad), 'Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya.'" (QS Al-Ikhlas: 1-4)

Tauhid (keimanan kepada Allah yang Maha Esa) adalah konsep Tuhan yang sederhana, tidak membutuhkan sekutu atau perantara, dan sejalan dengan logika bahwa Tuhan yang sempurna tidak membutuhkan apapun.

2. Hukum Kausalitas

Dalil: "Ataukah mereka tercipta tanpa asal usul ataukah mereka menciptakan (diri mereka sendiri) ?" (QS At-Tur: 35)

Segala sesuatu memerlukan penyebab. Alam semesta tidak mungkin tercipta sendiri tanpa Sang Pencipta. Keberadaan Allah adalah jawaban logis atas hukum sebab-akibat ini.

3. Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Dalil: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia." (QS Al-Qashash: 77).

Islam tidak hanya berfokus pada aspek spiritual (akhirat), tetapi juga mengatur kesejahteraan dunia, menciptakan keseimbangan yang masuk akal.

III. KESUAIAN ISLAM dengan FITRAH MANUSIA

Islam dirancang untuk memenuhi kebutuhan mendasar manusia, baik kebutuhan materi (fisik) maupun non materi (spiritual) :

1. Pencarian Makna Hidup

Islam menuntun manusia untuk menemukan jati dirinya. sebab manusia secara alami membutuhkan tujuan hidup. Islam memberikan makna yang jelas: mengenal Allah, beribadah kepada-Nya, dan mencapai kebahagiaan yang abadi.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS Adz-Dzariyat: 56)

2. Akhlak dan Moral

Dalil: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS At-Tin: 4)

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS Al-Ahzab: 21)

Islam mengajarkan akhlak mulia (kejujuran, kasih sayang, keadilan), yang sejalan dengan naluri manusia untuk hidup bermartabat.

3. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Dalil: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal." (QS Al-Hujurat: 13)

Penjelasan:

Islam mengajarkan kesetaraan gender dan menghormati keberagaman, yang memenuhi kebutuhan manusia akan keadilan dan harmoni sosial.

IV. RELEVANSI ISLAM Sepanjang ZAMAN

Islam fleksibel, aplikatif, dan tetap relevan di setiap era:

1. Prinsip-Prinsip Dasar yang Universal

Nilai seperti keadilan, kasih sayang, dan kejujuran tidak lekang oleh waktu. Contohnya adalah larangan riba, yang relevan untuk menghindari ketimpangan ekonomi modern.

2. Fleksibilitas Hukum Islam

Dalil: "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu." (QS Al-Baqarah: 185)

Penjelasan:

Prinsip ijtihad memungkinkan hukum Islam berkembang sesuai konteks zaman tanpa meninggalkan nilai dasarnya.

3. Kontribusi pada Ilmu Pengetahuan

Pada masa keemasan Islam, ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Biruni memberikan kontribusi besar yang membuktikan bahwa Islam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan.

KESIMPULAN

Kebenaran dan kesempurnaan Islam terbukti melalui:

1. Dalil ilmiah: Fakta-fakta Al-Qur'an yang sesuai dengan sains modern.

2. Rasionalitas: Tauhid dan hukum Islam masuk akal dan logis.

3. Kesesuaian dengan fitrah manusia: Islam memenuhi kebutuhan spiritual, sosial, dan moral manusia.

4. Relevansi sepanjang zaman: Prinsip-prinsip Islam tetap relevan menghadapi tantangan zaman modern.

Islam adalah agama universal dan sempurna yang dirancang untuk memberi rahmat bagi seluruh umat manusia.

وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ وَإِن تَكْفُرُوا۟ فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدًا

Dan milik Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepadamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu ingkar maka (ketahuilah), sesungguhnya kepunyaan Allah-lah apa  yang ada dilangit dan apa yang dibumi dan Allah itu Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Qs an Nisa 4:131)

Menjemput Taufik, hidayah dan inayah

  وما كنّا لنهتدي لولا أن هدانا الله

" Tidaklah kita menjadi orang yang tertunjuki seandainya Allah tiada menunjuki kita "

 Setiap manusia membutuhkan petunjuk. Maka penting bagi kita untuk memahami hakikat Taufik, hidayah dan inayah serta korelasi diantara ketiganya merupakan pilar penting dalam Islam yang berkaitan dengan petunjuk, pertolongan dan anugerah Allah SWT kepada manusia. adapun penjelasan tentang persamaan, perbedaan serta hubungan erat antara ketiganya dapat kita uraikan sebagai berikut :

Persamaan

1. Sumber 

Ketiganya merupakan bentuk karunia yang datang langsung dari Allah kepada hamba-Nya.

Allah berfirman:

 "Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya nikmat itu)."(QS. An-Nahl: 53)

2. Tujuannya 

Taufik, hidayah, dan inayah semuanya ditujukan untuk memandu manusia kepada jalan yang benar dan menguatkan mereka dalam ketaatan kepada Allah SWT serta tidak salah prioritas dalam menjalani kehidupannya. Maka Perbedaan utama seorang hamba Allah dan hamba dunia terletak pada prioritas Amal (aktivitas)nya

إلهي أنت مقصدي و رضاك مطلوبي

Wahai Tuhanku Engkaulah Tujuanku dan ridho-Mu yang kucari...

Maka hamba siapakah kita sebenarnya...?

Perbedaan

Taufik berarti kesesuaian atau keselarasan antara kehendak Allah dan keinginan hamba 

"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah memahamkannya dalam Agama" (HR Bukhari)

Hidayah merupakan petunjuk serta kemampuan memahami kebenaran islam

مَّنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul (Qs al Israa' 17:15)

Inayah adalah pertolongan dan perlindungan Allah menjadi pelindung kami dan Dia adalah sebaik-baiknya Pelindung (Qs Ali imran : 173)

Keterkaitan

korelasi atau hubungan erat diantara ketiganya yaitu saling melengkapi dan bekerja bersama untuk membawa seorang hamba kepada kebaikan:

1. Hidayah adalah langkah pertama, yaitu petunjuk dari Allah kepada kebenaran, baik melalui Al-Qur'an, hadis, atau inspirasi hati (ilham).

 "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-Ankabut: 69)

2. Taufik adalah kehendak Allah yang memampukan manusia untuk mengikuti hidayah tersebut dan melaksanakan kebaikan.

 "Dan tidaklah kamu dapat (memberi) petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Qashash: 56)

3. Inayah adalah bantuan langsung dari Allah untuk menjaga manusia tetap berada di jalan yang benar dan mengatasi rintangan dalam ketaatan.

"Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu." (QS. Ali 'Imran: 160)

Khulashoh

ما نفع القلبَ شىءٌ مثلُ عُزلةٍ يدخل بها ميدانَ فكرة

Tiada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati dari pada Uzlah (menjauhi kesibukan duniawi). Dengan uzlah masuklah manusia pada ruang tafakkur (perenungan diri) [Syarhu Al hikam hal 15 Al Haromain]

Hidayah adalah petunjuk awal.

Taufik adalah kemampuan menjalankan petunjuk tersebut.

Inayah adalah pertolongan dan perlindungan Allah untuk tetap istiqamah.

Ketiganya menunjukkan pentingnya ketergantungan manusia kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Dengan menyadari hubungan ini, seorang Muslim akan semakin berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT

قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ

Para malaikat menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana"(Qs al Baqarah 2:32)

Sabtu, 23 November 2024

Renungan bagi jiwa yang rapuh

   Wahai jiwa yang mencari petunjuk, renungilah dengan hati yang jernih dan akal yang tajam, betapa rapuhnya manusia yang melepaskan diri dari cahaya (petunjuk) ilahi. Dengarkanlah seruan ini, agar kau tak tergelincir dalam kegelapan yang melahap jiwa dan menghancurkan diri... 

Lepas dari Al-Qur'an

Al-Qur’an merupakan pelita dalam kegelapan, lentera yang tak pernah padam, dan tali Allah yang kokoh. Namun, apa jadinya jika manusia memutuskan diri darinya..?

Bagaikan musafir dipadang pasir tanpa kompas, engkau akan menjadi mangsa buasnya nafsu dan liciknya tipu daya syaitan. Ayat-ayat yang dahulu memberi kehidupan kini berubah menjadi gema kosong yang terlupakan. lalu "terhanyut" dalam kekeliruan, tipu daya syaitan. Mereka menjual janji palsu, membungkus kebatilan dalam selimut kebenaran, dan membiarkanmu terseret ke jurang kehancuran tanpa kau sadari... 

Tanpa Wahyu, engkau kehilangan pengetahuan tentang siapa dirimu, mengapa engkau diciptakan, dan ke mana engkau akan kembali. Tidakkah engkau takut menjadi boneka tanpa jiwa,..? yang berjalan menuju kehancuran dengan mata yang tertutup...

disaat dirimu terlepas dari petunjuk Al-Qur'an maka engkau akan menjadi Korban Tipu daya Syaithan serta ambisi nafsumu...

Lepas dari As-Sunnah 

As-Sunnah adalah peta hidup terbaik dari sang Nabi ﷺ yang begitu mencintaimu bahkan lebih dari dirimu sendiri. Namun, saat engkau meninggalkannya, dunia akan menawarimu ribuan jalan yang tampak indah, tetapi penuh dengan duri dan kepalsuan.

Engkau akan dihimpit berbagai fitnah harta yang membutakan, fitnah kekuasaan yang melalaikan, dan fitnah syahwat yang menjauhkanmu dari kebenaran & ampunan-Nya. Dalam ketiadaan Sunnah, engkau akan dipermainkan oleh hawa nafsu yang melampaui batas, lalu kehilangan pijakan di atas jalan yang lurus. Bukankah Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya: Kitabullah dan Sunnahku”

Maka saat dirimu terlepas dari tuntunan Nabi saw niscaya engkau akan Terfitnah jeratan hawa nafsu dan fatamorgana yang fana... 

Lepas dari Syariat

Syariat adalah benteng kehidupan islami, perlindungan dari kekacauan duniawi dan kehancuran ukhrawi. Namun, jika meninggalkannya, engkau seperti rumah yang runtuh tanpa fondasi. Tiada lagi batasan antara halal dan haram, kebaikan dan keburukan. semuanya menjadi abu-abu, dan suara kebenaran ditenggelamkan oleh kebengisan hawa nafsu serta keserakahan ambisi duniawi.... 

Mereka yang lepas dari syariat laksana kapal tanpa nahkoda, terombang-ambing di lautan kehancuran. Dunia tanpa syariat akan berjalan tanpa arah; masyarakat kehilangan moralitas, kejahatan merajalela dan jiwa kehilangan ketenangan batin. Apa jadinya jika manusia menjadi hakim bagi dirinya sendiri...?

Maka Kezhaliman akan berkuasa, dan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya hanyalah ilusi. lalu engkau akan tenggelam diLembah Kebinasaan...

khatimah

Yaa ibadurrohman, jangan pernah jauhi Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Syariat. Mereka adalah cahaya diatas cahaya, sumber dari segala kebenaran, kebaikan, hikmah, ketenangan & kebahagiaan. Jangan biarkan dirimu tergelincir ke dalam perangkap syaitan yang menghancurkanmu. Kembalilah kepada Allah, agar jiwamu damai, akalmu terbimbing dan hidupmu menjadi terarah...

Mengenal Tuhan yang sebenarnya

    َالعَارِّفُونَ بِّرَ ِّبهِّمْ هُمْ أَفْضَلُ۞ مِّنْ أَهْلِّ فَرْعٍ وَاألُصُولِّ تَكَمّلَا

" Orang-orang yang makrifat (benar-benar mengenal) tuhannya lebih utama dari pada orang yang sekedar menguasai berbagai cabang ilmu " [ Hidayatul azkiya bait ke-179 ]

Tuhan yang Haq (benar) Allah jalla wa 'ala bukanlah sekedar nama yang tersusun dalam lafadz, terucap didalam lisan apalagi imaginasi orang beriman tapi Dialah sumber dari segala yang ada sababul asbab (Prima causa)

Tapi mengapa Allah SWT Tidak bisa diuji dan dibuktikan secara Empiris..?

(Ketahuilah), Terdapat dua perbedaan dalam pembuktian diantara orang yang membuktikan keberadaan-Nya yang menjadi sebab adanya 'alam (ciptaan) atau keberadaan 'alam yang menunjukkan adanya pencipta. Dia mengetahui (mengenal) Pencipta yang Haq karena Allahlah pencipta dan pemiliknya. Dia menetapkan keimanan karena wujud asalnya. Sedang yang kedua berdalil alam bukti adanya Allah karena belum sampainya seorang hamba kepada-Nya. Bila tidak begitu sejak kapan Allah itu tiada...? Sehingga perlu dicari bukti untuk mengenal-Nya dan Sejak kapan pula Allah itu jauh hingga butuh jejak (bekas) peninggalan yang akan menghantarkan makrifat (mengenal) kepada Allah [Syarhu Al Hikam hal 27 Al Haromain]

Allah SWT adalah entitas yang transenden yakni berada di luar jangkauan inderawi & batasan ruang, waktu, dan materi yang dapat diindera manusia. Empirisme—yakni metode pengetahuan yang hanya bergantung pada pengamatan dan eksperimen—memiliki keterbatasan dalam mengakses realitas di luar dimensi fisik. Beberapa alasannya :

Pertama Allah SWT bukanlah zat materi (matter) tapi Dzat yang berarti ash shohibu yang bermakna pemilik yang termasuk min asmail khomsah dalam bab nahwu. sehingga Allah tidak bisa diuji secara empiris karena keberadaan-Nya diluar batasan materi dan panca indra manusia. Namun, tanda-tanda keberadaan-Nya terlihat jelas melalui keteraturan alam semesta dan prinsip rasional bahwa segala yang ada tidak mungkin berasal dari ketiadaan. Dalam Islam, keyakinan kepada Allah adalah hasil dari perpaduan antara wahyu, akal sehat, dan pengamatan terhadap alam semesta.

Kedua Keterbatasan Alat dan Indera: Metode empiris hanya dapat mengukur hal-hal yang bersifat material, sedangkan Allah SWT adalah wujud non-material (metafisik). Maka, keberadaan-Nya tidak dapat diakses melalui eksperimen laboratorium atau observasi pancaindra.

Ketiga Eksistensi yang Tidak Terbatas: Allah adalah Al-Khaliq (Pencipta), sedangkan metode empiris hanya bekerja pada ciptaan-Nya, yaitu alam semesta. Mustahil bagi sesuatu yang terbatas (alam) untuk mengukur atau membuktikan secara langsung sesuatu yang tidak terbatas (Allah SWT).

Keempat Keimanan Berdasarkan Wahyu: Keberadaan Allah SWT bukan sesuatu yang hanya dapat dibuktikan secara ilmiah, tetapi disampaikan melalui wahyu dan diperkuat oleh tanda-tanda-Nya (ayat kauniyah) di alam semesta. Sebagai contoh, keindahan dan keteraturan alam menjadi bukti rasional adanya Sang Pencipta.

Mengapa Mustahil Segala Sesuatu Berasal dari Ketiadaan ?

Prinsip Kausalitas : Dalam filsafat dan logika, dikenal konsep bahwa "segala sesuatu yang ada pasti memiliki sebab". Tidak mungkin sesuatu yang ada muncul tanpa sebab (eks nihilo). Ketiadaan (nothingness) tidak memiliki sifat, kekuatan, atau potensi untuk menciptakan sesuatu.

إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku [Qs Thohaa 20:14]

Keteraturan Alam Membutuhkan Desainer : Alam semesta menunjukkan pola keteraturan yang sangat kompleks, seperti hukum fisika, keseimbangan ekosistem, dan sifat konstan dari alam. Keteraturan ini tidak mungkin muncul secara acak dari ketiadaan, melainkan memerlukan desainer yang cerdas dan berkuasa, yaitu Allah SWT.

Argumentasi Rasional : Dalam argumen kosmologis dijelaskan bahwa segala sesuatu yang memiliki awal keberadaan (contingent) membutuhkan sebab. Namun, Causa prima atau Penyebab utama yang tidak disebabkan oleh apa pun haruslah entitas yang ada secara wajibul wujud (necessary) yaitu entitas yang selalu ada dan tidak tergantung kepada apapun, yaitu Allah SWT tuhan yang hanya kepada-Nyalah kita menyembah dan memohon pertolongan.

قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ قُلِ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَٱتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِى ٱلظُّلُمَٰتُ وَٱلنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا۟ كَخَلْقِهِۦ فَتَشَٰبَهَ ٱلْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّٰرُ

Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi..?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri..?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa" (Qs Ar Ra'd 13:16)

Jumat, 22 November 2024

Ada hidup Setelah Mati...

      Sebuah Renungan untuk Jiwa yang lalai

Hidup didunia ini laksana seorang musafir yang menyiapkan perbekalan perjalanan akhirat. Dunia ini hanyalah tempat persinggahan bukan akhir dari perjalanan kehidupan yang abadi. Karena Allah SWT berfirman :

"setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."(QS. Ali Imran: 185)

Meskipun tahu Seringkali kita terlena, sibuk mengejar dunia—harta, jabatan, kesenangan. maka, sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang menuju negeri akhirat ? Ingatlah, setiap perbuatan kita, sekecil apa pun, akan dihisab. Allah SWT berfirman:

"Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."(QS. Az-Zalzalah: 7-8)

Setiap tetesan keringat yang dikeluarkan untuk kebaikan, setiap kesabaran yang tertahan, bahkan setiap luka batin yang tak tergores, semuanya akan tercatat sebagaimana dosa-dosa kita pun tak luput dari catatan-Nya. Tidak ada tempat untuk bersembunyi dari pengadilan-Nya kelak. Allah berfirman:

"Pada hari itu manusia diberitahu apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya."(QS. Al-Qiyamah: 13)

Bayangkan ketika kita berdiri dihadapan Allah yang maha melihat setiap perbuatan kita....?

Disaat semua nikmat-Nya yang sering kita abaikan diperlihatkan. Apa yang akan kita katakan ? Apa alasan kita ketika catatan amal ditunjukkan, dan kita menyadari bahwa dunia ini telah melalaikan kita dari persiapan untuk akhirat ?

Rasulullah ﷺ mengingatkan kita:

"Orang yang paling cerdas adalah orang yang banyak mengingat mati dan mempersiapkan bekal untuk setelahnya. Itulah orang yang benar-benar cerdas."(HR. Ibnu Majah)                    

Maka, jadikanlah hidup ini ladang amal. Tiap langkah, tiap ucapan, dan tiap perbuatan haruslah bernilai akhirat. Jangan biarkan kita menyesal saat semuanya telah  terlambat. disaat setiap tarikan nafas menuntut haknya ?

bagaimana bila setiap detak jantung menuntut balasannya atas semua kelalaian hidup kita....?

لا يُشككنّك في الوعد عدمُ وقوع الموعود و إن تعيّنَ زمنه لِئلا يكون ذلك قدحا في بصيرتك و اخمادا لنور سريرتك

Jangan pernah engkau meragukan janji Allah yang belum terwujud meski waktunya telah ditentukan agat itu tidak menjadikan pandangan batinmu tercemari (rusak) dan memadamkan cahaya keimanan dihatimu [Syarhu Alhikam hal 9 AlHaromain]

setiap hari Kita bekerja, berusaha dan berjuang mati-matian demi mengejar dunia yang tak dibawa mati. Namun, mari kita renungkan sejenak‚ benarkah semua yang kita kejar ini benar-benar akan menemani kita saat menghadap-Nya nanti..?

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah tipu daya (permainan), senda gurau, perhiasan, saling berbangga di antara kamu dan saling berlomba dalam kekayaan dan anak-anak. Seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan orang-orang kafir, kemudian menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan serta rahmat dari Allah. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kenikmatan yang menipu." (Qs Al hadid : 20)

Sungguh, segala yang kita kejar di dunia ini adalah fana. Harta, jabatan, kesenangan duniawi—semua itu akan terhenti saat kita menghembuskan nafas terakhir. Apa yang kita bawa pergi ? Hanya amal perbuatan kita yang akan menemani kita dalam perjalanan panjang menuju kehidupan abadi yang sesungguhnya, kehidupan setelah mati...

Tak ada yang lebih berharga didunia ini selain iman dan amal shalih yang kita tanamkan dalam kehidupan ini. Dunia tempat kita mencari rezeki dan berusaha untuk mendapat ridha Allah serta meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Jangan sampai kita tersilaukan‚ lupa‚ lalai dan terperdaya oleh gemerlap dunia yang fana ini...

Cobalah sejenak berhenti dan renungkan, apakah tujuan hidup kita hanya untuk mengumpulkan harta dan status sosial ? Apakah kita rela mengorbankan waktu dan tenaga hanya untuk sebuah kesenangan dunia yang hanya sementara ? Inilah saatnya kita merenung dan mengevaluasi kembali apa yang benar-benar penting dalam hidup ini...

Setiap nikmat yang menjadi taat itulah Berkah

tapi nikmat yang melalaikan itu istidroj (azab yang ditunda) yang menjadi Nigmah (siksaan) diakhirat

Sebaiknya, kita mati-matian berusaha untuk meraih akhirat, untuk memperbaiki diri, untuk memperbanyak amal kebaikan. Setiap amal yang kita lakukan dengan ikhlas karena Allah akan memberikan kita kebahagiaan yang tiada tara di kehidupan yang kekal. Sesungguhnya dunia ini hanyalah ladang tempat kita menanam benih-benih amal yang akan kita tuai kelak di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda:

"Jika seorang anak Adam meninggal, maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Saudaraku, Jangan biarkan dunia ini menguasai hidup kita. Jangan biarkan kebahagiaan duniawi yang sementara menutupi kebahagiaan kita yang abadi di akhirat kelak. Kejarlah sesuatu yang tidak akan pernah mati : amal soleh yang menjadi bekal akhirat & akan menemani kita di alam barzakh nanti. Jangan sia-siakan waktu kita yang sangat singkat ini karena Dunia ini sementara akhirat selamanya...

Siapakah yang menciptakan Tuhan...?

      Jika semua ada yang menciptakan, maka siapa yang menciptakan Tuhan...?" 

Pertanyaan ini sering muncul sebagai bentuk tantangan atau keraguan yang menguji keimanan seseorang. untuk menjawab pertanyaan ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang konsep keimanan, sifat Tuhan, dan keterpaduan antara dalil aqli (logika) dan dalil naqli (wahyu). Islam memberikan jawaban yang jelas dan rasional sesuai dengan manhaj syar'i.

Thariqah (metode) dalam menjawab pertanyaan tersebut bisa kita lakukan melalui :

Pertama Memahami Hakikat Tuhan melalui Dalil Naqli

Dalil naqli, yakni Al-Qur'an dan sunnah, adalah dasar utama untuk mengenal Tuhan. Dalam Islam, Allah SWT adalah Al-Khaliq (Pencipta segala sesuatu), Al-Awwal (Yang Pertama, tanpa permulaan), dan Al-Ahad (Yang Esa, tanpa sekutu). Sifat-sifat ini menegaskan bahwa Allah tidak diciptakan.

a. Allah adalah Pencipta Segala Sesuatu

Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur'an:

"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu." (QS. Az-Zumar: 62).

Jika Allah menciptakan segala sesuatu, maka Allah bukan bagian dari ciptaan. Sebagai pencipta, Allah tidak bergantung kepada makhluk atau hukum-hukum alam yang diciptakan-Nya.

b. Allah Tidak Memiliki Permulaan atau Akhir

Allah berfirman:

"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hadid: 3)

Keberadaan Allah adalah qadim (tidak berpermulaan) dan azali (tidak berkesudahan). Ini adalah sifat mutlak Tuhan yang membedakan-Nya dari makhluk.

c. Allah Tidak Serupa dengan Apa pun

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)

Pertanyaan "siapa yang menciptakan Allah?" muncul dari asumsi bahwa Allah adalah makhluk yang serupa dengan ciptaan. Padahal, Allah berbeda dari semua makhluk.

Kedua Penggunaan Dalil Aqli

Dalil aqli digunakan untuk memahami konsep Tuhan secara logis. Berikut pendekatan logika dalam menjawab pertanyaan tersebut:

a. Prinsip Sebab dan Akibat

Dalam logika, segala sesuatu yang memiliki permulaan pasti membutuhkan sebab (pencipta). Namun, Allah tidak memiliki permulaan. Allah adalah sebab pertama yang tidak disebabkan oleh apa pun. Ini sesuai dengan konsep "kausalitas" yang menyatakan bahwa rantai sebab akibat harus berhenti pada "penyebab yang tidak disebabkan."

Contoh analogi:

Jika kita melihat sebuah rumah, kita tahu bahwa rumah tersebut dibuat oleh tukang bangunan. Namun, pertanyaan "siapa yang menciptakan tukang bangunan?" akan terus berlanjut hingga kita tiba pada penyebab pertama. Dalam konteks ini, Allah adalah penyebab pertama yang tidak memerlukan pencipta karena keberadaan-Nya bersifat wajib (tidak tergantung pada siapa pun).

b. Konsep Keberadaan yang Niscaya (Wajibul Wujud)

Dalam filsafat Islam, Allah adalah Wajibul Wujud (keberadaan yang niscaya). Segala sesuatu di alam semesta adalah mumkinul wujud (keberadaan yang mungkin, bisa ada atau tidak ada) dan membutuhkan sesuatu yang wajib (tidak bergantung) sebagai asal-usulnya. Allah adalah satu-satunya yang wajibul wujud, sehingga tidak memerlukan pencipta.

c. Ketidakterbatasan Tuhan

Segala yang diciptakan bersifat terbatas, terikat oleh waktu, ruang, atau hukum alam. Namun, Allah tidak terikat oleh semua ini. Jika Allah diciptakan, berarti ada yang lebih besar dari Allah, dan ini bertentangan dengan definisi Tuhan sebagai Yang Maha Besar.

Ketiga Argumentasi logis dan Syar'i 

a. Menolak Premis yang Salah

Pertanyaan tersebut menyiratkan bahwa Tuhan termasuk dalam kategori makhluk yang diciptakan. Padahal, Allah dalam Islam adalah Al-Khaliq (Pencipta) yang tidak termasuk dalam kategori makhluk. Oleh karena itu, pertanyaan tersebut keliru secara logis.

Rasulullah SAW bersabda:

"Setan akan datang kepada salah seorang dari kalian dan berkata, 'Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?' Hingga ia berkata, 'Siapa yang menciptakan Tuhanmu?' Maka jika sampai kepadanya (pertanyaan semacam itu), hendaklah ia berkata, 'Aku beriman kepada Allah,' dan hendaklah ia menghentikan (bisikan tersebut)." (HR. Bukhari dan Muslim).

b. Sebab Pertama yang Tidak Tergantung

Allah adalah sababul asbab yaitu penyebab dari berbagai sebab-sebab yang ada. Jika setiap sesuatu harus diciptakan, maka rantai sebab-akibat tidak akan pernah selesai (infinite regress). Namun, akal sehat menunjukkan bahwa harus ada satu entitas yang tidak bergantung, yang menjadi sebab pertama bagi segala sesuatu. Itulah Allah.

c. Penjelasan Al-Qur'an Tentang Kesempurnaan Allah

Allah SWT berfirman:

"Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas: 3-4)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak berasal dari sesuatu (tidak diciptakan) dan tidak menghasilkan sesuatu seperti makhluk biasa.

Keempat Melatih Hati dan Akal untuk Menerima Wahyu

Keimanan yang shahih diperoleh dengan mengharmonikan dalil aqli dan dalil naqli. Dalam Islam, akal adalah alat untuk memahami wahyu, sementara wahyu adalah panduan yang meluruskan akal.

a. Kesadaran Bahwa Akal Memiliki Keterbatasan

Sebagai makhluk, manusia tidak dapat sepenuhnya memahami zat Allah. Sebagian hal hanya dapat dipahami melalui wahyu, seperti sifat-sifat Allah. Oleh karena itu, wahyu menjadi solusi bagi keterbatasan akal.

b. Menghentikan Pertanyaan yang Tidak Produktif

Rasulullah SAW memerintahkan agar kita menghentikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada ujungnya dan berpotensi merusak iman. Fokus kita adalah beriman kepada Allah berdasarkan dalil yang jelas dan membangun hubungan yang kuat dengan-Nya melalui ibadah.

khatimah

Bagaimana hati akan bercahaya sementara pernak pernik dunia menyelimuti cermin hatinya atau bagaimana kita akan melangkah menuju Allah sementara hati terbelenggu Syahwat nafsunya..?

Bagaimana mendambakan masuk pada keridhoan Allah sedang ia belum membersihkan noda (kotoran) kelalaiannya..? atau bagaimana mungkin ia bisa memahami dalamnya hakikat kebenaran sementara ia belum bertaubat dari kekeliruannya [Syarhu al hikam hal 17 Al Haromain]

Pertanyaan "siapa yang menciptakan Tuhan...?" berasal dari kesalahan asumsi bahwa Allah termasuk makhluk. Dalam Islam, Allah adalah pencipta segala sesuatu, yang tidak memiliki permulaan atau akhir. Dengan dalil naqli, kita memahami sifat-sifat Allah yang sempurna. Dengan dalil aqli, kita menegaskan bahwa keberadaan Allah adalah wajibul wujud yang tidak memerlukan pencipta.

قُلْ أَتُحَآجُّونَنَا فِى ٱللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَآ أَعْمَٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَٰلُكُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُخْلِصُونَ

Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati (Qs al Baqarah 2:139)

keadilan dan kebijaksanaan islam

    Ketika hukum berjalan sesuai pesanan dan kepentingan maka kebenaran akan tenggelam oleh kepentingan dan keuntungan bahkan keadilanpun akan terkubur dalam rekayasa dan kemunafikan.

Didalam islam Bersikap adil dan bijaksana adalah perintah Allah yang tidak hanya menjaga keutuhan hubungan sosial, tetapi juga meningkatkan kualitas iman dan amal seseorang. Sikap ini memiliki manfaat besar dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan dampak positif, baik secara individual maupun kolektif, yang pada akhirnya mendatangkan keridhaan Allah. Bersikap adil bukan hanya berlaku bagi setiap muslim tapi bagi semua manusia terlebih lagi bagi para penegak hukum.

" Kebenaran harus berdiri diatas keadilan "

Karena hancurnya negara ini disaat penegak hukum melanggar hukum bahkan menjadi mafia hukum itu sendiri. Padahal dalam islam sesungguhnya hakikat ilmu adalah untuk diamalkan sedangkan hakikatnya amal ialah untuk mencari ridho Allah jalla wa 'ala.

Sebenarnya Allah SWT bisa melakukan apapun yang Ia kehendaki.Namun prinsip utama yang diperintahkan Allah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalil-dalil yang menegaskan pentingnya sifat ini antara lain:

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. An-Nisa: 58)

"Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." (QS. Al-Maidah: 8)

Rasulullah SAW bersabda: "Orang-orang yang berlaku adil di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanan Ar-Rahman (Allah SWT). Mereka adalah orang-orang yang adil dalam hukum mereka, keluarga mereka, dan dalam apa saja yang diamanahkan kepada mereka." (HR. Muslim)

Manfaat bersikap adil dan bijaksana

Bersikap adil dan bijaksana memberikan manfaat baik secara individu maupun sosial:

Menciptakan kedamaian dan harmoni: Ketika keadilan diterapkan, konflik dan perselisihan dapat diminimalkan. sehingga Keharmonisan dalam Hubungan Sosial akan terbentuk dari Sikap adil menciptakan rasa kepercayaan, keharmonisan, dan kerukunan dalam masyarakat.

Meningkatkan rasa saling percaya: Orang yang adil dipercaya oleh orang lain, baik dalam urusan kecil maupun besar.

Menghindari perselisihan: Keadilan mencegah terjadinya ketidakadilan yang dapat merugikan pihak tertentu.

Mendapatkan pahala dari Allah: Allah menjanjikan ganjaran besar bagi orang-orang yang berlaku adil.

Keutamaan bersikap adil dan bijaksana

Mendekatkan diri kepada Allah SWT

Keadilan adalah salah satu sifat Allah (Al-‘Adl). Dengan mencontoh sifat ini, seorang muslim berusaha lebih dekat dengan Allah. Adil adalah bagian dari ketakwaan, dan Allah mencintai orang-orang yang bertakwa

Menjadi pemimpin yang diridhai Allah

Pemimpin yang adil dijanjikan kedudukan mulia di sisi Allah, seperti dalam hadis yang menyebutkan pemimpin adil sebagai salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari kiamat. keadilan pemimpin akan menumbuhkan Rasa Aman dan kesejahteraan:

Ketika pemimpin dan individu berlaku adil, masyarakat merasa dilindungi dan dihormati.

Menumbuhkan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan

Sikap bijaksana membantu seseorang dalam memilih keputusan terbaik yang tidak merugikan orang lain dan sesuai dengan syariat.

Menegakkan kebenaran dan mencegah kedzaliman

Keadilan mendorong tegaknya kebenaran dan menghindarkan seseorang dari bertindak zalim yang dapat merugikan orang lain.

Dengan bersikap adil dan bijaksana, seseorang tidak hanya menjalankan perintah Allah, tetapi juga memberikan kontribusi besar bagi terciptanya kehidupan yang penuh keberkahan.

Mendapat Kedudukan Mulia di Akhirat:

Seperti dalam hadis yang disebutkan, orang yang berlaku adil akan mendapat tempat istimewa di sisi Allah.

Cermin Akhlak Rasulullah ﷺ:

Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam bersikap adil dan bijaksana, baik sebagai pemimpin maupun sebagai individu.

Hikmah Bersikap Adil dan Bijaksana

1. Menegakkan Keadilan sebagai Tugas Manusia:

Bersikap adil adalah amanat Allah kepada manusia untuk menjaga keseimbangan dalam kehidupan.

2. Menciptakan Kedamaian dan Keseimbangan:

Adil membuat segala urusan berjalan selaras, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa.

3. Melatih Pengendalian Diri:

Bersikap bijaksana mengajarkan seseorang untuk tidak tergesa-gesa mengambil keputusan dan mempertimbangkan semua aspek dengan matang.

4. Mendapat Pahala Besar:

Allah menjanjikan pahala besar bagi orang-orang yang berlaku adil, baik di dunia maupun akhirat.

Selasa, 19 November 2024

Sudahkah al-Qur'an menyentuh Hati Kita...?

Allah azza wa jalla berfirman didalam Al-Qur'an surah al anfal ayat ke-2 :

 إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman (yakni orang yang sempurna keimanannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (yaitu ancaman-Nya) gemetarlah (takutlah) hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (keyakinan karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (bersandar kepada-Nya tidak kepada yang lain) [Tafsir jalalain hal 177 maktabah Ash shofa mesir 2004]

Ayat yang mulia ini merupakan ekspresi & cerminan dari orang yang benar-benar beriman. Allah SWT menggambarkan keimanan sejati sebagai sesuatu yang mengakar kuat dalam hati, menumbuhkan rasa takut dan cinta kepada-Nya yang mendalam. Ketika nama Allah disebut, hati mereka bergetar, bukan karena rasa takut yang menyesakkan, tetapi karena rasa takjub, cinta, dan kesadaran akan kebesaran-Nya.

Keimanan mereka tidak statis; ia terus tumbuh dan berkembang. Saat mereka mendengar ayat-ayat Al-Qur'an, iman mereka bertambah. Ini menunjukkan bahwa hubungan mereka dengan Allah bukan sekadar ritual, melainkan sebuah perjalanan yang penuh makna, di mana firman-Nya menjadi sumber inspirasi, penghiburan, dan motivasi untuk terus mendekat kepada-Nya.

Puncak dari keimanan mereka adalah tawakal, yaitu sikap berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi keyakinan bahwa setelah berikhtiar, segala hasil ada di tangan Allah yang Maha Bijaksana. Ini melahirkan ketenangan dalam hati mereka, karena mereka tahu bahwa Allah tidak pernah mengecewakan hamba-hamba-Nya yang bergantung kepada-Nya.

Ayat ini mengajarkan kita bahwa iman sejati melibatkan hati yang hidup, akal yang memahami, dan tindakan yang bersandar penuh kepada Allah. Ia adalah cerminan dari hubungan yang mendalam dan tulus dengan Sang Pencipta, yang tidak hanya dirasakan dalam momen ibadah, tetapi juga hadir dalam setiap aspek kehidupan. Sungguh, ini adalah pengingat untuk kita semua agar senantiasa berusaha meningkatkan keimanan kita dan menggantungkan segala harapan hanya kepada-Nya.

Walhasil, keimanan bukan hanya tentang pengakuan di lisan, tetapi juga tentang ketenangan hati, peningkatan iman, dan kebergantungan total kepada Allah. Mari kita renungkan, sudahkah hati kita bergetar ketika mendengar nama-Nya? Sudahkah iman kita bertambah dengan membaca ayat-ayat-Nya ? Dan sudahkah kita menyerahkan segala urusan kepada-Nya dengan sepenuhnya dalam hati, lisan & tindakan...?

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Orang -orang yang beriman maka hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah (sadarilah), hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram (Qs Ar Ra'd 13:28)

Senin, 18 November 2024

Singularitas Big bang

Singularitas kosmologi yang menjadi Asal-usul alam semesta menunjuk pada penyebab yang berada diluar dimensi ruang dan waktu. Fenomena ini Membuktikan eksistensi Allah SWT bahwasanya mustahil alam semesta ini berasal dari ketiadaan. 

Pertama Kausalitas: Segala Sesuatu Memiliki Sebab

Dalam hukum kausalitas & prinsip aksi reaksi, setiap akibat memerlukan sebab.  Ini adalah prinsip dasar yang berlaku dalam filsafat dan sains.

Dalam fisika klasik, kausalitas berlaku dalam setiap interaksi energi dan materi. Namun, dalam fisika kuantum, fenomena seperti quantum fluctuations tampak tidak terikat oleh kausalitas klasik.

Meski demikian, quantum fluctuations tidak terjadi di "ketiadaan mutlak" tetapi di dalam quantum vacuum—yang merupakan entitas dengan hukum tertentu.

Singkatnya, alam semesta memerlukan penyebab pertama yang melampaui kausalitas ruang-waktu. Sebab pertama ini, menurut filsafat causa prima, adalah Allah.

Kedua Singularitas Kosmologi: Awal Alam Semesta

Teori Big Bang menunjukkan bahwa alam semesta memiliki awal mula sekitar 13,8 miliar tahun lalu.

Sebelum Big Bang, tidak ada ruang, waktu, atau materi seperti yang kita pahami. Maka, alam semesta memerlukan penyebab yang berada di luar dimensi ruang dan waktu.

Singularitas dalam Big Bang menggambarkan titik dengan kepadatan tak terhingga dan volume nol. Hal ini secara ilmiah mustahil terjadi tanpa ada "sesuatu" yang menyebabkannya. Penyebab tersebut tidak terikat oleh hukum fisika, yang sejalan dengan sifat Allah sebagai causa prima.

Ketiga Fisika Kuantum: Mekanisme Alam Semesta yang Misterius

Dalam fisika kuantum, terdapat fenomena seperti quantum superposition dan entanglement, yang menunjukkan bahwa realitas dapat berada dalam banyak keadaan sekaligus, tergantung pada interaksi dengan pengamat.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan filosofis: Apakah realitas memerlukan "pengamat utama" yang memastikan keteraturan di balik hukum kuantum? Dalam teologi, ini dapat dikaitkan dengan Allah sebagai observing entity utama.

Selain itu, quantum vacuum (vakum kuantum) adalah keadaan dasar energi yang melandasi keberadaan partikel subatomik. Ini mendukung gagasan bahwa bahkan sesuatu yang "muncul secara acak" di fisika kuantum tetap memerlukan hukum dasar sebagai aturan.

Keempat Fine-Tuning Alam Semesta

Alam semesta memiliki konstanta fisika yang sangat tepat, seperti konstanta gravitasi dan konstanta Planck. Perubahan kecil dalam nilai-nilai ini akan menyebabkan ketidakhidupan.

Banyak ilmuwan dan filsuf menyebut ini sebagai prinsip fine-tuning. Ketepatan luar biasa ini menunjukkan adanya desain atau kecerdasan di balik hukum-hukum alam.

Dalam konteks causa prima, desain sempurna ini menjadi argumen bagi keberadaan Allah sebagai pencipta yang cerdas.

kelima Prinsip Kausalitas dan Singularitas Kosmologi

Prinsip kausalitas dalam kosmologi menuntut adanya penyebab pertama yang tak disebabkan oleh apapun. Singularitas kosmologi, di mana ruang dan waktu bermula, membutuhkan sesuatu yang tidak terikat pada dimensi ruang dan waktu.

Allah, dalam teologi, adalah keberadaan yang necessary (tidak membutuhkan sebab) dan melampaui ruang-waktu. Ini menjadikan Allah sebagai penjelasan rasional untuk asal-usul singularitas dan alam semesta.

Fisika kuantum: Fenomena seperti entanglement dan fine-tuning memperkuat gagasan tentang keteraturan dan kecerdasan universal.

Anomaly Ateisme dalam teknologi

Rekayasa teknologi telah membawa manusia kemajuan peradaban yang spektakuler (luar biasa). Membenturkan Agama dan sains adalah sekulerisasi kehidupan yang "memenjarakan" umat islam dalam kebodohan, keterpurukan dan ketergantungan pada musuh-musuh islam.

Padahal perkembangan sains dan teknologi semakin menambah bukti kebenaran risalah islam yang telah Allah SWT turunkan kepada Rasulullah saw. Misalnya prinsip kausalitas atau sunatullah menunjukkan bahwa setiap sistem yang kompleks dan terarah memerlukan sebab yang sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Ateisme sengaja mengabaikan prinsip kausalitas dengan mengasumsikan bahwa kompleksitas dapat muncul tanpa penyebab atau pencipta. Padahal dalam realitas sederhana sekalipun itu memiliki hubungan sebab akibat. Begitu juga Neurosains telah membuktikan struktur Otak manusia yang begitu kompleks dengan cara kerjanya yang sangat menakjubkan dimana setiap bagian punya tujuan dan fungsinya tersendiri yang mustahil terbentuk tanpa desain penciptaan. pada artikel kali ini kita akan mengurai secara ringkas bahwa dalam microcontroller, distribusi tegangan, maupun proses booting terdapat perancangan desain, tujuan pembuatan, dan urutan kausal flowchat dan power state yang tidak mungkin muncul secara kebetulan dan tiba-tiba tanpa perencanaan, perhitungan yang presisi serta tanpa prinsip kausalitas. semua Ini mengindikasikan adanya Creator cerdas yang merancang dan mengatur sistem-sistem ini.


Pertama Brainware Microcontroller

Paradoks dan Anomali:

Desain dan Pemrograman: Microcontroller adalah perangkat keras yang bekerja berdasarkan instruksi yang diberikan melalui program (firmware). Program ini dirancang oleh manusia (brainware) dengan logika dan algoritma tertentu. Tidak ada microcontroller yang dapat berfungsi tanpa adanya rancangan dari pihak eksternal.

Singkronisasi Hardware dan Software: Sebuah perangkat cerdas seperti smartphone atau komputer modern akan dapat hidup dan berkerja dikendalikan oleh mikrocontroller terintegrasi (SoC). Microcontroller hanya dapat berfungsi jika hardware (Motherboard) dan software (OS) bekerja bersama. Hubungan ini menunjukkan sistem sebab-akibat yang terencana, bukan muncul secara acak dan kebetulan.

Fungsi Terarah: Setiap microcontroller dibuat untuk tugas tertentu, seperti mengontrol mesin, perangkat elektronik, atau robot. Fungsi ini mengharuskan adanya tujuan dan pemrograman awal yang cerdas.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Ateisme menolak adanya agen cerdas di balik keberadaan dan fungsi alam. Namun, dalam microcontroller, kausalitas menunjukkan bahwa hanya perancang cerdas yang dapat menciptakan sistem yang bekerja secara terintegrasi. Jika microcontroller memerlukan brainware, bagaimana mungkin alam semesta yang jauh lebih kompleks bisa ada tanpa agen cerdas?

Kedua Power State dan Distribusi Tegangan

Paradoks dan Anomali:

Prinsip Kausalitas Tegangan: Dalam sistem distribusi daya, setiap perubahan tegangan atau arus (seperti dari sumber energi ke perangkat) memerlukan desain yang presisi, seperti stabilisator, konverter, atau mekanisme proteksi. Ketidakseimbangan tegangan dapat menyebabkan kerusakan atau kegagalan sistem.

Hierarki Power State: Sistem distribusi energi memiliki berbagai level, seperti standby, low power, atau full power. Perpindahan antar level ini diatur oleh pengendali (controller) untuk memastikan efisiensi dan keamanan perangkat.

Proteksi dan Regulasi: Sistem proteksi seperti pemutus sirkuit (fuse) atau voltage regulator dirancang untuk menjaga sistem dari kerusakan akibat lonjakan arus atau tegangan rendah.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Prinsip kausalitas dalam distribusi tegangan menunjukkan bahwa fungsi yang stabil membutuhkan desain yang terencana. Jika sistem elektronik yang sederhana memerlukan desain seperti itu, bagaimana mungkin hukum alam yang jauh lebih kompleks (misalnya, distribusi energi di alam semesta) bisa ada tanpa agen cerdas?

Sistem distribusi energi di tubuh manusia (seperti transportasi oksigen dan glukosa) juga menunjukkan kausalitas yang sama. Ateisme gagal menjelaskan bagaimana sistem kompleks ini muncul tanpa rancangan.

Ketiga Tahapan Booting Smartphone dan Komputer

Paradoks dan Anomali:

Proses Booting: Ketika perangkat dihidupkan, ada tahapan booting yang dimulai dari BIOS/UEFI (untuk komputer) atau firmware (untuk smartphone). Tahapan ini mencakup:

1. Inisialisasi Hardware: Pemeriksaan perangkat keras untuk memastikan semua komponen berfungsi.

2. Pemuatan Sistem Operasi: Sistem operasi diakses dari penyimpanan dan dimuat ke memori untuk dijalankan.

3. Konfigurasi dan Eksekusi: Aplikasi dan driver diatur untuk siap digunakan.

Hierarki Tugas: Setiap langkah booting memiliki urutan yang sangat spesifik. Jika satu langkah gagal, perangkat tidak dapat berfungsi. Proses ini menunjukkan adanya logika terencana.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Tahapan booting memerlukan rancangan cerdas dan pengetahuan mendalam tentang interaksi perangkat keras dan perangkat lunak. Jika ateisme benar, mengapa sistem seperti ini, yang lebih sederhana dari alam semesta, memerlukan perancang cerdas sementara alam semesta dianggap terjadi secara kebetulan ?

أَمْ خُلِقُوا۟ مِنْ غَيْرِ شَىْءٍ أَمْ هُمُ ٱلْخَٰلِقُونَ

أَمْ خَلَقُوا۟ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۚ بَل لَّا يُوقِنُونَ

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri) ?

Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu ? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan) (Qs Ath Thuur 52:35-36)

Analoginya dalam alam : Proses "booting" seperti fase perkembangan embrio, diferensiasi sel, atau mekanisme regenerasi organ juga membutuhkan tahapan spesifik yang saling bergantung. Ateisme gagal menjelaskan kausalitas di balik proses ini.

قُلْ ءَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ ٱللَّهُ ۗ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَتَمَ شَهَٰدَةً عِندَهُۥ مِنَ ٱللَّهِ ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah...? dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan (Qs al Baqarah 2:140)

Ateisme bertentangan dengan sains

   Fenomena terbentuknya alam semesta memang menjadi misteri bagi orang yang tidak beriman. Merebaknya pemikiran sesat ateisme yang tidak mengakui eksistensi tuhan bergantung pada faktor acak, kebetulan dan tiba-tiba merupakan kesalahan empiris yang berusaha diilmiah dan dirasionalisasikan dengan berbagai dalih teori yang melanggar prinsip dasar kausalitas dan realitas itu sendiri. Misalnya adanya baju dan celana yang kita pakai mustahil ada dengan sendirinya atau menciptakan dirinya sendiri apalagi Kompleksitas DNA, RNA, mekanisme biologis, hingga pengaturan tubuh menunjukkan adanya penyebab yang lebih tinggi atau cerdas. Dalam sains modern, ada semakin banyak bukti bahwa kebetulan tidak cukup menjelaskan keberadaan fenomena kompleks ini, sehingga membuka ruang untuk refleksi terhadap keberadaan entitas atau prinsip yang melampaui materi melalui :

Pertama Kompleksitas DNA & RNA

Informasi dalam DNA: DNA merupakan molekul yang mengandung informasi genetik dalam bentuk kode, seperti A-T dan C-G. Informasi ini sangat kompleks, bahkan menyerupai bahasa pemrograman. Dalam sains modern, kompleksitas informasi semacam ini sulit dijelaskan melalui proses kebetulan acak seperti yang dijelaskan teori ateistik murni.

Paradoks Kausalitas: Untuk menciptakan informasi, diperlukan intelligence. Bagaimana informasi genetik yang begitu kompleks dapat muncul tanpa penyebab yang "cerdas" tetap menjadi pertanyaan besar.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Ateisme cenderung mengasumsikan bahwa mekanisme kebetulan (seperti mutasi acak) sudah cukup untuk menjelaskan lahirnya DNA. Namun, prinsip kausalitas mengharuskan adanya sebab yang sebanding dengan efeknya, sementara informasi kompleks seperti DNA biasanya berasal dari sebab yang terarah atau cerdas (intelligent cause).

Kedua Neurosains

Kesadaran: Otak manusia, walaupun berfungsi secara biologis, menghasilkan kesadaran, pemikiran logis, dan emosi. Fenomena kesadaran ini melampaui aktivitas kimia dan listrik di otak, sehingga menjadi tantangan bagi ateisme yang memandang otak hanya sebagai mesin biologis.

Pengalaman Subjektif: Neurosains menunjukkan bahwa pengalaman subjektif tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh mekanisme fisik semata. Ada dimensi non-material yang tidak bisa diabaikan.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Jika ateisme benar dan hanya materi yang ada, maka kesadaran tidak akan memiliki "arti" yang nyata. Namun, fakta bahwa manusia memiliki kapasitas moral, logika, dan intuisi menunjukkan adanya sesuatu yang melampaui materi fisik.

Ketiga Biologi dan Biokimia

Sistem Biokimia Tak Tergantikan (Irreducible Complexity): Banyak sistem dalam tubuh (seperti flagela bakteri atau proses pembekuan darah) memiliki komponen yang saling bergantung. Jika salah satu komponen hilang, sistem tersebut tidak akan berfungsi.

Energi Minimum untuk Kehidupan: Semua kehidupan bergantung pada enzim dan protein, yang memerlukan konfigurasi khusus untuk fungsi. Asal-usul enzim pertama tetap tidak dapat dijelaskan secara alami tanpa asumsi adanya rancangan.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Biokimia modern menunjukkan bahwa asal mula kehidupan tidak mungkin hanya melalui kebetulan, karena peluang pembentukan protein secara spontan hampir nol. Ateisme gagal memberikan penjelasan kausalitas yang memadai.

Keempat Embriologi

Pengembangan Terpadu: Proses perkembangan embrio sangat teratur dan melibatkan sinyal genetik yang kompleks. Tahap-tahap seperti gastrulasi, diferensiasi sel, dan organogenesis memerlukan koordinasi yang presisi.

Blueprint Genetik: Gen bertindak seperti blueprint untuk perkembangan makhluk hidup. Bagaimana "rencana" kompleks ini muncul tanpa agen perancang tetap menjadi misteri.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Jika alam adalah hasil dari kebetulan, maka keberadaan sistem pengkodean genetik yang presisi tidak dapat dijelaskan. Kausalitas ilmiah mengindikasikan adanya perancang yang cerdas di balik proses ini.


Kelima Prinsip Diagnosis Penyakit & Patofisiologi

Keselarasan Sistemik: Tubuh manusia bekerja sebagai sistem terpadu. Penyakit sering kali melibatkan gangguan sistemik yang hanya dapat dijelaskan melalui pemahaman yang mendalam terhadap interaksi biologis.

Homeostasis: Sistem tubuh memiliki mekanisme pengaturan mandiri (seperti keseimbangan asam-basa atau suhu tubuh) yang menuntut desain yang sangat kompleks.

Kecacatan Pemikiran Ateisme:

Ateisme tidak mampu menjelaskan bagaimana sistem pengaturan yang begitu presisi dapat muncul hanya melalui evolusi kebetulan. Prinsip kausalitas menunjukkan bahwa desain kompleks ini memerlukan "perancang" yang mengerti bagaimana mengintegrasikan berbagai sistem tubuh.

Minggu, 17 November 2024

Sains menemukan Tuhan

Pencarian tuhan melalui sains sering kali berakhir kandas dikalangan Ateis Karena ketiadaan bukti empiris. Padahal skeptisme justru menghilangkan kewarasan akal sehat  & Rasionalitas bahkan Sunatullah (kausalitas) atas eksistensi Tuhan. Dalam paparan singkat ini akan Kita uraikan kemustahilan alam semesta tercipta atau berasal dari "ketiadaan"  ditinjau dari beberapa aspek :

 Pertama Matematika & Binary

- Matematika :

  Dalam konteks matematis, konsep ketiadaan bisa dipahami melalui ideal bahwa '0' (nol) tidak dapat menjadi dasar untuk menghasilkan '1' (satu) atau lebih. Dalam banyak sistem, '0' melambangkan ketiadaan, dan jika kita menganggap alam semesta sebagai '1' (existence), maka membuka argumen tentang bagaimana sesuatu dengan sifat eksistensial dapat muncul dari yang tidak ada (0) menjadi masalah fundamental. Jika kita mencoba untuk menerapkan operasi matematis, menunjukkan bahwa setiap 'hasil' (eksistensi) memerlukan input (sebab) menjadi tantangan besar.

- Binary :

  Dalam sistem biner, setiap angka direpresentasikan oleh kombinasi dari 0 dan 1. Ketiadaan diwakili dengan 0, dan eksistensi dengan 1. Untuk berpindah dari 0 ke 1, diperlukan suatu perubahan—sebuah "gerakan" dari keadaan tidak ada ke ada—yang lagi-lagi menekankan bahwa ketiadaan tidak dapat menghasilkan eksistensi tanpa adanya suatu proses atau penyebab.

Kedua Kimia Aksi dan Reaksi

- Hukum Aksi dan Reaksi :

  Dalam kimia, hukum aksi dan reaksi, termasuk hukum kekekalan massa, menyatakan bahwa dalam setiap reaksi kimia, jumlah massa sebelum dan sesudah harus tetap sama. Jika kita menerapkan hukum ini pada asal usul alam semesta, hal ini menyiratkan bahwa untuk setiap 'reaksi' (munculnya alam semesta), harus ada 'aksi' (keadaan awal yang ada) yang mendasari. Ketiadaan mutlak tidak dapat memberikan materi atau energi untuk terjadinya reaksi yang menghasilkan eksistensi.

- Keseimbangan Reaksi :

  Contoh lain dalam kimia adalah reaksi eksotermik atau endotermik yang memerlukan energi tertentu untuk dimulai. Ketiadaan energi atau materi membuat tidak mungkin adanya reaksi yang dapat mendorong penciptaan sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa segala bentuk penciptaan memerlukan faktor-faktor kimia yang ada sebelumnya.

Ketiga Hukum Kausalitas & Realitas

- Hukum Kausalitas :

  Hukum ini menyatakan bahwa setiap efek harus memiliki penyebab. Dalam konteks alam semesta, jika kita mengklaim bahwa alam semesta muncul dari ketiadaan, kita menghadapi kontradiksi: siapa atau apa yang menyebabkan penciptaan tersebut? Tanpa penyebab, argumen penciptaan dari ketiadaan menjadi sulit untuk diterima dalam konteks logika dan realita.

- Realitas :

  Realitas fisik berdasarkan pada interaksi dan hubungan antara objek dan energi. Jika kita menerima bahwa tidak ada apapun (ketiadaan), maka kita tidak memiliki kerangka nyata atau substansial yang mengarahkan pada eksistensi. Realitas yang kita kenal dibangun dari sebagian besar interaksi, yang tidak mungkin terjadi jika segala sesuatu dimulai dari ketiadaan.

 Keempat Fisika Kuantum

- Fenomena Kuantum :

  Dalam fisika kuantum, kita menemui konsep seperti fluktuasi vakum, yang melihat partikel muncul dan menghilang. Namun, fenomena ini tidak berarti bahwa sesuatu muncul dari ketiadaan mutlak; melainkan, ini menggambarkan dinamika dalam suatu bidang energi yang kompleks (vakum kuantum) yang selalu ada. Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam mekanika kuantum, ketiadaan mutlak tidaklah ada dalam pengertian fisik yang sebenarnya.

- Prinsip Ketidakpastian Heisenberg :

  Prinsip ini menjelaskan bahwa kita tidak dapat mengetahui posisi dan momentum suatu partikel secara bersamaan dengan presisi. Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam realitas kuantum yang tampak acak, ada batasan dalam prediktabilitas yang tidak dapat mengarah pada penciptaan dari ketidakpastian mutlak.

kelima Argumentasi Rasional dan Logis

- Logika Formal:

   Dalam logika formal, berlaku prinsip non-kontradiksi, yang menyatakan bahwa suatu pernyataan tidak dapat benar dan salah pada waktu yang bersamaan. Mengklaim bahwa sesuatu (alam semesta) muncul dari ketiadaan bertentangan dengan logika, karena kita berada di jalur menciptakan sesuatu dari yang tidak ada.

- Argumentasi Pembuktian:

   Selain itu, dalam penalaran rasional, kita sering kali menggunakan prinsip bahwa bukti harus ada sebelum sebuah klaim diterima. Mengklaim bahwa alam semesta berasal dari ketiadaan tidak memenuhi standar ini, karena kita tidak memiliki bukti empiris

ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (Qs Al-Baqarah 2:22) 

إنه الخالق و لا تخلقون ولا يكون إلها إلاّ من يخلق

Sesungguhnya Allah itulah yang maha menciptakan dan bukan kalian yang menciptakan serta tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Tuhan yang maha menciptakan [Tafsir jalalain hal 4 Maktabah ash shofa Mesir 2004]

Keutamaan adab dan akhlak yang baik

   Kemuliaan seorang muslim tercermin pada Adab dan akhlaknya yang baik. Selain berdampak positif secara spiritual, akhlak yang baik juga membawa manfaat dalam hubungan sosial, moral, serta dalam mendekatkan diri kepada Allah terlebih lagi para pengemban dakwah dai & mubaligh. Dengan demikian, seorang Muslim yang baik akan selalu menjaga akhlak dan adabnya baik lisan‚ tulisan & perbuatannya.

Bersikap Ihsan

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْمُسْلِمِينَ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Nabi ﷺ ditanya "muslim manakah yang paling utama ?" Beliau menjawab, "Seorang muslim yang orang lain selamat dari (bahaya) lisan dan tangannnya (HR Tirmidzi)

Adab dan akhlak yang baik merupakan buah dari iman dan amal sholeh. Allah SWT dan Rasul-Nya menekankan pentingnya seorang muslim bersikap ihsan dalam berbagai aspek kehidupan. 

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)

Keharmonisan hidup

Selanjutnya Adab dan akhlak yang baik akan menciptakan hubungan sosial yang harmonis. Dalam konteks ini, memiliki akhlak yang baik membawa dampak positif baik bagi individu‚ rumah tangganya‚ maupun masyarakat. 

Hubungan Sosial : Akhlak yang baik akan membangun rasa saling percaya antaranggota keluarga & masyarakatnya. Misalnya, seseorang yang selalu menepati janji akan dipandang sebagai pribadi yang terpercaya, sehingga membangun hubungan yang lebih kuat dengan orang disekitarnya.

Ketenangan Hati : kelembutan hati‚ tutur kata serta perilaku ihsan akan membawa pada kedamaian batin dan ketenangan jiwa. Misalnya disaat seseorang bersikap baik memudahkan urusan saudaranya atau membantu orang lain, hal tersebut menciptakan rasa bahagia dan kepuasan batin bagi hati yang tulus lagi bersih.

kebijaksanaan : Adab yang baik mengajarkan kita untuk bersikap adil terhadap sesama waro' dan tawadhu' dalam menyikapi berbagai persoalan. Bahkan diantara tanda baiknya adab ialah al itsar yaitu mendahulukan saudaranya. Inilah yang menjadi dasar dalam menegakkan keadilan sosial.

Empati dan ta'awun : kebersihan hati tercermin dari akhlak yang baik sehingga menjadikannya peka terhadap kesulitan orang lain, lalu mendorong kita untuk ta'awun yakni sikap saling membantu dan tolong menolong tidak membiarkan apalagi menyakitinya.

Meningkatkan Ketaqwaan

وَٱلَّذِينَ هُمْ لِأَمَٰنَٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَٰعُونَ

"Dan orang-orang yang memelihara (menjaga) amanat dan janjinya"(Qs Al-Muminun : 8)

Adab dan Akhlak yang baik berkorelasi erat dengan kualitas ibadah seseorang. Seorang Muslim yang memiliki akhlak yang baik akan lebih mudah dalam taqorrubnya yaitu menjalankan ibadah dan muamalahnya.

Begitu pula Rasulullah SAW bersabda : 

"Diantara orang-orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Abu Dawud)

Sabtu, 16 November 2024

Hidayah kholqiyah berupa Akal

Allah azza wa jalla berfirman :

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ  

sesungguhnya Kami benar - benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Qs At Tiin 95 : 4)

Allah SWT telah memberikan keistimewaan dalam proses penciptaan manusia berupa karunia akal yang tidak Allah berikan kepada hewan dan tumbuhan apalagi benda mati. nikmat akal ini Merupakan hidayah kholqiyah (Penciptaan) yang Allah berikan untuk memahami Petunjuknya berupa  Al-Qur'an, As Sunnah yang tersimpan dalam khazanah islam yang menjadi Database petunjuk-Nya yang berisi Sistem informasi Ilahi (ma'lumat as sabiqoh) sebagai Guides dan tools "logaritma uluhiyah" kehidupan seorang muslim yang meniti jalan kebenaran dan menapaki tangga keridhoan Rabbnya.

هَٰذَا بَلَٰغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُوا۟ بِهِۦ وَلِيَعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Al-Quran ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa agar orang-orang yang berakal itu mengambil pelajaran (Qs Ibrahim 14 : 52)

Sahabat beriman, Akal (mindset) merupakan  Pikiran yang diprogram  berdasarkan input informasi yang didapatkannya baik secara logic maupun Rasional melalui proses berfikir yang benar. sedangkan Otak merupakan hardware yang menjalankan Operating System (OS) Kesadaran serta berbagai software pemikiran yang diinstall padanya.

selanjutnya imam almawardi 450H rahimahullah menjelaskan keutamaan akal :

أسّ الفضائل و ينبوع الآداب هو العقل الذي جعله الله تعالى للدين أصلا، وللدنيا عمادا.  فأوجب التكليف بكماله

Asas berbagai keutamaan dan sumber (kemuliaan) adab dia adalah akal yang Allah telah menjadikannya sebagai Pangkal dalam beragama serta pilar bagi dunia bahkan Allah mewajibkan taklif (Pelaksanaan ibadah) berdasarkan kesempurnaan Akal (Adabud dunia wad dien hal 7 darul 'alamiyah) 

itulah mengapa anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan melaksanakan syariah seperti sholat, berpuasa, berhaji disebabkan mereka belum atau tidak sempurna akalnya.

Imam ibnu Qoyyim al jauzi menjelaskan :

أن المعاصي تفسد العقل، فإن للعقل  نورا، والمعصية تطفئ نور العقل

Bahwasanya maksiat itu merusak akal. Sesungguhnya akal itu memiliki cahaya.  sementara maksiat itu memadamkan cahaya akal (Ad da'u wa dawa'u hal 54 darul 'alamiah)

Tapi tanpa Islam, nikmat hidayah penciptaan (kholqiyah) berupa akal ini bisa menjadi sumber kerusakan bahkan kehancuran Karena tidak dipergunakan sesuai fitrahnya untuk memahami hidayah irsyad (petunjuk) wal bayan (penjelasan) yakni al-Qur'an Al Kareem dan as sunnah an nabawiyah.

كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat (hukum-hukum) Nya supaya kamu memikirkan (memahaminya) (Qs Al Baqarah 2 : 242)

✅ Upgrade your Mindset with Islam kaffah

 اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي، وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي، وَارْزُقْنِي عِلْم يَنْفَعُنِي  وَزِدْنِي عِلْمًا، الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّار 

Parenting islam kaffah

    رَبَّى : [ر ب و]. (فعل: رباعي متعد). رَبَّيْتُ، أُرَبِّي، رَبِّ، مصدر تَرْبِيَةٌ. 1."رَبَّى وَلَدَهُ تَرْبِيةً عِلْمِيَّةً" : عَلَّمَهُ، أنْشَأَهُ تَنْشِئَةً عِلْمِيَّةً، هَذَّبَهُ. "يُرَبِّي أَبْنَاءهُ علَى الفَضِيلَةِ وَالأَخْلاَقِ". 2."رَبَّى الوَلَدَ" : غَذَّاهُ. 3."رَبَّى الشَّيْءَ" : نَمَّاهُ. 4."رَبَّى الفَوَاكِهَ" : طَبَخَ كُلَّ نَوْعٍ مِنْهَا وَعَقَدَهُ بِالسُّكَّرِ لِيُحَوِّلَهُ إِلَى رُبٍّ، مُرَبَّى. [معجم الغني]

Tarbiyatul Islam atau parenting Islami didalamnya terdapat tiga pilar utama yang bersifat holistik atau menyeluruh dalam membentuk kepribadian islami anak yaitu ta'lim (pendidikan atau pengajaran), ta'dib (pembentukan adab atau tata krama), dan qudwah (keteladanan) yang Meliputi aspek lahir atau aktivitas fisik (af’alul jawarih) maupun aspek batin atau aktivitas hati (af’alul qolbi), yang mencakup dimensi aqidah, ibadah, muamalah, kejiwaan atau an nafs (psikologi) serta akhlak dan adab. Namun hal terpenting yang perlu dipahami sesungguhnya hakikat pendidikan itu merupakan tanggung jawab kedua orang tua. sekolah & pesantren hanya membantu orang tua dalam proses penyelenggaraan pendidikan (Ta'lim) bagi anak-anaknya

Pertama Ta'lim wa ta'allum

Ta'lim adalah proses mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak, khususnya pengetahuan tentang Islam. Pengajaran ini mencakup dasar-dasar aqidah, ibadah, muamalah, dan nilai-nilai akhlak.

Aqidah: Anak diajarkan tentang tauhid (keesaan Allah), mengenal sifat-sifat Allah, dan prinsip keimanan kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan takdir.

Contoh: Mengajarkan anak kalimat tauhid "Laa ilaaha illallah" sejak dini dan memberikan penjelasan tentang maknanya.

Ibadah: Pengajaran tentang tata cara beribadah yang benar, seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Qur'an.

Contoh: Mengajari anak cara shalat yang benar, termasuk tata cara wudhu, gerakan shalat, dan doa-doa yang dibaca.

Muamalah: Memberikan pemahaman dasar tentang bagaimana berinteraksi dan bergaul dengan orang lain sesuai ajaran Islam.

Contoh: Mengajarkan anak tentang pentingnya berkata jujur, menjaga amanah, dan bertutur kata yang baik kepada sesama.

Akhlak: Mengenalkan prinsip-prinsip akhlak mulia seperti  sabar, rendah hati, menghormati yang tua, menghargai yang setara (sebaya) dan menyayangi yang muda

Contoh: Mendorong anak untuk senantiasa mengucapkan "terima kasih" atau "maaf" Serta memuliakan manusia.

Kedua Ta'dib wa taqwin

Ta'dib adalah penanaman nilai-nilai adab dan tata krama yang baik kepada anak. Ini bertujuan agar anak memiliki sikap sopan santun atau etika Islam dalam lisan, tulisan & perbuatannya.

Aqidah: Menumbuhkan rasa takut (khauf), harap (roja') dan cinta (mahabbah) kepada Allah yang akan membimbing perilakunya.

Contoh: Mengajari anak untuk tidak menyakiti makhluk hidup sebagai bentuk penghormatan pada ciptaan Allah.

Ibadah: Menekankan adab dalam beribadah, seperti kekhusyukan dalam shalat dan menjaga kesucian.

Contoh: Menjaga adab saat membaca Al-Qur'an, seperti berwudhu sebelum membaca, dan tidak meletakkan Al-Qur'an di tempat yang rendah.

Muamalah: Menerapkan adab ketika berinteraksi dengan sesama, termasuk adab berbicara, makan, dan bertamu.

Contoh: Mengajarkan anak untuk mengucapkan salam ketika bertemu dan menunggu giliran ketika berbicara.

Akhlak: Menanamkan kesantunan, kepedulian, dan empati terhadap orang lain.

Contoh: Mendorong anak untuk selalu membantu orang tua atau menyapa tetangga dengan ramah.

Ketiga Qudwah 

Qudwah adalah memberikan keteladanan atau contoh langsung dari orang tua kepada anak. Anak cenderung meniru apa yang dilakukan orang tuanya, sehingga penting bagi orang tua untuk menunjukkan perilaku yang baik.

Aqidah: Orang tua menunjukkan keteguhan iman dan rasa Qona'ah dalam segala keadaan, sehingga anak pun belajar untuk Qona'ah yakni sabar dalam musibah Syukur dalam nikmat.

Contoh: Orang tua berdoa, Tawakal dan Isti'anah dalam setiap kondisi, sehingga anak melihat bahwa keimanan bukan hanya teori tetapi juga praktik.

" Jangan Rusak kebahagiaanmu dengan sifat iri & serakah "

Ibadah: Orang tua menjalankan ibadah dengan konsisten sehingga menjadi contoh bagi anak.

Contoh: Orang tua shalat berjamaah bersama anak dan menunjukkan keseriusan dalam beribadah.

Muamalah: Orang tua menunjukkan bagaimana berinteraksi dengan orang lain dengan baik dan santun.

Contoh: Orang tua bersikap jujur dalam berdagang atau bekerja, sehingga anak melihat pentingnya kejujuran.

 وتولّني فيمن تولّيتَ

" Ya Allah dekatkanlah aku pada orang-orang yang telah Engkau dekatkan padaMu "

Akhlak dan Adab: Orang tua mengajarkan integritas dalam bertutur kata dan berprilaku sehari-hari.

Contoh: Orang tua tidak membentak anak atau pasangan, melainkan menggunakan bahasa yang lembut dan penuh kasih sayang.

Khatimah 

     Penerapan ketiga pilar ini akan membantu anak memiliki pemahaman yang utuh tentang Islam, serta memiliki adab dan akhlak mulia yang mengakar, baik dalam Aqidah, ibadah, maupun Muamalah (interaksi sosial). Pilar-pilar ini diterapkan secara holistik (kaffah) untuk membentuk kepribadian islami anak serta mempersiapkan masa depan terbaik mereka berdasarkan tuntunan islam yang kaffah (komprehensif).