Watak dan sifat genetik merupakan karakter alamiah (tabiat) yang diwariskan oleh DNA seseorang dari keturunannya. Meski tabiat itu melekat sejak lahir namun ia bisa dibentuk melalui proses ta'dib & riyadhoh islami serta faktor lingkungan atau circle yang melingkupinya.
Kepribadian islam bukanlah tentang kecantikan dan ketampanan ataupun kecerdasan intelektual (IQ) juga tidak terbentuk dari penampilan melainkan terbentuk dari pola pikir (worldviews) dan pola sikap (habbits) yang membentuk sikap mental atau Syakhsiyahnya.
Psikologi Islam yaitu ulum an nafs berfokus pada pemahaman jiwa manusia (nufus al insan) yang berkaitan erat dengan akhlak, iman, dan hubungan dengan Allah (Tauhid). Psikologi Islam tidak hanya membahas aspek kognitif dan emosional manusia, tetapi juga spiritual, moral, dan hubungannya dengan kehidupan akhirat. Berikut penjelasannya:
Definisi Psikologi dalam Islam
Psikologi Islam adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang jiwa (nafs) manusia untuk memahami sifat, keadaan, dan perilaku manusia, serta bagaimana cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas kejiwaannya sesuai ajaran Islam.
Kata "nafs" dalam Al-Qur'an sering digunakan untuk merujuk pada jiwa atau diri manusia, yang terdiri dari tiga tingkatan:
Nafs al-Ammarah (jiwa yang mendorong kepada keburukan) – QS Yusuf: 53
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
Nafs al-Lawwamah (jiwa yang mencela atau sadar akan kesalahan) – QS Al-Qiyamah: 2
“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).”
Nafs al-Muthmainnah (jiwa yang tenang) – QS Al-Fajr: 27-30)
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.”
Dari sinilah kita saksikan terkadang bukan masalahnya yang besar tapi hati kita yang kecil (sempit). Maka lapangkanlah hati kita dengan al 'ulum an nafs yaitu ilmu tazkiyatun nafs (mensucikan jiwa), tasfiyatul Qulub (membersihkan hati) dan zikrullah (berzikir). Syariah Islam mencakup berbagai ihwal (kondisi) jiwa, emosi, perilaku, dan pengembangan diri manusia berdasarkan ajaran Al-Qur'an dan As-sunnah. Psikologi dalam Islam mengintegrasikan aspek spiritual, emosional, dan perilaku (suluk al insan) untuk membentuk kepribadian yang seimbang antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).
” jasad yang mati takkan lagi bisa merasakan nikmatnya makan dan minum begitu pula hati yang mati takkan lagi mau menerima nasehat dan tuntunan ilahi “
Prinsip Psikologi Islam
1. Tauhid
Keimanan kepada Allah dan aqidah islam menjadi landasan mendasar dalam mengarahkan perilaku dan jiwa manusia agar tetap berada di jalan yang benar.
QS Al-Baqarah: 2, "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa."
1. Fitrah:
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (kesucian hati), memiliki potensi untuk memilih jalan baik atau buruk.
Dalil: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), sesuai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu." (QS. Al-Rum: 30)
2. Nafs:
Jiwa manusia memiliki tiga tingkat:
Nafs al-Ammarah: Nafsu yang cenderung pada keburukan. (QS. Yusuf: 53)
Nafs al-Lawwamah: Jiwa yang mencela kesalahan diri sendiri. (QS. Al-Qiyamah: 2)
Nafs al-Mutma'innah: Jiwa yang tenang. (QS. Al-Fajr: 27-28)
3. Qalb (Hati):
Hati adalah pusat pikiran, perasaan, dan keputusan manusia.
Dalil: "Dan supaya Dia menjadikan kamu umat yang adil dan menjadi saksi atas manusia." (QS. Al-Baqarah: 14)
4. ‘Aql (Akal):
Akal adalah kemampuan manusia untuk berpikir, memahami, dan mengambil keputusan.
Dalil: "Katakanlah: 'Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkan?'" (QS. Al-An'am: 50)
Konsep Jiwa dan Hati
Dalam Islam, jiwa manusia terdiri dari tiga komponen utama:
Qalb (hati): Pusat kesadaran spiritual dan moral. Dalam QS Ash-Shu'ara: 88-89 disebutkan, "Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih."
Aql (akal): Alat untuk berpikir, memahami, dan mengambil keputusan. Dalam QS Al-Baqarah: 269 dijelaskan, "Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki."
Ruh (roh): Elemen ilahiyah dalam manusia yang diberikan langsung oleh Allah. QS Al-Hijr: 29, “Kemudian Aku tiupkan ke dalamnya ruh-Ku...”
2. Tazkiyah an-Nafs (Penyucian Jiwa)
Psikologi Islam mengajarkan pentingnya penyucian jiwa dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri hati, dan hasad.
Dalil: QS Asy-Syams: 9-10, "Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya."
3. Keseimbangan (Wasatiyyah)
Islam menekankan keseimbangan dalam aspek spiritual, emosional, dan fisik manusia.
Dalil: QS Al-Baqarah: 143, "Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang wasat (adil dan seimbang).”
Konsep Emosi
1. Rasa Syukur:
Mengembangkan rasa syukur meningkatkan kebahagiaan dan keberkahan hidup.
Dalil: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7)
2. Rasa Takwa:
Takwa mendorong manusia untuk menjauhi perilaku buruk dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dalil: "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 2-3)
3. Rasa Kasih Sayang:
Kasih sayang mempererat hubungan sosial dan menjaga keharmonisan.
Dalil: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai." (QS. Ali Imran: 92)
karakter islam
1. Sabar:
Sabar adalah kunci menghadapi cobaan hidup.
Dalil: "Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155-156)
2. Tawadhu’ (Kerendahan Hati):
Tawadhu’ mencegah kesombongan dan mendekatkan pada Allah.
Dalil: "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong." (QS. Al-Isra’: 37)
3. Ikhlas:
Ikhlas adalah niat tulus dalam beribadah dan beramal.
Dalil: "Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dengan ikhlas." (QS. Al-Bayyinah: 5)
Konsep Pengembangan Diri
1. Tazkiyah al-Nafs (Penyucian Jiwa):
Membersihkan jiwa dari sifat buruk seperti hasad dan sombong.
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka... untuk membersihkan mereka." (QS. Al-Jumu’ah: 2-3)
2. Mujahadah (Perjuangan Melawan Nafsu):
Berjuang melawan nafsu adalah cara meningkatkan kualitas diri.
Dalil: "Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan." (QS. Al-Asr: 1-3)
3. Muhasabah (Introspeksi Diri):
Mengkaji dan memperbaiki diri untuk mencapai kebaikan.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok." (QS. Al-Hashr: 18)
4. Ihsan (Keikhlasan dan Kebaikan)
Ihsan adalah berbuat baik dengan penuh kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi.
QS An-Nahl: 90, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan."
Khatimah
1. Pengelolaan Emosi
Islam mengajarkan untuk mengendalikan emosi negatif seperti marah dan sedih.
QS Ali Imran: 134, "Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain."
2. Motivasi Ibadah dan Amal Saleh
Psikologi Islam memotivasi manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan amal baik.
QS Az-Zariyat: 56, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
3. Merawat kesehatan Mental
Sabar dan sadar (al wa'yu) adalah dua hal yang tak terpisahkan. Tanpa kesadaran (awareness) yang benar kesabaran takkan membawa seseorang keluar dari masalahnya dan mendapatkan solusi yang tepat. Misalnya seringkali seseorang merasakan kesulitan hidup dan mengeluh padahal bukan Allah yang menyulitkan mereka tapi ambisi duniawi dan gaya hidupnyalah yang membebaninya serta menguras hati, pikiran, tenaga (effort) dan menghabiskan waktunya.
Islam mengajarkan pentingnya muhasabah diri dengan tafakkur (perenungan) dan tazakkur (zikrullah) untuk meningkatkan kesadaran diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar