Selasa, 31 Desember 2024

Hidup adalah Ujian ketaatan

     Masa yang telah berlalu harus menjadi pelajaran untuk masa depan yang lebih baik. Semua yang kita perbuat akan dihisab dan dipertanggung jawabkan dipengadilan Allah yang maha mengetahui. Oleh sebab itulah Sesungguhnya kehidupan seorang muslim bukanlah tentang kaya atau miskin susah dan senang melainkan ketaatan kepada Rabb yang telah menciptakannya. 

karena memang hakikatnya Hidup ini ialah ujian ketaatan kepada Allah SWT. Dimana dalam setiap helaan nafas dan langkah kita, terdapat amanah untuk memelihara iman, bertahan dalam kesabaran, mensyukuri setiap nikmat dan meningkatkan kualitas ketakwaan. Allah azza wa jalla menguji keimanan, kesabaran dan keikhlasan seseorang dalam menerima ketetapan dan ketaatan pada Syariat-Nya

Disinilah Islam memberikan kita kunci jawaban dari berbagai ujian, halangan, rintangan, hambatan & tantangan kehidupan. Allah SWT berfirman :

"Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: "Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali" (Qs Al-Baqarah : 155-156)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala bentuk kesulitan yang kita hadapi adalah bentuk ujian & kasih sayang-Nya. Allah ingin menguji kadar keimanan dan ketaatan hamba-Nya. Apakah kita semakin mendekat kepada-Nya atau malah semakin menjauh...?

Allah SWT juga berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 2-3 :

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, 'Kami telah beriman,' tanpa diuji..? 

Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang berdusta."

Ayat ini semakin menegaskan bahwa iman tidak hanya dinyatakan dengan lisan, tetapi harus diuji dengan amal perbuatan. Melalui ujian, Allah SWT memisahkan antara orang-orang yang benar-benar beriman dengan mereka yang hanya mengaku-ngaku beriman.

begitu juga dalam Surat Al-Mulk ayat 2, Allah berfirman:

"Dialah yang menjadikan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang terbaik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

Ayat ini mengajarkan kita bahwa hidup bukanlah perjalanan yang sia-sia tapi hakikatnya adalah ujian. Setiap perbuatan kita akan dinilai dan dihisab. Maka tujuan utama seorang muslim adalah untuk mempersembahkan amal terbaiknya dihadapan Allah SWT.

Demikian pula Rasulullah SAW juga bersabda :

حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

"Surga itu dilingkupi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan (ujian di dunia), sedangkan neraka dilingkupi dengan syahwat (kesenangan-kesenangan) [HR Imam Ahmad]

hadits Nabi saw ini menjelaskan bahwa perjalanan menuju surga itu diliputi berbagai cobaan dan rintangan namun sebaliknya neraka dipenuhi kesenangan dan kenikmatan nafsu yang melalaikan...

Meskipun kehidupan dunia ini penuh dengan tantangan dan ujian namun Allah memberi kita kebebasan untuk memilih antara ketaatan, kelalaian dan kemaksiatan. Pilihan ini merupakan inti dari ujian itu sendiri. Dimana Allah SWT dengan kebijaksanaan-Nya, memberikan kita kesempatan untuk membuktikan keimanan kita melalui kesabaran, syukur, dan ketaatan terhadap Syariat-Nya...

ala kulli hal, tidak ada sesuatu yang terjadi didunia ini melainkan atas izin Allah. Bahkan kesulitan dan musibah adalah cara Allah untuk membersihkan dosa dan meninggikan derajat kita di sisi-Nya meski terkadang ujian berat juga Allah timpakan agar kita mau sadar dan mau kembali istiqomah dijalan ketaatan. Karena sejatinya Hidup ini merupakan ladang amal, tempat kita menyemai kebaikan agar dapat menuai hasilnya diakhirat. Oleh karena itu, tetaplah bersabar, bersyukur, dan berpegang teguh kepada Syariat Allah dalam setiap ujian yang kita hadapi dengan menjadikan Seruan Allah lebih besar (utama) dari pada semua urusan-urusan kita dalam mengisi sisa lembaran kehidupan ini....

Senin, 30 Desember 2024

Psikologi dalam islam

      Watak dan sifat genetik merupakan karakter alamiah (tabiat) yang diwariskan oleh DNA seseorang dari keturunannya. Meski tabiat itu melekat sejak lahir namun ia bisa dibentuk melalui proses ta'dib & riyadhoh islami serta faktor lingkungan atau circle yang melingkupinya.

Kepribadian islam bukanlah tentang kecantikan dan ketampanan ataupun kecerdasan intelektual (IQ) juga tidak terbentuk dari penampilan melainkan terbentuk dari pola pikir (worldviews) dan pola sikap (habbits) yang membentuk sikap mental atau Syakhsiyahnya. 

Psikologi Islam yaitu ulum an nafs berfokus pada pemahaman jiwa manusia (nufus al insan) yang berkaitan erat dengan akhlak, iman, dan hubungan dengan Allah (Tauhid). Psikologi Islam tidak hanya membahas aspek kognitif dan emosional manusia, tetapi juga spiritual, moral, dan hubungannya dengan kehidupan akhirat. Berikut penjelasannya:

Definisi Psikologi dalam Islam

Psikologi Islam adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang jiwa (nafs) manusia untuk memahami sifat, keadaan, dan perilaku manusia, serta bagaimana cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas kejiwaannya sesuai ajaran Islam.

Kata "nafs" dalam Al-Qur'an sering digunakan untuk merujuk pada jiwa atau diri manusia, yang terdiri dari tiga tingkatan:

Nafs al-Ammarah (jiwa yang mendorong kepada keburukan) – QS Yusuf: 53

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”

Nafs al-Lawwamah (jiwa yang mencela atau sadar akan kesalahan) – QS Al-Qiyamah: 2

“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).”

Nafs al-Muthmainnah (jiwa yang tenang) – QS Al-Fajr: 27-30)

“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.”

Dari sinilah kita saksikan terkadang bukan masalahnya yang besar tapi hati kita yang kecil (sempit). Maka lapangkanlah hati kita dengan al 'ulum an nafs yaitu ilmu tazkiyatun nafs (mensucikan jiwa), tasfiyatul Qulub (membersihkan hati) dan zikrullah (berzikir). Syariah Islam mencakup berbagai ihwal (kondisi) jiwa, emosi, perilaku, dan pengembangan diri manusia berdasarkan ajaran Al-Qur'an dan As-sunnah. Psikologi dalam Islam mengintegrasikan aspek spiritual, emosional, dan perilaku (suluk al insan) untuk membentuk kepribadian yang seimbang antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).

” jasad yang mati takkan lagi bisa merasakan nikmatnya makan dan minum begitu pula hati yang mati takkan lagi mau menerima nasehat dan tuntunan ilahi “

Prinsip Psikologi Islam

1. Tauhid 

Keimanan kepada Allah dan aqidah islam menjadi landasan mendasar dalam mengarahkan perilaku dan jiwa manusia agar tetap berada di jalan yang benar.

QS Al-Baqarah: 2, "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa."

1. Fitrah:

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (kesucian hati), memiliki potensi untuk memilih jalan baik atau buruk.

Dalil: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), sesuai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu." (QS. Al-Rum: 30)

2. Nafs:

Jiwa manusia memiliki tiga tingkat:

Nafs al-Ammarah: Nafsu yang cenderung pada keburukan. (QS. Yusuf: 53)

Nafs al-Lawwamah: Jiwa yang mencela kesalahan diri sendiri. (QS. Al-Qiyamah: 2)

Nafs al-Mutma'innah: Jiwa yang tenang. (QS. Al-Fajr: 27-28)

3. Qalb (Hati):

Hati adalah pusat pikiran, perasaan, dan keputusan manusia.

Dalil: "Dan supaya Dia menjadikan kamu umat yang adil dan menjadi saksi atas manusia." (QS. Al-Baqarah: 14)

4. ‘Aql (Akal):

Akal adalah kemampuan manusia untuk berpikir, memahami, dan mengambil keputusan.

Dalil: "Katakanlah: 'Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkan?'" (QS. Al-An'am: 50)

Konsep Jiwa dan Hati 

Dalam Islam, jiwa manusia terdiri dari tiga komponen utama:

Qalb (hati): Pusat kesadaran spiritual dan moral. Dalam QS Ash-Shu'ara: 88-89 disebutkan, "Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih."

Aql (akal): Alat untuk berpikir, memahami, dan mengambil keputusan. Dalam QS Al-Baqarah: 269 dijelaskan, "Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki."

Ruh (roh): Elemen ilahiyah dalam manusia yang diberikan langsung oleh Allah. QS Al-Hijr: 29, “Kemudian Aku tiupkan ke dalamnya ruh-Ku...”

2. Tazkiyah an-Nafs (Penyucian Jiwa)

Psikologi Islam mengajarkan pentingnya penyucian jiwa dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri hati, dan hasad.

Dalil: QS Asy-Syams: 9-10, "Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya."

3. Keseimbangan (Wasatiyyah)

Islam menekankan keseimbangan dalam aspek spiritual, emosional, dan fisik manusia.

Dalil: QS Al-Baqarah: 143, "Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang wasat (adil dan seimbang).”

Konsep Emosi

1. Rasa Syukur:

Mengembangkan rasa syukur meningkatkan kebahagiaan dan keberkahan hidup.

Dalil: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7)

2. Rasa Takwa:

Takwa mendorong manusia untuk menjauhi perilaku buruk dan mendekatkan diri kepada Allah.

Dalil: "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 2-3)

3. Rasa Kasih Sayang:

Kasih sayang mempererat hubungan sosial dan menjaga keharmonisan.

Dalil: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai." (QS. Ali Imran: 92)

karakter islam

1. Sabar:

Sabar adalah kunci menghadapi cobaan hidup.

Dalil: "Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155-156)

2. Tawadhu’ (Kerendahan Hati):

Tawadhu’ mencegah kesombongan dan mendekatkan pada Allah.

Dalil: "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong." (QS. Al-Isra’: 37)

3. Ikhlas:

Ikhlas adalah niat tulus dalam beribadah dan beramal.

Dalil: "Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dengan ikhlas." (QS. Al-Bayyinah: 5)

Konsep Pengembangan Diri

1. Tazkiyah al-Nafs (Penyucian Jiwa):

Membersihkan jiwa dari sifat buruk seperti hasad dan sombong.

 "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka... untuk membersihkan mereka." (QS. Al-Jumu’ah: 2-3)

2. Mujahadah (Perjuangan Melawan Nafsu):

Berjuang melawan nafsu adalah cara meningkatkan kualitas diri.

Dalil: "Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan." (QS. Al-Asr: 1-3)

3. Muhasabah (Introspeksi Diri):

Mengkaji dan memperbaiki diri untuk mencapai kebaikan.

 "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok." (QS. Al-Hashr: 18)

4. Ihsan (Keikhlasan dan Kebaikan)

Ihsan adalah berbuat baik dengan penuh kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi.

 QS An-Nahl: 90, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan."

Khatimah

1. Pengelolaan Emosi

Islam mengajarkan untuk mengendalikan emosi negatif seperti marah dan sedih.

QS Ali Imran: 134, "Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain."

2. Motivasi Ibadah dan Amal Saleh

Psikologi Islam memotivasi manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan amal baik. 

QS Az-Zariyat: 56, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."

3. Merawat kesehatan Mental 

Sabar dan sadar (al wa'yu) adalah dua hal yang tak terpisahkan. Tanpa kesadaran (awareness) yang benar kesabaran takkan membawa seseorang keluar dari masalahnya dan mendapatkan solusi yang tepat. Misalnya seringkali seseorang merasakan kesulitan hidup dan mengeluh padahal bukan Allah yang menyulitkan mereka tapi ambisi duniawi dan gaya hidupnyalah yang membebaninya serta menguras hati, pikiran, tenaga (effort) dan menghabiskan waktunya.

Islam mengajarkan pentingnya muhasabah diri dengan tafakkur (perenungan) dan tazakkur (zikrullah) untuk meningkatkan kesadaran diri.

Selasa, 24 Desember 2024

Qona'ah kunci kebahagiaan hidup

      Ketenangan hidup‚ ketentraman jiwa dan kebahagiaan adalah buah dari rasa hati yang Qona'ah yakni Syukur dalam nikmat dan sabar dalam ujian kehidupan dengan penuh ridho atas ketetapan Allah SWT. Qana'ah tidak hanya membawa kebahagiaan dunia, tetapi juga menjadi jalan menuju kebahagiaan diakhirat.

Definisi Qana'ah

القناعة هي رضا الإنسان بما قُسِم له

Qona'ah ialah ridhonya manusia dengan pembagian Allah terhadapnya [Ar Risalah al qusairiyah hal 196 DKI Beirut 2023]

Qana'ah adalah sikap rela & ikhlas (ridho) dan merasa cukup atas pemberian Allah SWT baik berupa rezeki, nikmat, maupun ujian. orang yang qona'ah akan menyakini bahwa semua yang Allah tentukan merupakan yang terbaik sehingga ia senantiasa berbaik sangka dan berfikir positif dalam menjalani kehidupan

Keutamaan Qana'ah

Rasulullah SAW bersabda:

"Sungguh beruntung orang yang telah memeluk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberi rasa qona'ah atas apa yang Allah berikan kepadanya." (HR. Muslim)

Qona'ah akan membuat kita fokus pada hal-hal positif dan mengurangi rasa iri terhadap orang lain karena kita senantiasa berprasangka baik kepada Allah SWT sehingga akan menjaga kesehatan mental serta Mengurangi stres dan kecemasan (overthingking) 

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah lebih mengetahui, sedang kamu tidak mengetahuinya (Qs al Baqarah 2:216)

Syukur dan Sabar buah dari Qona'ah

Rasa Syukur lahir dari sikap Qana'ah. Sehingga seorang hamba mensyukuri atas nikmat yang dimilikinya, memperkuat hubungannya dengan Allah serta membuka pintu tambahan nikmat dari Allah, sebagaimana firman-Nya:

"Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7)

Orang yang qona'ah tidak terfokus pada kekurangan, tetapi berupaya mensyukuri apa yang ada, sehingga hidupnya menjadi lebih tenang. Karena tak ada kebahagiaan tanpa rasa syukur

Kesabaran buah dari sikap Qana'ah yang mendorong seseorang untuk bersabar dalam menghadapi ujian, dengan keyakinan bahwa ujian adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah sehingga menumbuhkan kesadaran yang benar bagi seorang hamba untuk terus belajar dan berupaya memperbaiki diri dengan bekal ilmu yang dipelajarinya. Orang yang qona'ah akan melihat ujian sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki diri. Firman Allah:

"Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: 'Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada-Nyalah kami kembali" (QS. Al-Baqarah: 155-156)

Kesabaran yang didasari qona'ah akan membawa ketenangan hati dan keteguhan jiwa dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.

Hakikat Kehidupan dalam Islam

Kehidupan ini hakikatnya adalah ujian dan ketaatan untuk menguji keimanan seorang hamba kepada Rabbnya. Rasa Qana'ah akan menyadarkan kita bahwa dunia hanyalah sementara, sehingga seseorang lebih fokus pada tujuan akhir yaitu ridha Allah dan kebahagiaannya diakhirat.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, namun jikalau kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih" (Qs Ibrahim 14:7)

Rabu, 18 Desember 2024

Meraih pertolongan Allah dengan sabar & sholat

  "Ikhtiar ruang amal sedang tawakal ruang iman bukan untuk dibenturkan tapi harus disempurnakan"

 وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِۦ ۗ وَمَا ٱلنَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَكِيمِ

Dan tidaklah Allah menjadikan pertolongan itu melainkan sebagai khabar gembira bagimu agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs Ali Imran 3:126)

 Diantara jalan mencari pertolongan Allah atau isti'anah ialah melalui sabar dan shalat. Hal ini merupakan tanda hidupnya keimanan dihati. Kunci keberhasilannya adalah ketekunan, kesungguhan, dan keikhlasan dalam berjalan diatas Syariat-Nya. Namun hakikatnya kesadaran yang benarlah yang akan menjadikan sabar & sholat sebagai penolong. Dengan kesadaran yang benar seorang hamba akan memiliki keyakinan yang benar‚ memperoleh kekuatan batin, ketenangan jiwa dan pertolongan Allah yang maha luas karunia-Nya.

وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ

Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (Qs Al Baqarah 2:45)

Ayat yang mulia ini mengajarkan kepada kita untuk isti'anah yakni mencari pertolongan Allah SWT melalui sabar‚ shalat & khusyu'. 

Syarat Mencari Pertolongan Allah

1. Sabar dalam Menerima cobaan dengan tenang dan tabah tanpa mengeluh atau marah serta senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Disinilah pentingnya sabar dan sadar bahwasanya Allah SWT takkan meninggalkan Hamba-Nya yang selalu mendekatkan diri kepada Rabb-Nya yang maha Penolong dengan kesadaran bahwasanya hidup ini adalah ujian

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Allahlah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Qs al Mulk 67:2) 

2. Shalat dengan sempurnanya syarat‚ rukun dan tartib sholat sesuai fiqih syar'i atau tuntunan Syariah. Namun sholat disini juga merupakan simbol ketaatan dimana kesadaran seorang hamba untuk terus mendekatkan diri (taqorrub) dalam ketaatan pada Syariat-Nya.

3. Khusyu' yaitu memfokuskan pikiran dan hati pada Allah SWT dalam beribadah kepada-Nya serta tuma'ninahnya hati yang menunjukkan kerendahan hati sekaligus upaya menghayati setiap bacaan dan gerakan sholat. Hal ini sangat penting bagi seorang Hamba untuk menyadari makna-maknanya. misalnya  lafadz takbir secara bahasa berarti Allah maha besar sehingga kita akan menyadari diatas yang kuasa ada yang maha kuasa dan dibalik keterbatasan kita ada Dzat yang maha tak terbatas Dialah yang menetapkan segala sesuatu.

Tapi bagaimana Allah mau menolong kita, jika kita selalu sibuk mengejar dunia..?

waktu, tenaga (effort), hati dan pikiran kita hanya tertuju untuk ambisi duniawi...

Cara Mencari Pertolongan Allah

من علامة النُجح في النهايات الرجوع الى الله في البدايات. من أشرقت بدايته أشرقت نهايته

Diantara tanda keberhasilan (keselamatan) diakhirat ialah kembalinya seorang hamba kepada Allah diawalnya (dunia). Siapa yang telah menerangi permulaannya niscaya bersinarlah akhirnya [Syarhu Al Hikam hal 25 Al Haromain]

1. Mengakui Keterbatasan diri : pentingnya bagi seorang hamba mengakui dan menyadari bahwa sepintar dan sekuat apapun kita tidak akan mampu menghadapi seluruh problem dan tantangan hidup sendirian. Sebab hakikatnya manusia lemah dan terbatas

2. Menyandarkan Hati : setelah mengoptimalkan berbagai ikhtiar selanjutnya ialah mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah SWT sebagai sumber pertolongan.

3. Meningkatkan kualitas Shalat : terkadang bukan Allah yang tidak menolong kita tapi kitalah belum melayakkan diri untuk mendapatkan pertolongan-Nya. Untuk bisa shalat dengan khusyu' dan tuma'ninah maka seorang muslim wajib memahami fiqih sholat secara mendetail agar bisa memperhatikan dan menjaga syarat-syaratnya‚ rukun dan tartibnya.

4. Optimal Menggunakan waktu : Memanfaatkan waktu dengan optimal untuk berbagai ketaatan misalnya untuk mengaji‚ mengkaji‚ sholat berdzikir, berdoa dan berdakwah.

5. Menghindari Dosa: Menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat yang dapat menghalangi pertolongan Allah.

Tathbiq 

1. Resapi makna-makna bacaan shalat serta satukan hati & pikiran saat memahami kandungan Maknanya

2. Setelah sholat dan berzikir maka bermunajatlah dengan penuh pengharapan serta Berdoalah dengan tulus lagi penuh kesungguhan.

3. Terkadang kita telah sholat dengan benar dan khusyu' namun Pertolongan Allah SWT belum juga kunjung datang. Ternyata kunci jawaban dari ujian kehidupan ini kita abaikan. Maka tadaburilah Al-Qur'an karena didalamnya tersimpan berbagai solusi kehidupan.

4. Membekali diri dengan ilmu Syar'i dan amal sholeh

5. Istiqomahlah dalam ketaatan dan menghadapi ujian & tantangan hidup

A. Memohon dengan Sabar

Sabar dalam Ketaatan: Tetap konsisten menjalankan perintah Allah meskipun menghadapi kesulitan.

Sabar Menjauhi Kemaksiatan: Menahan diri dari hal-hal yang dilarang, meskipun godaan terasa berat.

Sabar dalam Ujian dan Musibah: Bersikap tenang, tidak putus asa, serta terus berharap pada rahmat Allah saat menghadapi ujian hidup.

B. Memohon dengan Shalat

الصلاة معراج المؤمن إنها ليست بحديث، ولكنه ثبت أن الصلاة صلة بين العبد وربه

Shalat adalah sarana komunikasi langsung dengan Allah. Ketika melaksanakan shalat, seorang hamba mengungkapkan kebutuhan, keluh kesah, serta permohonan pertolongan.

Dalam shalat, hati dan pikiran ditenangkan, sehingga seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kekuatan spiritual.

Memperbanyak shalat sunnah, seperti shalat tahajud, dhuha, atau istikharah, adalah cara lain untuk mencari bantuan Allah.

C. Meningkatkan Khusyu'

Khusyu' berarti tunduk, merendahkan diri, dan menghadirkan hati sepenuhnya kepada Allah dalam ibadah.

Untuk mencapai khusyu', seseorang harus menyadari kebesaran Allah, memperbaiki niat, dan menghindari gangguan selama beribadah. Menjaga kekhusyukan dengan memperbaiki dan menyempurnakan bacaan sholat serta menghayati setiap makna bacaan.

Khatimah

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs al Ankabuut 29:45)

Islam menyadarkan kita bahwasanya hakikat hidup ini adalah ujian dan ketaatan. Keyakinan akan Pertolongan Allah lahir dari keimanan yang benar yang bersumber dari kesadaran yang benar (al idrak ash shodiq)

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS Al-Baqarah 2 : 153)

Senin, 16 Desember 2024

Logika deduktif dan induktif dalam islam

    إن العلم معرفة الحق بدليله

Ilmu Syar'i ialah Pengetahuan terhadap kebenaran (islam) berdasarkan dalil-dalilnya [Syarhu al ushul min ilmi ushul hal 504 Darul ibnu jauzi Mesir 2007]

Kebenaran islam bukanlah sekedar aksioma belaka yakni pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian sebagaimana dogma.

Disinilah metodologi berfikir dalam Islam memiliki banyak model sesuai objek dan tujuannya. Diantara metode berfikir islam ialah berfikir ilmiah (berbasis literasi)‚ logis (mantiq)‚ empiris (tajribiyah) dan rasional (realitas). Pada tema kali ini kita akan mengenal metode berfikir logis berdasarkan logika deduktif dan induktif yang merupakan sarana untuk memahami realitas dan menjelaskan hukum dan tsaqofah & afkar islam : 

1. Logika Deduktif dalam Perspektif Islam

Logika deduktif adalah metode berpikir yang bergerak dari hal-hal umum (prinsip atau premis yang bersifat universal) menuju kesimpulan yang bersifat khusus.

Ciri-ciri logika deduktif:

Premisnya bersifat universal atau umum.

Kesimpulan yang dihasilkan pasti (jika premisnya benar).

Contoh: "Semua manusia akan mati. Ali adalah manusia. Maka, Ali akan mati."

Contoh dalam Islam:

Islam sering menggunakan logika deduktif dalam hukum syariat:

Premis: "Segala yang memabukkan adalah haram."

Premis khusus: "Khamr memabukkan."

Kesimpulan: "Khamr adalah haram."

Keunggulan deduktif dalam Islam:

Menguatkan hujjah atau argumen dalam perkara hukum.

Cocok untuk menjelaskan prinsip-prinsip syariat yang bersifat universal.

Dipakai dalam ushul fiqh dan qiyas (analogi).

Keterbatasan:

Logika deduktif hanya berlaku jika premis dasarnya benar. Jika premis salah, kesimpulan pun akan salah. Oleh karena itu, premis dalam Islam harus didasarkan pada wahyu atau dalil yang sahih.

2. Logika Induktif dalam Islam

Logika induktif adalah metode berpikir yang bergerak dari hal-hal khusus atau data empiris menuju kesimpulan yang bersifat umum

Ciri-ciri logika induktif:

Kesimpulannya bersifat probabilistik atau cenderung benar, tetapi tidak mutlak.

Bergantung pada banyaknya data atau contoh.

Contoh: "Matahari terbit di timur setiap hari. Maka, matahari selalu terbit di timur."

Contoh :

Al-Qur'an sering mendorong manusia untuk merenungkan fenomena alam sebagai bukti kebesaran Allah:

"Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?" (QS. Al-Ghasiyah: 17).

Melalui pengamatan dan pengkajian terhadap ciptaan Allah, manusia diharapkan menarik kesimpulan tentang keesaan dan kekuasaan-Nya.

Keunggulan induktif dalam Islam:

Mendorong umat untuk berpikir kritis dan mengamati alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.

Menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan modern, yang pada akhirnya menguatkan iman.

Relevan untuk memahami pola-pola dalam ciptaan Allah dan fenomena kehidupan.

Keterbatasan:

Kesimpulan induktif tidak selalu pasti, sehingga memerlukan validasi lebih lanjut. Dalam Islam, induksi harus tunduk pada wahyu agar tidak menyimpang dari kebenaran.

3. Keselarasan Deduktif dan Induktif dalam Islam

Islam menganjurkan penggunaan keduanya secara seimbang:

1. Deduktif untuk prinsip kebenaran absolut:

Wahyu sebagai premis utama. Contohnya, keyakinan tentang tauhid (keesaan Allah) dan kewajiban ibadah ditetapkan secara deduktif.

2. Induktif untuk mendukung iman melalui pengamatan:

Ilmu empiris, seperti sains, digunakan untuk menguatkan keimanan kepada Allah. Penalaran induktif membantu manusia memahami fenomena alam yang menjadi tanda kekuasaan Allah.

4. Prinsip Logika islam

Islam mengakui akal sebagai alat penting, tetapi logika deduktif dan induktif harus tunduk kepada wahyu. Jika terdapat kontradiksi antara logika manusia dengan wahyu, maka wahyu yang dijadikan pedoman, karena logika manusia memiliki keterbatasan. Maka islam menjadikan Fikrul mustanir yakni pemikiran tasyri'i yaitu berdasarkan kaidah-kaidah Syar'iyah yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba yang bersimpuh dalam penghambaan ilahi

"Dan tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi beserta apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah (kebenaran yang mendalam). Demikianlah dugaan orang-orang kafir. Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." (QS. Shaad: 27)

Khulashoh

Logika deduktif dan induktif sama-sama penting dalam Islam. Deduktif berfungsi untuk menjelaskan hukum-hukum universal berdasarkan wahyu, sedangkan induktif memperkuat iman melalui pengamatan terhadap ciptaan Allah. Keduanya harus diterapkan dengan seimbang dan berpijak pada landasan syariat agar menghasilkan kebenaran yang hakiki sehingga manusia tidak tidak keliru dan tertipu oleh dirinya sendiri serta Syubhat-syubhat pemikiran.

فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu takut akan tertimpa fitnah (musibah) atau ditimpa azab yang pedih (Qs An Nuur 24:63) 

Imam Ahmad rahimahullah menjelaskan makna fitnah ( الفتنة هي زيغ القلب) yaitu menyelewengnya hati berpaling dari ketaatan takkala manusia diuji dengan Syubhat dan syahwatnya. Dimana ia alergi (phobia) dengan kebenaran sementara syahwatnya mengetahui kebenaran tapi ia tidak menginginkannya.

إِنَّا عَرَضْنَا ٱلْأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا ٱلْإِنسَٰنُ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (Qs Al Ahzab 33:72) 

"Aljuhuula" pada ayat ini yakni tertimpa fitnah berupa Syubhat pemikirannya sedangkan maksud "zhuluum" disini manusia itu sangatlah bodoh yang mudah tertipu oleh syahwat nafsunya [Syarhu al ushul min ilmi ushul hal 107 Darul ibnu jauzi Mesir 2007]

Senin, 09 Desember 2024

Menghidupkan Iman diHati

      Ihyaul Qolbi ialah Menghidupkan hati dengan keimanan. hal ini memerlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk membersihkan hati, memperkuat keyakinan serta keistiqomahan dalam ketaatan. Karena Hijrah yang totalitas (kaffah) tidak cukup hanya keinginan semata tapi membutuhkan pemahaman yang benar & utuh serta pengamalan yang terus ditingkatkan & disempurnakan. sehingga dengannya iman menjadi hidup, hati menjadi tentram, tenang dan dipenuhi rasa Qona'ah serta husnudzan (Positif thingking). Adapun jalan menghidupkan hati tersebut dapat ditempuh melalui :

Pertama Tafakkur 

Coba renungkan bagaimana jika hari ini kiamat...?

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal" (QS. Ali Imran: 19)

Proses berfikir yang mendalam atau tafakkur ini dilakukan dengan merenungkan berbagai ciptaan Allah, fenomena alam serta berbagai dinamika kehidupan lalu mengambil hikmah dibalik setiap kejadian & berupaya memetik pelajaran dari setiap apa yang dilihat, didengar, dipelajari dan dirasakan.

Misalnya bayangkan bagaimana bila kita terlahir dalam keadaan buta & cacat..? atau mengalami gagal ginjal yang harus cuci darah 3 (tiga) hari sekali...?

Dengan banyak bertafakkur akan menumbuhkan rasa ta'zhim (kagum), syukur, dan cinta kepada Allah sehingga membuat hati lebih dekat kepada-Nya.

Kedua Tazakkur 

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28)

Selanjutnya ialah Berzikir atau tazakkur (Mengingat Allah) yakni menghidupkan ingatan kepada Allah disetiap momen kehidupan. Dengan mengingat Allah, hati menjadi lebih tenang dan iman semakin kuat. membiasakan Dzikir, mentadaburi Al-Qur'an termasuk juga mengkaji Turots (literasi islam) merupakan zikrullah.

فإن الإستغال بالعلم من أفضل الطاعات و أولى ما أنفقت فيه نفائس الأوقات

Sesungguhnya menyibukkan diri (kesibukan) terhadap ilmu diantara seutama-utama ketaatan dan merupakan paling utamanya aktivitas dalam menginfakkan waktu yang singkat & sangat berharga [Minhajut tholibin wa umdatul muftin hal 3 Darul ibnul jauzi Mesir 2014]

Hasilnya Tazakkur akan menghapus kelalaian hati dengan menyibukkan diri dalam ilmu dan amal yang akan mengarahkan hidup untuk selalu berada di jalan yang diridhai Allah Ta'ala.

"الذكر شفاء القلب فاكثروا ذكرالله تعالى

Dzikir adalah obatnya hati, maka perbanyaklah mengingat Allah..."

Ketiga Muhasabah 

Diantara hijab hati yang memadamkan cahaya keimanan ialah buruk sangka‚ tamak (serakah)‚ hasad atau iri dengki‚ kesombongan & sikap egois serta berbagai penyakit hati lainnya. Muhasabah adalah proses evaluasi diri untuk memperbaiki diri sebagai jalan membersihkan berbagai penyakit hati serta mengukur sejauh mana level ketaatan kita kepada Allah SWT.

Muhasabah menghantarkan kita untuk menyadari terhadap kelemahan‚ kekurangan dan kesalahan diri. Inilah langkah awal menuju perbaikan diri. 

Sebab berapa banyak manusia yang meninggal sementara ia dalam kelalaiannya....

Dengan muhasabah ini, kita akan lebih waspada terhadap dosa, memperbaiki amal, dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah & muamalah terhadap manusia.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok." (QS. Al-Hasyr: 18)

Keempat Tadabbur 

Al-Qur'an takkan bermakna didalam jiwa serta menuntun jalan kehidupan tanpa penghayatan & perenungan mendalam (tadabbur). dengan menyelami kandungan makna Al-Qur'an‚ memahami pesan-pesan keilahian serta mengambil pelajaran darinya . Karena Tadabbur bukanlah sekadar membaca Al-Qur'an, tetapi juga menghayati maknanya, menggali hikmah, dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam kehidupan.

Sehingga Tadabbur dapat memperbaiki & memperkuat hubungan kita dengan Allah, membimbing akal & hati dalam ketaatan serta memberi panduan hidup yang benar.

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ? Kalau sekiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya" (QS. An-Nisa: 82)

Kelima Musyahadah 

Idrak silah billah atau Musyahadah ialah Menyadari Kehadiran Allah dalam Segala Hal‚ kondisi & keadaan. Sehingga keimanan yang makrifat akan menyaksikan kebesaran Allah dengan akalnya yang jernih & hatinya yang bersih.

Dengan musyahadah, hati meyakini bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi setiap gerak-gerik kita bahkan yang tersembunyi didalam dada & lintasan pikiran sekalipun. Ini adalah puncaknya ihsan, sebagaimana malaikat jibril as menjelaskan kepada Rasulullah saw : "Beribadahlah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya dan jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu."

Musyahadah yang benar akan melahirkan ketulusan hati, rasa malu untuk bermaksiat, melatih keikhlasan dan cinta yang mendalam kepada Allah serta kelembutan hati & empati. Hal ini Allah jelaskan dalam Al-Qur'an surah Ali Imran 3 : 92 :

لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Kamu tidak akan pernah sampai kepada kebaikan (yang sempurna yakni pahala dan Surga-Nya) hingga kamu membagikan (memberikan) sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan itu maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Maka Allah SWT akan mengganti atasnya) [Tafsir jalalain hal 62 Maktabah Ash shofa Mesir 2004]

keenam Muroqobah 

Muroqobah ialah Merasakan Pengawasan Allah. kesadaran bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi segala perbuatan, ucapan, lintasan hati & pikiran setiap hamba-Nya.

Hakikat Muroqobah ialah menjaga kita dari perbuatan dosa dan semangat dalam kebaikan karena hati selalu merasa berada dibawah pengawasan Allah SWT dalam setiap tindakan.

Buah dari Muroqobah akan melahirkan sifat amanah, istiqamah, dan rasa takut kepada Allah yang akan membawa menuju ketakwaan yang hakiki yakni Taat secara kaffah (totalitas).

 "Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan..." (QS. Al-Hadid: 4)

Minggu, 08 Desember 2024

Keutamaan ilmu dalam islam


Islam merupakan agama ilmu. Oleh sebab itulah ilmu Syar'i memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai petunjuk dan tuntunan kehidupan seorang muslim. karena ilmu merupakan pondasi bagi keimanan, ibadah dan amal shalih. Tanpa ilmu "nikmat" (نعمة) yang Allah berikan akan berubah menjadi "nigmat" (نقمة) yaitu bencana atau siksaan Allah SWT akibat kebodohan dan kelalaiannya. Diantara keberkahan & keutamaan ilmu ialah dipelajari berpahala, dipahami menjadi petunjuk, diamalkan menjadi ibadah dan didakwahkan akan menjadi aset amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Namun yang harus kita sadari bahwa Ilmu semata takkan membuat seseorang beriman kepada Allah dan risalah islam sebagaimana orientalis jika tidak dilandasi oleh kebersihan hati, kejernihan pikiran dan tujuan yang benar. Begitu pula kebersihan hati, kejernihan pikiran dan tujuan yang benar takkan membawa seseorang pada ketaqwaan bila tanpa ilmu yang diimani dan amalkan.

" Kemalasan akan melahirkan kebodohan yang menjelma menjadi kebenaran bila tidak tervalidasi oleh literasi yang otoritatif "

Kunci Keimanan yang Benar

Memiliki Iman yang benar lagi kokoh tidak dapat tegak tanpa ilmu. Allah berfirman:

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah...”(QS. Muhammad: 19)

Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu mendahului pernyataan keimanan (la ilaha illallah). Tanpa ilmu, seseorang bisa terjerumus dalam kesalahan dalam memahami tauhid.

Syarat Diterima amal

Agar ibadah dan amal shalih diterima, ia harus dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Barang siapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasarnya dari kami, maka amal itu tertolak.”(HR. Muslim)

Tanpa ilmu, seseorang bisa melakukan ibadah yang sia-sia atau bahkan keliru sesat Dan menyesatkan.

Sedangkan orang Berilmu akan ditinggikan Derajatnya. Allah memberikan kedudukan istimewa kepada orang-orang berilmu:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ini menunjukkan bahwa ilmu adalah jalan untuk meraih kemuliaan di sisi Allah.

Warisan Para Nabi

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud)

Dengan mempelajari ilmu, seorang Muslim mengambil bagian dari warisan para nabi, yang merupakan jalan menuju petunjuk dan kebahagiaan dunia-akhirat.

Jalan Menuju Surga

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR. Muslim)

Hal ini menunjukkan bahwa mencari ilmu adalah ibadah yang mendekatkan seseorang kepada Allah.

Keutamaan Orang Berilmu dibanding Ahli Ibadah

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

 “Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas semua bintang.”(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Ini menunjukkan bahwa ilmu memberikan cahaya dan manfaat yang lebih luas daripada sekadar beribadah tanpa ilmu. Sebab beramal diluar tuntunan Syariah akan sia-sia.

Iman & Amal Harus Berdasarkan Ilmu

" Manusia yang hidup dibawah bimbingan nafsu dan bisikan syaithan akan malas memperdalam ulumul Syar'i "

Dengan demikian iman tanpa ilmu bisa berujung pada keyakinan yang keliru, sementara amal tanpa ilmu bisa menyebabkan bid'ah atau perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat. Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim senantiasa menuntut ilmu agar iman dan amalnya benar diterima Allah SWT serta mencari ulama (guru) yang "Pandai" mengamalkan ilmunya karena engkau akan menemukan keteladan yang mulia padanya.

Cahaya ilmu adalah tentaranya hati sebagaimana gelapnya kebodohan merupakan tentaranya nafsu. Apabila Allah  hendak menolong hamba-Nya Dia akan membentangkan cahaya-cahaya ilmu serta memutus merebak gelapnya kebodohan dan alaghyar (kepalsuan) darinya [Syarhu alhikam hal 45 AlHaromain]

Selasa, 03 Desember 2024

Memahami Ruh, jiwa & kesadaran

 Apakah Ruh & jiwa itu hanyalah ilusi...? 

Al-Qur'an menjelaskan hal ini :

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh itu urusan Tuhanku...'" (QS. Al-Isra: 85)

Allah SWT membatasi pengetahuan manusia tentang Ruh.Namun islam juga memberi gambaran bagi kita untuk membedakan ruh (nyawa), kesadaran (idrak silah billah), dan jiwa (nafs) dari sudut pandang  Al-Qur'an yang membuka jalan bagi ilmu pengetahuan (sains).

Pertama Ruh 

a. Perspektif Al-Qur'an

Ruh dalam pengertian nyawa atau sirrul hayah adalah esensi kehidupan yang ditiupkan Allah ke dalam jasad makhluk hidup untuk menghidupkannya. Ruh berasal dari Allah dan memiliki sifat metafisik.

"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuhnya) ruh-Nya..." (QS. As-Sajdah: 9)

Sifat Ruh tidak bisa dilihat atau dipahami sepenuhnya oleh manusia sebab ruh merupakan perkara mughoyabah atau ghaib.

Ruh berfungsi sebagai sumber kehidupan jasad. Ketika ruh keluar maka kehidupan berakhir.

b. Perspektif Sains

Dalam sains, ruh sering dikaitkan dengan "nyawa," yaitu kondisi biologis yang memungkinkan makhluk hidup untuk hidup.

Proses biologis:

Nyawa dikaitkan dengan fungsi organ vital seperti otak, jantung, dan sistem pernapasan.

Kematian dianggap terjadi ketika aktivitas otak dan jantung berhenti.

Ruh dalam terminologi metafisik tidak dapat diukur atau diuji karena sifatnya non-material.

Kedua Kesadaran 

a. Perspektif Al-Qur'an

Kesadaran spiritual (idrak silah billah) adalah kemampuan manusia untuk menyadari hubungannya dengan Allah. Ini mencakup pengenalan kepada Allah, tujuan hidup, dan eksistensi sebagai hamba-Nya.

"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan..." (QS. Al-Balad: 10)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi... terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir." (QS. Ali-Imran: 190)

Aspek Kesadaran pada manusia melibatkan hati (qalbu) dan akal (fikiran) sebagai pusat spiritualitas, kendali dan refleksi moral.

kesadaran (al wa'yu) dipengaruhi oleh tingkat keimanan dan pemahaman seseorang.

b. Perspektif Sains

Kesadaran (awareness) dalam sains merujuk pada fenomena mental yang memungkinkan individu untuk menyadari diri sendiri dan lingkungannya.

Neurosains: Kesadaran dihasilkan oleh aktivitas neuron dalam otak, terutama di area korteks serebral.

Psikologi: Kesadaran mencakup pikiran sadar, bawah sadar, dan pengalaman subjektif.

Kesadaran spiritual:

Studi neuroteologi mencoba menghubungkan pengalaman religius dengan aktivitas otak, seperti pada lobus temporal yang aktif selama meditasi atau doa.

Ketiga Jiwa (Nafs)

a. Perspektif Al-Qur'an

Jiwa (nafs) adalah aspek psikologis dan emosional manusia yang mencakup keinginan, kehendak, dan emosi. ilmu akan membentuk pemahaman, mindset dan kesadaran seseorang. islam Allah turunkan menjadi sumber ilmu yang akan membentuk persepsi, nafs (jiwa) & perilaku.

"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya." (QS. Asy-Syams: 8)

"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu..." (QS. Al-Fajr: 27-28)

Tingkatan Jiwa:

Nafs al-ammarah: Jiwa yang cenderung pada keburukan.

Nafs al-lawwamah: Jiwa yang menyesali dosa.

Nafs al-muthmainnah: Jiwa yang tenang dan dekat dengan Allah.

Jiwa berkaitan dengan pilihan moral dan pengendalian diri dalam kehidupan.

b. Perspektif Sains

Jiwa sering dianggap sebagai mental atau karakter kepribadian yang terbentuk oleh mindset, keyakinan (belief) serta kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial sseorang.

Psikologi:

Freud membagi aspek jiwa menjadi id (dorongan naluriah), ego (kesadaran diri), dan superego (moralitas).

Jiwa mencerminkan kepribadian, kehendak, dan konflik batin seseorang.

Neurosains:

Aktivitas otak mempengaruhi perilaku, emosi, dan keputusan.

Pengalaman dan lingkungan membentuk jiwa seseorang secara bertahap

Khulashoh

1. Ruh: Dalam Al-Qur'an, ruh adalah sumber kehidupan, sedangkan dalam sains, kehidupan dikaitkan dengan aktivitas biologis, tetapi ruh sebagai entitas metafisik tidak dapat dijelaskan.

2. Kesadaran: idrak silah billah yakni kesadaran hubungan dengan Allah. Sains menghubungkannya dengan fenomena mental yang berasal dari aktivitas otak.

3. Jiwa: Dalam Al-Qur'an, jiwa adalah entitas moral yang bertanggung jawab atas perbuatan manusia. Dalam sains, jiwa lebih kepada kepribadian dan pikiran yang dihasilkan dari interaksi biologis dan lingkungan.

لا تتعدّ نيةهمتك الى غيره فالكريم لا تتخطاه الآمال

Janganlah palingkan niat cita-citamu kepada selain-Nya karena Allah yang maha dermawan tak peduli dengan Angan-anganmu yang memalingkan dari-Nya [Syarhu Alhikam hal 33 Al Haromain]

Memang manusia seringkali disibukkan dengan angan-angannya yang melalaikan. Meskipun tujuannya benar bila memalingkan dari ketaatan yang lebih utama maka ia telah tertipu oleh angan-angannya.

Sabtu, 30 November 2024

Kiamat menurut islam dan sains

      Dari Anas ra, ada seorang Arab badui bertanya kapan terjadinya hari kiamat. Lalu Nabi ﷺ bertanya, "Apa yang telah kau persiapkan..?" (Badui itu) menjawab, belum apa-apa, hanya saja aku mencintai Allah dan rasul-Nya. (Nabi ﷺ) bersabda, "Seseorang akan bersama dengan orang yang dia cintai" (HR Ahmad)

Kiamat adalah kepastian didalam Islam dan juga sejalan dengan pengetahuan ilmiah modern. Allah SWT menggambarkan kiamat sebagai akhir dari perjalanan dunia dan alam semesta sedangkan sains menjelaskan mekanisme alamiah seperti kehancuran kosmos, aktivitas geologis, dan kematian bintang-bintang serta kerusakan ekosistem dampak dari perang nuklir.

kiamat merupakan bagian dari keimanan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Hadits yang sejalan dengan sains modern yang memberikan gambaran bahwa kehancuran alam semesta adalah suatu keniscayaan. Berikut ini beberapa penjelasan tentang kiamat berdasarkan dalil dan sains modern :

Pertama Kiamat Berdasarkan Dalil

Islam memberikan sejumlah ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang datangnya kiamat, di antaranya:

"Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat), dan bumi mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya)” (Qs Az-Zalzalah 99:1-2)

Ayat ini menggambarkan kejadian besar di mana bumi akan mengalami kehancuran total.

"Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan meluap (melampaui batas)” (Qs Al-Infitar 82:1-3)

Ini adalah tanda-tanda kosmis yang menunjukkan keruntuhan alam semesta.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

"Hari Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari barat" (HR. Bukhari & Muslim)

Hadits ini menggambarkan perubahan besar dalam hukum alam yang menjadi tanda-tanda akhir zaman.

Kedua Bukti Berdasarkan Sains Modern

Sains modern juga mendukung kemungkinan terjadinya kehancuran alam semesta melalui beberapa teori dan fenomena berikut:

A. Kepunahan Alam Semesta (Cosmological Events)

Ilmu pengetahuan mengidentifikasi skenario-skenario kehancuran alam semesta yang mirip dengan gambaran kiamat, di antaranya:

1. Big Freeze (Pendinginan Besar)

Teori ini menyatakan bahwa alam semesta terus mengembang hingga suhu mencapai titik nol mutlak. Ketika ini terjadi, seluruh energi akan habis, menyebabkan kematian panas (heat death) yang menandai akhir kehidupan sehingga semua bintang mati, suhu menjadi sangat dingin, dan kehidupan tidak mungkin ada.

2. Big Crunch (Runtuh Besar)

Kebalikan dari Big Bang, Big Crunch memprediksi alam semesta berhenti mengembang dan mulai runtuh ke dalam dirinya sendiri. Semua materi akan berkumpul di satu titik, menciptakan kehancuran total. Dengan kata lain alam semesta yang mengembang akan berhenti pada satu titik dan mulai berkontraksi kembali, berakhir dengan kehancuran total dalam singularitas besar.

3. Big Rip (Robekan Besar)

Takkala energi gelap (dark energy) terus mempercepat ekspansi alam semesta, gravitasi tidak akan mampu mengikat galaksi, planet, dan atom, sehingga semuanya akan terkoyak. akibat dari energi gelap terus mempercepat ekspansi alam semesta, gaya gravitasi tidak lagi dapat menahan galaksi, bintang, hingga atom, yang akan menyebabkan seluruh struktur kosmos hancur.

B. Aktivitas Geologis di Bumi

1. Gempa dan Vulkanisme

Fenomena seperti lempeng tektonik dapat menyebabkan gempa besar dan letusan gunung berapi yang masif. Ini mendukung gambaran dalam Surah Az-Zalzalah.

2. Fenomena Astrofisika

Tabrakan Asteroid: NASA telah mengonfirmasi potensi ancaman asteroid besar yang dapat menghancurkan kehidupan di bumi. dimana Ilmuwan telah mengamati bahwa tumbukan asteroid besar dapat menghancurkan kehidupan di bumi, seperti yang diprediksikan terjadi pada zaman dinosaurus.

Supernova atau Sinar Gamma: Ledakan bintang besar dapat memancarkan energi dahsyat yang memusnahkan planet di sekitarnya. dampak dari Fenomena Kosmik Supernova dan Black Hole ini ledakan bintang (supernova) atau tarikan gravitasi lubang hitam dapat menghancurkan sistem tata surya kita.

3. Kekacauan Orbit

Interaksi gravitasi antar planet dapat menyebabkan orbit bumi menjadi tidak stabil, mengakibatkan tabrakan dengan benda langit lain.

C. Bukti Ilmiah Terkait Matahari

1. Matahari Akan Mati:

Ilmuwan memperkirakan bahwa matahari akan kehabisan bahan bakar (hidrogen) dalam 5 miliar tahun ke depan. Setelah itu, matahari akan berubah menjadi raksasa merah, menelan planet-planet di sekitarnya, termasuk bumi. dampaknya aktivitas Matahari akan berhenti dalam miliaran tahun ke depan, matahari akan kehabisan bahan bakarnya dan berubah menjadi raksasa merah, yang akan membakar bumi sebelum akhirnya menjadi katai putih.

2. Fenomena Terbitnya Matahari dari Barat:

Fenomena ini dapat dikaitkan dengan pembalikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal), yang diketahui pernah terjadi di masa lalu. Jika medan magnet terbalik, arah rotasi bumi bisa berubah, sehingga matahari tampak terbit dari barat.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari barat. Jika matahari telah terbit dari barat dan manusia melihatnya, maka mereka semua akan beriman. hanya saja ketika itu sudah tak lagi bermanfaat keimanan orang yang sebelumnya tidak mau beriman..."(HR. Bukhari)

Selasa, 26 November 2024

Perbedaan 7 Qiro'ah, langgam & lughah Al-Qur'an

    Kandungan Al-Qur'an merupakan bukti yang melampaui zamannya. kesempurnaan dan kebenarannya dapat dibuktikan dari keterpeliharaanya dalam hafalan, tulisan dan khazanah yang menyimpan ragam perbedaan, dan perkembangan dari tujuh aspek dalam Al-Qur'an diantaranya  :

1. Tujuh Irama (Maqamat) membaca Al-Qur'an  

Pengertian:

Qira'at Sab'ah merujuk pada tujuh bacaan yang disampaikan oleh imam qira'at terkemuka berdasarkan periwayatan dari Rasulullah SAW. adapun Maqamat seperti Bayati, Hijaz, dan lainnya adalah jenis-jenis irama atau nada seni membaca Al-Qur'an untuk memperindah bacaan tanpa mengubah makna dan kaidah tajwid.

Perbedaan:

Qira'at Sab'ah: Variasi bacaan yang berlandaskan perbedaan tata cara pengucapan, harakat, dan hukum-hukum tertentu dalam bacaan Al-Qur'an yang telah diakui otoritasnya. Bayati, Hijaz, Soba', Rast, Jiharkah, Nahawand, Sikkah:

Perkembangan:

Irama maqamat berkembang lebih pesat di dunia Islam modern, terutama dalam kompetisi tilawah Al-Qur'an. Namun, tidak semua ulama setuju dengan maqamat jika dianggap berlebihan dan mengganggu kekhidmatan bacaan.

2. Sab'atul Lughah : seperti Bani Hudhail dan Bani Tamim

Pengertian: 

Sab'atul Lughah merujuk pada tujuh logat atau dialek bangsa Arab yang digunakan dalam penyampaian Al-Qur'an. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW bahwa Al-Qur'an diturunkan dalam tujuh huruf (ahruf sab'ah). Dialek ini mencerminkan keberagaman bahasa suku-suku Arab pada masa itu, seperti:

Bani Hudhail: Dikenal dengan keindahan sastra mereka.

Bani Tamim: Logat yang khas dengan kejelasan pengucapan.

Perbedaan:

Dialek ini mencakup variasi pengucapan huruf, makhraj, dan kosa kata tanpa mengubah makna.

Misalnya, kata tertentu dapat dilafalkan dengan variasi vokal atau konsonan sesuai logat suku.

Perkembangan:

Pada masa pengumpulan Al-Qur'an di era Khalifah Utsman bin Affan, sebagian dialek disatukan dalam mushaf standar untuk menghindari perpecahan di kalangan umat Islam. Dialek Quraisy dipilih sebagai standar karena merupakan dialek Rasulullah SAW.

3. Sab'atul Riwayah seperti Riwayat Imam Nafi' dan Imam 'Amir:

Pengertian: Sab'atul Riwayah mengacu pada bacaan yang disampaikan oleh tujuh imam qira'at besar. Setiap imam memiliki dua perawi utama yang meriwayatkan bacaan mereka, seperti:

Imam Nafi': Riwayat Warsh dan Qalun.

Imam 'Amir: Riwayat Hisyam dan Ibnu Zakwan.

Perbedaan:

Bacaan ini melibatkan variasi dalam tajwid, panjang-pendek harakat, serta cara pengucapan tertentu yang didasarkan pada sanad sahih dari Rasulullah SAW.

Contoh perbedaan:

Bacaan "Maliki" (QS Al-Fatihah 1:4) oleh Imam Hafs vs "Maaliki" oleh Imam Warsh.

Perkembangan:

Bacaan tujuh imam ini diakui secara luas di dunia Islam. Namun, riwayat Hafs 'an 'Asim adalah yang paling banyak digunakan di seluruh dunia Muslim saat ini.

Bacaan ini dipelajari melalui jalur sanad dan diwariskan dengan penuh kehati-hatian.

Khulashoh

Ketiga aspek ini menunjukkan keindahan, keberagaman, dan kedalaman ilmu Al-Qur'an:

1. Qira'at Sab'ah berfokus pada variasi bacaan sesuai riwayat yang sahih.

2. Sab'atul Lughah menunjukkan keluwesan Al-Qur'an dalam menyatukan beragam suku Arab.

3. Sab'atul Riwayah menampilkan jalur transmisi otentik bacaan dari Rasulullah SAW.

Kesemuanya saling melengkapi dalam melestarikan kemurnian dan keindahan Al-Qur'an.

وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat Kasih sayang-Nya (Qs al A'raaf 7:204)

Senin, 25 November 2024

Bukti kebenaran islam sepanjang zaman

    Melangkah dalam ketaatan dimulai dari menemukan kebenaran islam yang sesungguhnya serta membuktikan kesempurnaannya baik secara ilmiah maupun rasional yang sesuai fitrah manusia dan relevan sepanjang zaman.

I. KEBENARAN ISLAM secara ILMIAH

Islam telah menunjukkan kebenarannya melalui wahyu Al-Qur'an yang selaras dengan ilmu pengetahuan modern, meski Al-Qur'an diturunkan pada abad ke-7 diantaranya :

1. Penciptaan Alam Semesta 

 "Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya..." (QS Al-Anbiya: 30)

Ayat ini sesuai dengan teori Big Bang, yang menyatakan bahwa alam semesta bermula dari satu massa tunggal singularitas yang meledak dan terus mengembang.

2. Ekspansi Alam Semesta

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (QS Adz-Dzariyat: 47)

Edwin Hubble (1929) membuktikan bahwa alam semesta terus mengembang, sesuai dengan ayat ini.

3. Siklus Air

 "Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pepohonan dan biji-bijian yang dapat dipanen." (QS Qaf: 9)

"Allah menurunkan air dari langit, lalu dengan itu Dia menghidupkan bumi setelah matinya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mendengar." (QS An-Nahl: 65)

Ayat ini menggambarkan siklus air secara rinci—evaporasi, kondensasi, dan presipitasi—yang baru dipahami oleh manusia dengan teknologi modern.

4. Tahapan Penciptaan Janin

"Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh. Lalu, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging..." (QS Al-Mu'minun: 13-14)

Deskripsi ini sesuai dengan tahapan embriologi modern yang ditemukan oleh Dr. Keith Moore, seorang ahli embriologi, yang menyebut ini sebagai fakta ilmiah yang luar biasa.

5. Gravitasi dan Orbit Planet

"Dan Dia menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan..." (QS Ar-Rahman: 5)

"Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung di bumi..." (QS Luqman: 10)

Ayat ini menggambarkan hukum gravitasi yang menjaga benda langit tetap dalam orbitnya, serta fungsi gunung sebagai penstabil lempeng bumi.

II. KEBENARAN ISLAM secara RASIONAL

Islam didasarkan pada logika yang dapat diterima akal manusia:

1. Konsep Ketuhanan yang Logis

Dalil: "Katakanlah (Muhammad), 'Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya.'" (QS Al-Ikhlas: 1-4)

Tauhid (keimanan kepada Allah yang Maha Esa) adalah konsep Tuhan yang sederhana, tidak membutuhkan sekutu atau perantara, dan sejalan dengan logika bahwa Tuhan yang sempurna tidak membutuhkan apapun.

2. Hukum Kausalitas

Dalil: "Ataukah mereka tercipta tanpa asal usul ataukah mereka menciptakan (diri mereka sendiri) ?" (QS At-Tur: 35)

Segala sesuatu memerlukan penyebab. Alam semesta tidak mungkin tercipta sendiri tanpa Sang Pencipta. Keberadaan Allah adalah jawaban logis atas hukum sebab-akibat ini.

3. Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Dalil: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia." (QS Al-Qashash: 77).

Islam tidak hanya berfokus pada aspek spiritual (akhirat), tetapi juga mengatur kesejahteraan dunia, menciptakan keseimbangan yang masuk akal.

III. KESUAIAN ISLAM dengan FITRAH MANUSIA

Islam dirancang untuk memenuhi kebutuhan mendasar manusia, baik kebutuhan materi (fisik) maupun non materi (spiritual) :

1. Pencarian Makna Hidup

Islam menuntun manusia untuk menemukan jati dirinya. sebab manusia secara alami membutuhkan tujuan hidup. Islam memberikan makna yang jelas: mengenal Allah, beribadah kepada-Nya, dan mencapai kebahagiaan yang abadi.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS Adz-Dzariyat: 56)

2. Akhlak dan Moral

Dalil: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS At-Tin: 4)

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS Al-Ahzab: 21)

Islam mengajarkan akhlak mulia (kejujuran, kasih sayang, keadilan), yang sejalan dengan naluri manusia untuk hidup bermartabat.

3. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Dalil: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal." (QS Al-Hujurat: 13)

Penjelasan:

Islam mengajarkan kesetaraan gender dan menghormati keberagaman, yang memenuhi kebutuhan manusia akan keadilan dan harmoni sosial.

IV. RELEVANSI ISLAM Sepanjang ZAMAN

Islam fleksibel, aplikatif, dan tetap relevan di setiap era:

1. Prinsip-Prinsip Dasar yang Universal

Nilai seperti keadilan, kasih sayang, dan kejujuran tidak lekang oleh waktu. Contohnya adalah larangan riba, yang relevan untuk menghindari ketimpangan ekonomi modern.

2. Fleksibilitas Hukum Islam

Dalil: "Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu." (QS Al-Baqarah: 185)

Penjelasan:

Prinsip ijtihad memungkinkan hukum Islam berkembang sesuai konteks zaman tanpa meninggalkan nilai dasarnya.

3. Kontribusi pada Ilmu Pengetahuan

Pada masa keemasan Islam, ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Biruni memberikan kontribusi besar yang membuktikan bahwa Islam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan.

KESIMPULAN

Kebenaran dan kesempurnaan Islam terbukti melalui:

1. Dalil ilmiah: Fakta-fakta Al-Qur'an yang sesuai dengan sains modern.

2. Rasionalitas: Tauhid dan hukum Islam masuk akal dan logis.

3. Kesesuaian dengan fitrah manusia: Islam memenuhi kebutuhan spiritual, sosial, dan moral manusia.

4. Relevansi sepanjang zaman: Prinsip-prinsip Islam tetap relevan menghadapi tantangan zaman modern.

Islam adalah agama universal dan sempurna yang dirancang untuk memberi rahmat bagi seluruh umat manusia.

وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ وَإِن تَكْفُرُوا۟ فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدًا

Dan milik Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepadamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu ingkar maka (ketahuilah), sesungguhnya kepunyaan Allah-lah apa  yang ada dilangit dan apa yang dibumi dan Allah itu Maha Kaya lagi Maha Terpuji (Qs an Nisa 4:131)

Menjemput Taufik, hidayah dan inayah

  وما كنّا لنهتدي لولا أن هدانا الله

" Tidaklah kita menjadi orang yang tertunjuki seandainya Allah tiada menunjuki kita "

 Setiap manusia membutuhkan petunjuk. Maka penting bagi kita untuk memahami hakikat Taufik, hidayah dan inayah serta korelasi diantara ketiganya merupakan pilar penting dalam Islam yang berkaitan dengan petunjuk, pertolongan dan anugerah Allah SWT kepada manusia. adapun penjelasan tentang persamaan, perbedaan serta hubungan erat antara ketiganya dapat kita uraikan sebagai berikut :

Persamaan

1. Sumber 

Ketiganya merupakan bentuk karunia yang datang langsung dari Allah kepada hamba-Nya.

Allah berfirman:

 "Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya nikmat itu)."(QS. An-Nahl: 53)

2. Tujuannya 

Taufik, hidayah, dan inayah semuanya ditujukan untuk memandu manusia kepada jalan yang benar dan menguatkan mereka dalam ketaatan kepada Allah SWT serta tidak salah prioritas dalam menjalani kehidupannya. Maka Perbedaan utama seorang hamba Allah dan hamba dunia terletak pada prioritas Amal (aktivitas)nya

إلهي أنت مقصدي و رضاك مطلوبي

Wahai Tuhanku Engkaulah Tujuanku dan ridho-Mu yang kucari...

Maka hamba siapakah kita sebenarnya...?

Perbedaan

Taufik berarti kesesuaian atau keselarasan antara kehendak Allah dan keinginan hamba 

"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah memahamkannya dalam Agama" (HR Bukhari)

Hidayah merupakan petunjuk serta kemampuan memahami kebenaran islam

مَّنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul (Qs al Israa' 17:15)

Inayah adalah pertolongan dan perlindungan Allah menjadi pelindung kami dan Dia adalah sebaik-baiknya Pelindung (Qs Ali imran : 173)

Keterkaitan

korelasi atau hubungan erat diantara ketiganya yaitu saling melengkapi dan bekerja bersama untuk membawa seorang hamba kepada kebaikan:

1. Hidayah adalah langkah pertama, yaitu petunjuk dari Allah kepada kebenaran, baik melalui Al-Qur'an, hadis, atau inspirasi hati (ilham).

 "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-Ankabut: 69)

2. Taufik adalah kehendak Allah yang memampukan manusia untuk mengikuti hidayah tersebut dan melaksanakan kebaikan.

 "Dan tidaklah kamu dapat (memberi) petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya." (QS. Al-Qashash: 56)

3. Inayah adalah bantuan langsung dari Allah untuk menjaga manusia tetap berada di jalan yang benar dan mengatasi rintangan dalam ketaatan.

"Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu." (QS. Ali 'Imran: 160)

Khulashoh

ما نفع القلبَ شىءٌ مثلُ عُزلةٍ يدخل بها ميدانَ فكرة

Tiada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati dari pada Uzlah (menjauhi kesibukan duniawi). Dengan uzlah masuklah manusia pada ruang tafakkur (perenungan diri) [Syarhu Al hikam hal 15 Al Haromain]

Hidayah adalah petunjuk awal.

Taufik adalah kemampuan menjalankan petunjuk tersebut.

Inayah adalah pertolongan dan perlindungan Allah untuk tetap istiqamah.

Ketiganya menunjukkan pentingnya ketergantungan manusia kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Dengan menyadari hubungan ini, seorang Muslim akan semakin berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT

قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ

Para malaikat menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana"(Qs al Baqarah 2:32)

Sabtu, 23 November 2024

Renungan bagi jiwa yang rapuh

   Wahai jiwa yang mencari petunjuk, renungilah dengan hati yang jernih dan akal yang tajam, betapa rapuhnya manusia yang melepaskan diri dari cahaya (petunjuk) ilahi. Dengarkanlah seruan ini, agar kau tak tergelincir dalam kegelapan yang melahap jiwa dan menghancurkan diri... 

Lepas dari Al-Qur'an

Al-Qur’an merupakan pelita dalam kegelapan, lentera yang tak pernah padam, dan tali Allah yang kokoh. Namun, apa jadinya jika manusia memutuskan diri darinya..?

Bagaikan musafir dipadang pasir tanpa kompas, engkau akan menjadi mangsa buasnya nafsu dan liciknya tipu daya syaitan. Ayat-ayat yang dahulu memberi kehidupan kini berubah menjadi gema kosong yang terlupakan. lalu "terhanyut" dalam kekeliruan, tipu daya syaitan. Mereka menjual janji palsu, membungkus kebatilan dalam selimut kebenaran, dan membiarkanmu terseret ke jurang kehancuran tanpa kau sadari... 

Tanpa Wahyu, engkau kehilangan pengetahuan tentang siapa dirimu, mengapa engkau diciptakan, dan ke mana engkau akan kembali. Tidakkah engkau takut menjadi boneka tanpa jiwa,..? yang berjalan menuju kehancuran dengan mata yang tertutup...

disaat dirimu terlepas dari petunjuk Al-Qur'an maka engkau akan menjadi Korban Tipu daya Syaithan serta ambisi nafsumu...

Lepas dari As-Sunnah 

As-Sunnah adalah peta hidup terbaik dari sang Nabi ﷺ yang begitu mencintaimu bahkan lebih dari dirimu sendiri. Namun, saat engkau meninggalkannya, dunia akan menawarimu ribuan jalan yang tampak indah, tetapi penuh dengan duri dan kepalsuan.

Engkau akan dihimpit berbagai fitnah harta yang membutakan, fitnah kekuasaan yang melalaikan, dan fitnah syahwat yang menjauhkanmu dari kebenaran & ampunan-Nya. Dalam ketiadaan Sunnah, engkau akan dipermainkan oleh hawa nafsu yang melampaui batas, lalu kehilangan pijakan di atas jalan yang lurus. Bukankah Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya: Kitabullah dan Sunnahku”

Maka saat dirimu terlepas dari tuntunan Nabi saw niscaya engkau akan Terfitnah jeratan hawa nafsu dan fatamorgana yang fana... 

Lepas dari Syariat

Syariat adalah benteng kehidupan islami, perlindungan dari kekacauan duniawi dan kehancuran ukhrawi. Namun, jika meninggalkannya, engkau seperti rumah yang runtuh tanpa fondasi. Tiada lagi batasan antara halal dan haram, kebaikan dan keburukan. semuanya menjadi abu-abu, dan suara kebenaran ditenggelamkan oleh kebengisan hawa nafsu serta keserakahan ambisi duniawi.... 

Mereka yang lepas dari syariat laksana kapal tanpa nahkoda, terombang-ambing di lautan kehancuran. Dunia tanpa syariat akan berjalan tanpa arah; masyarakat kehilangan moralitas, kejahatan merajalela dan jiwa kehilangan ketenangan batin. Apa jadinya jika manusia menjadi hakim bagi dirinya sendiri...?

Maka Kezhaliman akan berkuasa, dan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya hanyalah ilusi. lalu engkau akan tenggelam diLembah Kebinasaan...

khatimah

Yaa ibadurrohman, jangan pernah jauhi Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Syariat. Mereka adalah cahaya diatas cahaya, sumber dari segala kebenaran, kebaikan, hikmah, ketenangan & kebahagiaan. Jangan biarkan dirimu tergelincir ke dalam perangkap syaitan yang menghancurkanmu. Kembalilah kepada Allah, agar jiwamu damai, akalmu terbimbing dan hidupmu menjadi terarah...

Mengenal Tuhan yang sebenarnya

    َالعَارِّفُونَ بِّرَ ِّبهِّمْ هُمْ أَفْضَلُ۞ مِّنْ أَهْلِّ فَرْعٍ وَاألُصُولِّ تَكَمّلَا

" Orang-orang yang makrifat (benar-benar mengenal) tuhannya lebih utama dari pada orang yang sekedar menguasai berbagai cabang ilmu " [ Hidayatul azkiya bait ke-179 ]

Tuhan yang Haq (benar) Allah jalla wa 'ala bukanlah sekedar nama yang tersusun dalam lafadz, terucap didalam lisan apalagi imaginasi orang beriman tapi Dialah sumber dari segala yang ada sababul asbab (Prima causa)

Tapi mengapa Allah SWT Tidak bisa diuji dan dibuktikan secara Empiris..?

(Ketahuilah), Terdapat dua perbedaan dalam pembuktian diantara orang yang membuktikan keberadaan-Nya yang menjadi sebab adanya 'alam (ciptaan) atau keberadaan 'alam yang menunjukkan adanya pencipta. Dia mengetahui (mengenal) Pencipta yang Haq karena Allahlah pencipta dan pemiliknya. Dia menetapkan keimanan karena wujud asalnya. Sedang yang kedua berdalil alam bukti adanya Allah karena belum sampainya seorang hamba kepada-Nya. Bila tidak begitu sejak kapan Allah itu tiada...? Sehingga perlu dicari bukti untuk mengenal-Nya dan Sejak kapan pula Allah itu jauh hingga butuh jejak (bekas) peninggalan yang akan menghantarkan makrifat (mengenal) kepada Allah [Syarhu Al Hikam hal 27 Al Haromain]

Allah SWT adalah entitas yang transenden yakni berada di luar jangkauan inderawi & batasan ruang, waktu, dan materi yang dapat diindera manusia. Empirisme—yakni metode pengetahuan yang hanya bergantung pada pengamatan dan eksperimen—memiliki keterbatasan dalam mengakses realitas di luar dimensi fisik. Beberapa alasannya :

Pertama Allah SWT bukanlah zat materi (matter) tapi Dzat yang berarti ash shohibu yang bermakna pemilik yang termasuk min asmail khomsah dalam bab nahwu. sehingga Allah tidak bisa diuji secara empiris karena keberadaan-Nya diluar batasan materi dan panca indra manusia. Namun, tanda-tanda keberadaan-Nya terlihat jelas melalui keteraturan alam semesta dan prinsip rasional bahwa segala yang ada tidak mungkin berasal dari ketiadaan. Dalam Islam, keyakinan kepada Allah adalah hasil dari perpaduan antara wahyu, akal sehat, dan pengamatan terhadap alam semesta.

Kedua Keterbatasan Alat dan Indera: Metode empiris hanya dapat mengukur hal-hal yang bersifat material, sedangkan Allah SWT adalah wujud non-material (metafisik). Maka, keberadaan-Nya tidak dapat diakses melalui eksperimen laboratorium atau observasi pancaindra.

Ketiga Eksistensi yang Tidak Terbatas: Allah adalah Al-Khaliq (Pencipta), sedangkan metode empiris hanya bekerja pada ciptaan-Nya, yaitu alam semesta. Mustahil bagi sesuatu yang terbatas (alam) untuk mengukur atau membuktikan secara langsung sesuatu yang tidak terbatas (Allah SWT).

Keempat Keimanan Berdasarkan Wahyu: Keberadaan Allah SWT bukan sesuatu yang hanya dapat dibuktikan secara ilmiah, tetapi disampaikan melalui wahyu dan diperkuat oleh tanda-tanda-Nya (ayat kauniyah) di alam semesta. Sebagai contoh, keindahan dan keteraturan alam menjadi bukti rasional adanya Sang Pencipta.

Mengapa Mustahil Segala Sesuatu Berasal dari Ketiadaan ?

Prinsip Kausalitas : Dalam filsafat dan logika, dikenal konsep bahwa "segala sesuatu yang ada pasti memiliki sebab". Tidak mungkin sesuatu yang ada muncul tanpa sebab (eks nihilo). Ketiadaan (nothingness) tidak memiliki sifat, kekuatan, atau potensi untuk menciptakan sesuatu.

إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku [Qs Thohaa 20:14]

Keteraturan Alam Membutuhkan Desainer : Alam semesta menunjukkan pola keteraturan yang sangat kompleks, seperti hukum fisika, keseimbangan ekosistem, dan sifat konstan dari alam. Keteraturan ini tidak mungkin muncul secara acak dari ketiadaan, melainkan memerlukan desainer yang cerdas dan berkuasa, yaitu Allah SWT.

Argumentasi Rasional : Dalam argumen kosmologis dijelaskan bahwa segala sesuatu yang memiliki awal keberadaan (contingent) membutuhkan sebab. Namun, Causa prima atau Penyebab utama yang tidak disebabkan oleh apa pun haruslah entitas yang ada secara wajibul wujud (necessary) yaitu entitas yang selalu ada dan tidak tergantung kepada apapun, yaitu Allah SWT tuhan yang hanya kepada-Nyalah kita menyembah dan memohon pertolongan.

قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ قُلِ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَٱتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِى ٱلظُّلُمَٰتُ وَٱلنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا۟ كَخَلْقِهِۦ فَتَشَٰبَهَ ٱلْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّٰرُ

Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi..?" Jawabnya: "Allah". Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri..?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa" (Qs Ar Ra'd 13:16)

Jumat, 22 November 2024

Ada hidup Setelah Mati...

      Sebuah Renungan untuk Jiwa yang lalai

Hidup didunia ini laksana seorang musafir yang menyiapkan perbekalan perjalanan akhirat. Dunia ini hanyalah tempat persinggahan bukan akhir dari perjalanan kehidupan yang abadi. Karena Allah SWT berfirman :

"setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."(QS. Ali Imran: 185)

Meskipun tahu Seringkali kita terlena, sibuk mengejar dunia—harta, jabatan, kesenangan. maka, sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang menuju negeri akhirat ? Ingatlah, setiap perbuatan kita, sekecil apa pun, akan dihisab. Allah SWT berfirman:

"Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."(QS. Az-Zalzalah: 7-8)

Setiap tetesan keringat yang dikeluarkan untuk kebaikan, setiap kesabaran yang tertahan, bahkan setiap luka batin yang tak tergores, semuanya akan tercatat sebagaimana dosa-dosa kita pun tak luput dari catatan-Nya. Tidak ada tempat untuk bersembunyi dari pengadilan-Nya kelak. Allah berfirman:

"Pada hari itu manusia diberitahu apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya."(QS. Al-Qiyamah: 13)

Bayangkan ketika kita berdiri dihadapan Allah yang maha melihat setiap perbuatan kita....?

Disaat semua nikmat-Nya yang sering kita abaikan diperlihatkan. Apa yang akan kita katakan ? Apa alasan kita ketika catatan amal ditunjukkan, dan kita menyadari bahwa dunia ini telah melalaikan kita dari persiapan untuk akhirat ?

Rasulullah ﷺ mengingatkan kita:

"Orang yang paling cerdas adalah orang yang banyak mengingat mati dan mempersiapkan bekal untuk setelahnya. Itulah orang yang benar-benar cerdas."(HR. Ibnu Majah)                    

Maka, jadikanlah hidup ini ladang amal. Tiap langkah, tiap ucapan, dan tiap perbuatan haruslah bernilai akhirat. Jangan biarkan kita menyesal saat semuanya telah  terlambat. disaat setiap tarikan nafas menuntut haknya ?

bagaimana bila setiap detak jantung menuntut balasannya atas semua kelalaian hidup kita....?

لا يُشككنّك في الوعد عدمُ وقوع الموعود و إن تعيّنَ زمنه لِئلا يكون ذلك قدحا في بصيرتك و اخمادا لنور سريرتك

Jangan pernah engkau meragukan janji Allah yang belum terwujud meski waktunya telah ditentukan agat itu tidak menjadikan pandangan batinmu tercemari (rusak) dan memadamkan cahaya keimanan dihatimu [Syarhu Alhikam hal 9 AlHaromain]

setiap hari Kita bekerja, berusaha dan berjuang mati-matian demi mengejar dunia yang tak dibawa mati. Namun, mari kita renungkan sejenak‚ benarkah semua yang kita kejar ini benar-benar akan menemani kita saat menghadap-Nya nanti..?

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah tipu daya (permainan), senda gurau, perhiasan, saling berbangga di antara kamu dan saling berlomba dalam kekayaan dan anak-anak. Seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan orang-orang kafir, kemudian menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan serta rahmat dari Allah. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kenikmatan yang menipu." (Qs Al hadid : 20)

Sungguh, segala yang kita kejar di dunia ini adalah fana. Harta, jabatan, kesenangan duniawi—semua itu akan terhenti saat kita menghembuskan nafas terakhir. Apa yang kita bawa pergi ? Hanya amal perbuatan kita yang akan menemani kita dalam perjalanan panjang menuju kehidupan abadi yang sesungguhnya, kehidupan setelah mati...

Tak ada yang lebih berharga didunia ini selain iman dan amal shalih yang kita tanamkan dalam kehidupan ini. Dunia tempat kita mencari rezeki dan berusaha untuk mendapat ridha Allah serta meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Jangan sampai kita tersilaukan‚ lupa‚ lalai dan terperdaya oleh gemerlap dunia yang fana ini...

Cobalah sejenak berhenti dan renungkan, apakah tujuan hidup kita hanya untuk mengumpulkan harta dan status sosial ? Apakah kita rela mengorbankan waktu dan tenaga hanya untuk sebuah kesenangan dunia yang hanya sementara ? Inilah saatnya kita merenung dan mengevaluasi kembali apa yang benar-benar penting dalam hidup ini...

Setiap nikmat yang menjadi taat itulah Berkah

tapi nikmat yang melalaikan itu istidroj (azab yang ditunda) yang menjadi Nigmah (siksaan) diakhirat

Sebaiknya, kita mati-matian berusaha untuk meraih akhirat, untuk memperbaiki diri, untuk memperbanyak amal kebaikan. Setiap amal yang kita lakukan dengan ikhlas karena Allah akan memberikan kita kebahagiaan yang tiada tara di kehidupan yang kekal. Sesungguhnya dunia ini hanyalah ladang tempat kita menanam benih-benih amal yang akan kita tuai kelak di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda:

"Jika seorang anak Adam meninggal, maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Saudaraku, Jangan biarkan dunia ini menguasai hidup kita. Jangan biarkan kebahagiaan duniawi yang sementara menutupi kebahagiaan kita yang abadi di akhirat kelak. Kejarlah sesuatu yang tidak akan pernah mati : amal soleh yang menjadi bekal akhirat & akan menemani kita di alam barzakh nanti. Jangan sia-siakan waktu kita yang sangat singkat ini karena Dunia ini sementara akhirat selamanya...

Siapakah yang menciptakan Tuhan...?

      Jika semua ada yang menciptakan, maka siapa yang menciptakan Tuhan...?" 

Pertanyaan ini sering muncul sebagai bentuk tantangan atau keraguan yang menguji keimanan seseorang. untuk menjawab pertanyaan ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang konsep keimanan, sifat Tuhan, dan keterpaduan antara dalil aqli (logika) dan dalil naqli (wahyu). Islam memberikan jawaban yang jelas dan rasional sesuai dengan manhaj syar'i.

Thariqah (metode) dalam menjawab pertanyaan tersebut bisa kita lakukan melalui :

Pertama Memahami Hakikat Tuhan melalui Dalil Naqli

Dalil naqli, yakni Al-Qur'an dan sunnah, adalah dasar utama untuk mengenal Tuhan. Dalam Islam, Allah SWT adalah Al-Khaliq (Pencipta segala sesuatu), Al-Awwal (Yang Pertama, tanpa permulaan), dan Al-Ahad (Yang Esa, tanpa sekutu). Sifat-sifat ini menegaskan bahwa Allah tidak diciptakan.

a. Allah adalah Pencipta Segala Sesuatu

Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur'an:

"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu." (QS. Az-Zumar: 62).

Jika Allah menciptakan segala sesuatu, maka Allah bukan bagian dari ciptaan. Sebagai pencipta, Allah tidak bergantung kepada makhluk atau hukum-hukum alam yang diciptakan-Nya.

b. Allah Tidak Memiliki Permulaan atau Akhir

Allah berfirman:

"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hadid: 3)

Keberadaan Allah adalah qadim (tidak berpermulaan) dan azali (tidak berkesudahan). Ini adalah sifat mutlak Tuhan yang membedakan-Nya dari makhluk.

c. Allah Tidak Serupa dengan Apa pun

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)

Pertanyaan "siapa yang menciptakan Allah?" muncul dari asumsi bahwa Allah adalah makhluk yang serupa dengan ciptaan. Padahal, Allah berbeda dari semua makhluk.

Kedua Penggunaan Dalil Aqli

Dalil aqli digunakan untuk memahami konsep Tuhan secara logis. Berikut pendekatan logika dalam menjawab pertanyaan tersebut:

a. Prinsip Sebab dan Akibat

Dalam logika, segala sesuatu yang memiliki permulaan pasti membutuhkan sebab (pencipta). Namun, Allah tidak memiliki permulaan. Allah adalah sebab pertama yang tidak disebabkan oleh apa pun. Ini sesuai dengan konsep "kausalitas" yang menyatakan bahwa rantai sebab akibat harus berhenti pada "penyebab yang tidak disebabkan."

Contoh analogi:

Jika kita melihat sebuah rumah, kita tahu bahwa rumah tersebut dibuat oleh tukang bangunan. Namun, pertanyaan "siapa yang menciptakan tukang bangunan?" akan terus berlanjut hingga kita tiba pada penyebab pertama. Dalam konteks ini, Allah adalah penyebab pertama yang tidak memerlukan pencipta karena keberadaan-Nya bersifat wajib (tidak tergantung pada siapa pun).

b. Konsep Keberadaan yang Niscaya (Wajibul Wujud)

Dalam filsafat Islam, Allah adalah Wajibul Wujud (keberadaan yang niscaya). Segala sesuatu di alam semesta adalah mumkinul wujud (keberadaan yang mungkin, bisa ada atau tidak ada) dan membutuhkan sesuatu yang wajib (tidak bergantung) sebagai asal-usulnya. Allah adalah satu-satunya yang wajibul wujud, sehingga tidak memerlukan pencipta.

c. Ketidakterbatasan Tuhan

Segala yang diciptakan bersifat terbatas, terikat oleh waktu, ruang, atau hukum alam. Namun, Allah tidak terikat oleh semua ini. Jika Allah diciptakan, berarti ada yang lebih besar dari Allah, dan ini bertentangan dengan definisi Tuhan sebagai Yang Maha Besar.

Ketiga Argumentasi logis dan Syar'i 

a. Menolak Premis yang Salah

Pertanyaan tersebut menyiratkan bahwa Tuhan termasuk dalam kategori makhluk yang diciptakan. Padahal, Allah dalam Islam adalah Al-Khaliq (Pencipta) yang tidak termasuk dalam kategori makhluk. Oleh karena itu, pertanyaan tersebut keliru secara logis.

Rasulullah SAW bersabda:

"Setan akan datang kepada salah seorang dari kalian dan berkata, 'Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?' Hingga ia berkata, 'Siapa yang menciptakan Tuhanmu?' Maka jika sampai kepadanya (pertanyaan semacam itu), hendaklah ia berkata, 'Aku beriman kepada Allah,' dan hendaklah ia menghentikan (bisikan tersebut)." (HR. Bukhari dan Muslim).

b. Sebab Pertama yang Tidak Tergantung

Allah adalah sababul asbab yaitu penyebab dari berbagai sebab-sebab yang ada. Jika setiap sesuatu harus diciptakan, maka rantai sebab-akibat tidak akan pernah selesai (infinite regress). Namun, akal sehat menunjukkan bahwa harus ada satu entitas yang tidak bergantung, yang menjadi sebab pertama bagi segala sesuatu. Itulah Allah.

c. Penjelasan Al-Qur'an Tentang Kesempurnaan Allah

Allah SWT berfirman:

"Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas: 3-4)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak berasal dari sesuatu (tidak diciptakan) dan tidak menghasilkan sesuatu seperti makhluk biasa.

Keempat Melatih Hati dan Akal untuk Menerima Wahyu

Keimanan yang shahih diperoleh dengan mengharmonikan dalil aqli dan dalil naqli. Dalam Islam, akal adalah alat untuk memahami wahyu, sementara wahyu adalah panduan yang meluruskan akal.

a. Kesadaran Bahwa Akal Memiliki Keterbatasan

Sebagai makhluk, manusia tidak dapat sepenuhnya memahami zat Allah. Sebagian hal hanya dapat dipahami melalui wahyu, seperti sifat-sifat Allah. Oleh karena itu, wahyu menjadi solusi bagi keterbatasan akal.

b. Menghentikan Pertanyaan yang Tidak Produktif

Rasulullah SAW memerintahkan agar kita menghentikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada ujungnya dan berpotensi merusak iman. Fokus kita adalah beriman kepada Allah berdasarkan dalil yang jelas dan membangun hubungan yang kuat dengan-Nya melalui ibadah.

khatimah

Bagaimana hati akan bercahaya sementara pernak pernik dunia menyelimuti cermin hatinya atau bagaimana kita akan melangkah menuju Allah sementara hati terbelenggu Syahwat nafsunya..?

Bagaimana mendambakan masuk pada keridhoan Allah sedang ia belum membersihkan noda (kotoran) kelalaiannya..? atau bagaimana mungkin ia bisa memahami dalamnya hakikat kebenaran sementara ia belum bertaubat dari kekeliruannya [Syarhu al hikam hal 17 Al Haromain]

Pertanyaan "siapa yang menciptakan Tuhan...?" berasal dari kesalahan asumsi bahwa Allah termasuk makhluk. Dalam Islam, Allah adalah pencipta segala sesuatu, yang tidak memiliki permulaan atau akhir. Dengan dalil naqli, kita memahami sifat-sifat Allah yang sempurna. Dengan dalil aqli, kita menegaskan bahwa keberadaan Allah adalah wajibul wujud yang tidak memerlukan pencipta.

قُلْ أَتُحَآجُّونَنَا فِى ٱللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَآ أَعْمَٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَٰلُكُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُخْلِصُونَ

Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati (Qs al Baqarah 2:139)