Siapapun yang memiliki akal Sehat (waras) pasti menyadari bahwasanya segala akibat pasti ada penyebabnya causa prima (asbabul asbab). dimana sesuatu yang "ada" tidak hanya terbatas pada sesuatu yang inderawi atau fisik semata.
Misalnya perbedaan Operating system (OS) Android & Ios tidaklah terjadi secara kebetulan dan acak. Begitu pula OS Windows, Mac OS dan Linux dengan berbagai distronya. Semua itu didesain, diprogram secara terstrukur & terencana dan terus dikembangkan. Begitu juga dengan berbagai Aplikasi yang Kita gunakan semuanya dirancang secara sistematis dan spesifik tidak ada yang tercipta dengan sendirinya. Termasuk beraneka ragam Games dari berbagai platform. semua itu tidak ada dengan sendirinya melainkan ada yang menciptakan dan mengembangkannya yaitu para programer & Developer Software.
Demikian pula bisa kita pastikan Kemustahilan terbentuknya genomik (DNA dan RNA) yang begitu beraneka ragam & kompleks tercipta secara acak dan kebetulan semata tanpa desain atau perencanaan yang spesifik dan akurat juga karena beberapa faktor ilmiah yang berkaitan dengan probabilitas, kompleksitas, konfigurasi suhu, ruangan, timing, tekanan dan kondisi yang diperlukan untuk kehidupan. Berikut ini penjelasan ilmiah terkait argumen kemustahilan terbentuknya genomik secara acak :
Pertama Probabilitas Terbentuknya Molekul Genetik Fungsional
Genomik, seperti DNA dan RNA, terdiri dari urutan nukleotida (adenin, guanin, sitosin, timin/urasil). Untuk menghasilkan molekul genetik yang dapat menjalankan fungsi biologis, nukleotida harus tersusun dalam urutan yang sangat spesifik. Peluang terbentuknya urutan yang tepat untuk menghasilkan protein atau enzim tertentu secara acak sangat kecil.
Sebagai contoh, molekul protein rata-rata tersusun dari ratusan hingga ribuan asam amino yang tersusun dalam urutan yang presisi. Jika setiap asam amino memiliki 20 kemungkinan varian, maka jumlah kombinasi urutan untuk protein sederhana dengan 100 asam amino adalah **20^100**, yang setara dengan sekitar **10^130**. Ini adalah angka yang sangat besar, melebihi jumlah atom di alam semesta (sekitar 10^80). Peluang terbentuknya urutan yang fungsional secara kebetulan sangatlah kecil, sehingga tampak mustahil tanpa intervensi atau arahan.
Kedua Spesifikasi Informasi Genetik
DNA menyimpan informasi genetik yang sangat spesifik dalam bentuk urutan nukleotida. Informasi ini bukan hanya hasil dari proses kimia biasa, melainkan representasi kode genetik yang harus ditranslasikan dengan tepat agar menghasilkan protein fungsional. Peneliti seperti **Hubert Yockey**, seorang ahli teori informasi, menyatakan bahwa informasi dalam DNA serupa dengan bahasa atau program komputer, yang memerlukan pengirim informasi yang cerdas. Kode genetik ini dianggap sebagai **"spesifikasi informasi kompleks"**, di mana informasi tidak dapat dijelaskan hanya sebagai hasil dari proses acak atau seleksi alam.
Proses yang menghasilkan urutan spesifik tersebut, yang bisa mereplikasi, mentranskripsi, dan mentranslasi dirinya sendiri, jauh lebih kompleks dibandingkan urutan nukleotida acak. Ini mendorong kesimpulan bahwa kode genetik membutuhkan desain atau perencanaan yang disengaja.
Ketiga Ketergantungan Saling Melengkapi Sistem Molekuler
Sistem genomik tidak bisa berdiri sendiri, melainkan tergantung pada komponen lain seperti protein dan enzim untuk berfungsi. Ini menciptakan masalah ketergantungan mutual yang disebut "masalah ayam dan telur": DNA diperlukan untuk menghasilkan protein, namun protein juga diperlukan untuk replikasi DNA.
Dalam sel hidup modern, enzim dan protein yang dibutuhkan untuk replikasi DNA hanya dapat disintesis berdasarkan instruksi yang ada dalam DNA. Argumen ilmiah ini menunjukkan bahwa kompleksitas saling tergantung ini sangat sulit dijelaskan oleh seleksi alam atau kebetulan belaka, karena kedua komponen harus sudah ada dan bekerja bersamaan sejak awal agar sistem biologis dapat berfungsi.
Keempat Kondisi Bumi Purba yang Tidak Ideal
Salah satu tantangan dalam hipotesis abiogenesis (terbentuknya kehidupan dari bahan non-hidup) adalah bahwa kondisi Bumi purba mungkin tidak ideal untuk pembentukan molekul kompleks seperti DNA atau RNA secara spontan. Untuk terbentuknya molekul seperti DNA atau RNA, diperlukan sumber energi yang tepat, konsentrasi bahan kimia yang spesifik, dan lingkungan yang stabil.
Pada Bumi purba, radiasi ultraviolet, suhu tinggi, dan ketidakstabilan lingkungan membuat molekul organik yang terbentuk secara spontan mungkin akan cepat terurai sebelum mereka dapat membentuk sistem biologis yang fungsional. Ini mengurangi peluang terbentuknya genomik melalui proses acak.
Kelima Batasan Seleksi Alam pada Tahap Pra-kehidupan
Seleksi alam, dalam teori evolusi, berfungsi pada makhluk hidup yang sudah ada dan bereproduksi. Namun, pada tahap awal kehidupan (sebelum adanya sel hidup yang dapat bereproduksi), seleksi alam belum dapat beroperasi. Ini berarti bahwa proses acak harus bertanggung jawab sepenuhnya untuk terbentuknya molekul kompleks pertama yang dapat melakukan replikasi diri.
Mengandalkan kebetulan dan proses kimia sederhana pada tahap ini dianggap terlalu mustahil, karena molekul yang harus terbentuk tidak hanya membutuhkan struktur yang tepat, tetapi juga kemampuan untuk melakukan replikasi diri dan berinteraksi secara fungsional dengan lingkungannya. Tanpa desain atau pengarah, probabilitas munculnya molekul semacam itu dianggap sangat kecil.
Keenam Keberadaan Hukum-Hukum Fisika yang Mendukung Kehidupan
Alam semesta diatur oleh hukum-hukum fisika yang sangat presisi, seperti gravitasi, konstanta Planck, dan interaksi nuklir lemah dan kuat. Jika salah satu dari konstanta tersebut berubah sedikit saja, kehidupan seperti yang kita kenal mungkin tidak akan bisa terbentuk. Ini disebut sebagai argumen fine-tuning (penyesuaian halus), di mana hukum-hukum fisika tampaknya dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan terbentuknya kehidupan.
Argumen ini menunjukkan bahwa bukan hanya genomik, tetapi juga seluruh alam semesta tampaknya disetel dengan sangat presisi untuk mendukung kehidupan, yang bagi beberapa ilmuwan dan filsuf merupakan indikasi adanya desain atau perencanaan yang disengaja.
Khatimah
Dari sudut pandang probabilitas, kompleksitas molekuler, dan ketergantungan mutual antara sistem-sistem biokimia, sulit untuk membayangkan bagaimana genomik yang sangat kompleks bisa terbentuk hanya melalui kebetulan dan proses acak. Ilmu pengetahuan modern terus berupaya memahami asal-usul kehidupan, tetapi sejauh ini, tidak ada penjelasan yang memadai mengenai bagaimana molekul genetik seperti DNA dan RNA bisa terbentuk secara spontan tanpa adanya intervensi atau arahan. Bagi sebagian orang, kompleksitas ini menunjukkan bahwa penciptaan atau desain cerdas lebih masuk akal daripada penjelasan yang semata-mata didasarkan pada kebetulan.
ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ. خلق الإنسان من علق
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha menciptakan. Dialah yang menciptakan manusia dari segumpal darah (Qs al 'Alaq 96:1-2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar