Menolak eksistensi Allah sebagai Prima cause dengan alasan tidak bisa dibuktikan secara empiris bukan hanya sekedar kecacatan berfikir (logical fallacy), menyalahi realitas serta kausalitas (Sunatullah) tapi merupakan bukti ketidak warasan akal sehat akibat "mempertuhankan" kedunguan Ateisme yang tidak rasional
قُلْ أَرَءَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَرُونِى مَاذَا خَلَقُوا۟ مِنَ ٱلْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ ۖ ٱئْتُونِى بِكِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ هَٰذَآ أَوْ أَثَٰرَةٍ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit ? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar" (Qs al Ahqaaf 46:4)
Selanjutnya kenapa Prima cause itu harus Allah SWT bukan yang lain...?
Keyakinan bahwasanya penciptaan alam semesta berasal dari satu materi atau singularitas yang terkompresi lalu meledak (big bang) dan mengembang (inflation) bersumber dari Allah yang tunggal (Esa) bukanlah faktor kebetulan & tiba-tiba. Tauhid adalah landasan utama keimanan seorang Muslim. Adapun alasan paling mendasar bahwasanya Tuhan itu menciptakan alam raya ini ialah kausalitas bahwasanya segala akibat pasti ada penyebabnya. Ini bukanlah sekedar argumentasi logis dan Rasional tapi realitas kehidupan yang terbantahkan. Namun Allah tidak tercipta dari apapun dan diciptakan oleh siapapun Karena Dialah Cause prima itu sendiri. Sehingga mustahil ada permulaannya Serta terikat oleh dimensi ruang waktu yang diciptakanNya. Adapun Beberapa alasan rasional lain diantaranya :
1. Keesaan yang Logis:
Dalam Aqidah Islam, konsep keesaan Tuhan (tauhid) adalah keyakinan paling rasional, masuk akal dari pada adanya banyak tuhan. Sebab Jika ada lebih dari satu pencipta, akan ada potensi konflik antara kehendak dan tindakan mereka. Hal ini bisa menyebabkan kekacauan dalam tatanan alam semesta, yang bertentangan dengan realitas bahwa alam ini berfungsi secara teratur dan harmonis.
2. Keharmonisan Alam Semesta:
Alam semesta menunjukkan keteraturan dan keselarasan yang luar biasa. Hukum-hukum alam bekerja dengan sangat presisi, mulai dari gerakan planet hingga interaksi molekul. Keteraturan ini menunjukkan adanya satu sumber kekuasaan dan pengetahuan mutlak yang mengatur segalanya. Jika ada banyak dewa, sulit membayangkan bagaimana mereka bisa menciptakan dan menjaga harmoni ini tanpa bertabrakan satu sama lain.
3. Kekuatan dan Keabsolutan:
Tuhan dalam pengertian monoteistik (Tauhid) adalah entitas yang Maha Kuasa dan tidak terbatas. Jika ada lebih dari satu Tuhan, masing-masing tidak akan bisa memiliki kekuasaan absolut, karena kekuasaan mereka akan dibatasi oleh keberadaan Tuhan lainnya. Ini bertentangan dengan konsep keesaan Allah sebagai yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa.
4. Konsistensi dalam Penyembahan:
Dengan mengakui satu Tuhan, manusia dapat memiliki hubungan yang lebih konsisten dalam penyembahan dan ibadah. Jika ada banyak dewa, akan timbul kebingungan tentang siapa yang harus disembah dan bagaimana cara menyembahnya. Konsep Allah yang tunggal memberikan panduan yang jelas dan tegas dalam menjalani hidup dan ibadah.
5. Dalil Wahyu:
Dalam banyak kitab suci, seperti Al-Quran, disebutkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan dan memelihara alam semesta. Misalnya, dalam Surah Al-Ikhlas (112:1-4), Allah digambarkan sebagai "Ahad" (Satu), tanpa sekutu dan tidak bergantung pada apapun.
Jadi, penciptaan oleh satu Tuhan merupakan argumentasi yang lebih logis, konsisten, dan sesuai dengan realitas keteraturan alam semesta. Monoteisme atau ketauhidan memberikan penjelasan yang lebih koheren tentang keberadaan, keharmonisan, dan kekuasaan tertinggi di alam semesta.
وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا
Sembahlah (beribadahlah) kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun (Qs an Nisa 4:36)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar