Apakah Ruh & jiwa itu hanyalah ilusi...?
Al-Qur'an menjelaskan hal ini :
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh itu urusan Tuhanku...'" (QS. Al-Isra: 85)
Allah SWT membatasi pengetahuan manusia tentang Ruh.Namun islam juga memberi gambaran bagi kita untuk membedakan ruh (nyawa), kesadaran (idrak silah billah), dan jiwa (nafs) dari sudut pandang Al-Qur'an yang membuka jalan bagi ilmu pengetahuan (sains).
Pertama Ruh
a. Perspektif Al-Qur'an
Ruh dalam pengertian nyawa atau sirrul hayah adalah esensi kehidupan yang ditiupkan Allah ke dalam jasad makhluk hidup untuk menghidupkannya. Ruh berasal dari Allah dan memiliki sifat metafisik.
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuhnya) ruh-Nya..." (QS. As-Sajdah: 9)
Sifat Ruh tidak bisa dilihat atau dipahami sepenuhnya oleh manusia sebab ruh merupakan perkara mughoyabah atau ghaib.
Ruh berfungsi sebagai sumber kehidupan jasad. Ketika ruh keluar maka kehidupan berakhir.
b. Perspektif Sains
Dalam sains, ruh sering dikaitkan dengan "nyawa," yaitu kondisi biologis yang memungkinkan makhluk hidup untuk hidup.
Proses biologis:
Nyawa dikaitkan dengan fungsi organ vital seperti otak, jantung, dan sistem pernapasan.
Kematian dianggap terjadi ketika aktivitas otak dan jantung berhenti.
Ruh dalam terminologi metafisik tidak dapat diukur atau diuji karena sifatnya non-material.
Kedua Kesadaran
a. Perspektif Al-Qur'an
Kesadaran spiritual (idrak silah billah) adalah kemampuan manusia untuk menyadari hubungannya dengan Allah. Ini mencakup pengenalan kepada Allah, tujuan hidup, dan eksistensi sebagai hamba-Nya.
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan..." (QS. Al-Balad: 10)
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi... terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir." (QS. Ali-Imran: 190)
Aspek Kesadaran pada manusia melibatkan hati (qalbu) dan akal (fikiran) sebagai pusat spiritualitas, kendali dan refleksi moral.
kesadaran (al wa'yu) dipengaruhi oleh tingkat keimanan dan pemahaman seseorang.
b. Perspektif Sains
Kesadaran (awareness) dalam sains merujuk pada fenomena mental yang memungkinkan individu untuk menyadari diri sendiri dan lingkungannya.
Neurosains: Kesadaran dihasilkan oleh aktivitas neuron dalam otak, terutama di area korteks serebral.
Psikologi: Kesadaran mencakup pikiran sadar, bawah sadar, dan pengalaman subjektif.
Kesadaran spiritual:
Studi neuroteologi mencoba menghubungkan pengalaman religius dengan aktivitas otak, seperti pada lobus temporal yang aktif selama meditasi atau doa.
Ketiga Jiwa (Nafs)
a. Perspektif Al-Qur'an
Jiwa (nafs) adalah aspek psikologis dan emosional manusia yang mencakup keinginan, kehendak, dan emosi. ilmu akan membentuk pemahaman, mindset dan kesadaran seseorang. islam Allah turunkan menjadi sumber ilmu yang akan membentuk persepsi, nafs (jiwa) & perilaku.
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya." (QS. Asy-Syams: 8)
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu..." (QS. Al-Fajr: 27-28)
Tingkatan Jiwa:
Nafs al-ammarah: Jiwa yang cenderung pada keburukan.
Nafs al-lawwamah: Jiwa yang menyesali dosa.
Nafs al-muthmainnah: Jiwa yang tenang dan dekat dengan Allah.
Jiwa berkaitan dengan pilihan moral dan pengendalian diri dalam kehidupan.
b. Perspektif Sains
Jiwa sering dianggap sebagai mental atau karakter kepribadian yang terbentuk oleh mindset, keyakinan (belief) serta kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial sseorang.
Psikologi:
Freud membagi aspek jiwa menjadi id (dorongan naluriah), ego (kesadaran diri), dan superego (moralitas).
Jiwa mencerminkan kepribadian, kehendak, dan konflik batin seseorang.
Neurosains:
Aktivitas otak mempengaruhi perilaku, emosi, dan keputusan.
Pengalaman dan lingkungan membentuk jiwa seseorang secara bertahap
Khulashoh
1. Ruh: Dalam Al-Qur'an, ruh adalah sumber kehidupan, sedangkan dalam sains, kehidupan dikaitkan dengan aktivitas biologis, tetapi ruh sebagai entitas metafisik tidak dapat dijelaskan.
2. Kesadaran: idrak silah billah yakni kesadaran hubungan dengan Allah. Sains menghubungkannya dengan fenomena mental yang berasal dari aktivitas otak.
3. Jiwa: Dalam Al-Qur'an, jiwa adalah entitas moral yang bertanggung jawab atas perbuatan manusia. Dalam sains, jiwa lebih kepada kepribadian dan pikiran yang dihasilkan dari interaksi biologis dan lingkungan.
لا تتعدّ نيةهمتك الى غيره فالكريم لا تتخطاه الآمال
Janganlah palingkan niat cita-citamu kepada selain-Nya karena Allah yang maha dermawan tak peduli dengan Angan-anganmu yang memalingkan dari-Nya [Syarhu Alhikam hal 33 Al Haromain]
Memang manusia seringkali disibukkan dengan angan-angannya yang melalaikan. Meskipun tujuannya benar bila memalingkan dari ketaatan yang lebih utama maka ia telah tertipu oleh angan-angannya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar