Senin, 03 Februari 2025

Menghindari jeratan setan

يقول ﷺ: دع ما يريبك إلى ما لا يريبك

Rasulullah saw bersabda : 

Tinggalkanlah apa saja yang meragukanmu menuju apa yang tidak meragukanmu [HR Tirmidzi]

Setiap hari manusia pasti melakukan berbagai kegiatan dimana terkadang mereka akan dihadapkan dengan berbagai pilihan. Oleh sebab itu penting bagi setiap muslim untuk selalu mengikuti Petunjuk Syariat dan selalu memohon taufik Allah jalla wa ala agar terlepas dari perangkap nafsu dan terbebas dari tipu daya setan yang menghancurkan hati dan akhirat adalah kemenangan yang besar. karena bila mati terbunuh musuh didalam jihad adalah Syahid dan Surga sedangkan mati terjerumus nafsu dan syaihan adalah maksiat dan neraka yang membinasakan. 

Inilah diantara hikmah mengapa Nabi saw menyatakan bahwa melawan nafsu termasuk jihad terbesar  karena setan tidak pernah berhenti menyesatkan manusia. Sejak Nabi Adam diciptakan, ia bersumpah untuk menjerumuskan anak cucunya ke dalam kehancuran. Tipu dayanya sangat halus, sering kali tidak terasa, bahkan terlihat indah di mata manusia. Namun, jika kita tidak waspada, hati bisa menjadi gelap bahkan sarang setan yang menyesatkan.

1. Jebakan menuju kesesatan terbesar

Kufur adalah puncak keberhasilan setan. Ia ingin manusia berpaling dari Allah, hidup tanpa iman, tanpa harapan akan rahmat-Nya. Orang yang kufur hidup dalam kegelapan, meskipun memiliki dunia, hatinya tetap kosong. Di akhirat, mereka akan menyesali segalanya, tetapi terlambat.

Allah berfirman:

"Dan jika kamu melihat orang-orang zalim dihadapkan kepada Rabb mereka, sebagian mereka berbalik kepada sebagian (yang lain), seraya berkata: ‘Seandainya bukan karena kalian, tentu kami menjadi orang-orang yang beriman!’" (QS. Saba’: 31)

Bayangkan betapa mengerikannya jika di akhirat kita baru sadar bahwa hidup kita di dunia hanya jebakan setan yang menipu!

2. Hidup dalam kemaksiatan yang membinasakan

Setan tidak selalu langsung menggoda manusia untuk kufur. Ia sering kali memulai dengan membuat mereka terbiasa dengan dosa-dosa kecil. Lama-kelamaan, dosa itu menjadi kebiasaan, lalu menjadi gaya hidup.

Seorang fasik bisa merasa bahwa kemaksiatannya adalah hal biasa, bahkan membanggakannya. Jika hati sudah keras, tangisan pun sulit keluar saat mengingat dosa, dan rasa takut kepada Allah mulai menghilang.

Padahal, Allah mengingatkan:

"Kemudian, setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi..." (QS. Al-Baqarah: 74)

Betapa mengerikan jika hati kita mati tanpa sempat bertaubat!

3. Menyakiti hati sendiri dan orang lain

" Paradoks muslim yang meninggalkan tazkiyatun nafs (tasawuf) terlihat ahli ibadah tapi busuk hatinya dan tamak terhadap ddunia "

Setan senang melihat manusia saling menyakiti. Ia meniupkan kebencian, amarah, dan dengki agar manusia menzalimi sesama. Ia membisikkan bahwa kezaliman adalah kekuatan, padahal kezaliman adalah jalan kehancuran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat." (HR. Muslim)

Orang yang zalim mungkin bisa berkuasa di dunia, tetapi di akhirat ia akan menangis darah. Karena Setiap tangisan orang yang dizaliminya akan menjadi saksi di hadapan Allah.

4. Malas mematikan cahaya hati

Setan membuat manusia mencintai kemalasan. Penyakit malas Belajar dan Ibadah sehingga manusia terbelenggu dalam kebodohan dan kelalaiannya. Misalnya ketika adzan berkumandang, ia membisikkan, “Nanti saja.” Ketika ingin membaca Al-Qur’an, ia membuat kita sibuk dengan hal lain. Jika ini terus berulang, akhirnya hati menjadi jauh dari Allah. 

Ilmu adalah cahaya sementara ibadah merupakan sarana untuk menyalakan cahaya ilmu dihati baik ibadah zhahir maupun batin (dzikir). Bilamana kita malas beribadah, maka hati kita akan gelap. Begitulah cara menghidupkan iman dihati sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:

"Perbedaan antara orang yang berdzikir dengan yang tidak, seperti orang hidup dan mati" (HR. Bukhari)

Jika hati sudah mati, apalagi yang bisa kita harapkan...?

Ujian orang bodoh kemalasan, ujian orang berilmu keikhlasan sedang ujian orang yang tertipu sombong dengan kebodohannya "

5. Sibuk dunia lalai Akhirat 

Setan membuat dunia tampak indah, seolah-olah inilah tujuan hidup. Banyak orang sibuk bekerja, mencari harta, membangun karier, hingga lupa bahwa ada akhirat yang kekal.

Allah mengingatkan:

"Dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al-Hadid: 20)

Berapa banyak orang yang baru sadar di akhir hayatnya bahwa semua yang mereka kejar hanyalah fatamorgana? Namun, saat itu, waktu sudah habis. Inilah orang yang Terbuai dengan fatamorgana dunia

6. Menghancurkan amal sholeh

Setan tidak hanya menggoda orang yang lalai, tetapi juga orang yang beribadah. Ia membisikkan riya, agar amal ibadah tidak untuk Allah, tetapi untuk pujian manusia.

Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari & Muslim)

Betapa menyedihkan jika di akhirat kita melihat shalat, puasa, dan sedekah kita tidak bernilai di sisi Allah, karena semuanya bukan untuk-Nya!

7. Menyembah diri sendiri

Setan sangat suka membuat manusia merasa dirinya hebat. Ia membisikkan, “Kamu lebih baik dari mereka. Ilmumu lebih tinggi. Amalmu lebih banyak.” Padahal, inilah dosa Iblis saat ia menolak bersujud kepada Adam.

Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Luqman: 18)

Orang yang sombong mungkin merasa tinggi di dunia, tetapi di akhirat ia akan dipermalukan. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat seperti semut kecil yang diinjak-injak manusia." (HR. Tirmidzi)

8. Sombong dan meremehkan manusia 

Merasa diri lebih baik dari orang lain adalah tipu daya setan yang halus. Ia membuat kita memandang rendah orang lain, seolah-olah hanya kita yang benar. Kesombongan adalah Jalan Menuju Kehancuran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidak akan masuk surga seseorang yang di hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi." (HR. Muslim)

Bayangkan, hanya karena merasa lebih baik dari orang lain, kita bisa terhalang dari surga! Bukankah itu kerugian yang sangat besar...?

Kembali kepada Allah Sebelum Terlambat

Setan tidak akan berhenti menyesatkan kita. Satu-satunya cara untuk selamat adalah selalu kembali kepada Allah. Jangan biarkan hati kita dikuasai oleh bisikan setan.

Diantara tanda matinya hati ialah tiadanya kesedihan atas ketaatan yang terluput dari meningkatkannya serta tiada penyesalan atas kemaksiatan dan kelalaian yang telah diperbuat [Syarhu Al Hikam hal 42 AlHaromain]

Allah berfirman:

"Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah." (QS. An-Nisa': 76)

Jika kita bersungguh-sungguh dalam iman dan taqwa, setan tidak akan mampu menyesatkan kita. 

Ya Allah, jangan biarkan kami tertipu oleh setan. Selamatkan kami dari kegelapan dosa dan bimbing kami menuju cahaya-Mu.

Senin, 13 Januari 2025

Allah memuliakan wanita

     Islam menjadikan wanita sholihah sebagai sebaik-baiknya perhiasan dunia. Dimana Allah SWT akan memuliakan wanita muslimah yang senantiasa menjaga lisan, iffah (kehormatan diri) dan adabnya dengan memberikan mereka pahala yang besar, meninggikan kedudukan & mengangkat derajatnya didunia dari ekploitasi fisik manusia dengan ketaatannya. Diantara cara Allah memuliakan wanita didalam syariat adalah :

Kesetaraan (equal) 

Ketika peradaban barat dan masyarakat jahiliyah merendahkan, mengekploitasi dan membunuhi wanita. Islam datang mengangkat harkat dan martabat wanita dari diskriminasi dan penindasan. 

Allah menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam hal keimanan dan amal shalih. Standar kemuliaan mereka adalah ketaqwaannya.

"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga." (QS. An-Nisa: 124)

Melindungi Kehormatan & Martabat Wanita

Syariah mewajibkan hijab dan mengharamkan segala bentuk pelecehan serta fitnah yang merendahkan wanita agar kehormatan perempuan terjaga & terpelihara.

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'" (QS. Al-Ahzab: 59)

Menjaga lisan & tulisan

Kemudian Islam juga mengajak wanita untuk menjaga lisan mereka dari perkataan yang laghwun (sia-sia), ghibah (gosip) dan fitnah termasuk menjaga lisan & tulisannya diberbagai platform sosial media.

“Tidaklah seorang hamba berbicara dengan sesuatu yang diridhai Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya...” (HR. Bukhari)

Begitu pula wanita yang menjaga kehormatannya (iffah) mereka dijanjikan surga. Sebagaimana Rasulullah saw menyampaikan kabar gembira ini :

“Barang siapa yang dapat menjamin (keselamatan) bagiku antara dua rahangnya (lisan) dan antara dua kakinya (kehormatannya), maka aku akan menjamin surga baginya.” (HR. Bukhari)

Dicintai Allah SWT

Diera sosial media ini seperti tiktok, instagram, facebook dll seorang muslimah  harus dapat menjaga iffah dan adabnya dari mengumbar diri dan mengikuti trend yang tidak syar'i dengan senantiasa mensucikan dirinya sebagaimana yang Allah SWT perintahkan kepadanya :

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang selalu bertobat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222)

Teladan Kebaikan

Diantara kemuliaan wanita yang menjaga lisan, tulisan dan perbuatan (adabnya) Allah akan menjadikannya sebagai contoh dalam kebaikan bagi keluarga dan masyarakatnya untuk mewujudkan generasi yang sholih & shalihah.

“Dan orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. At-Taubah: 71)

Pahala Besar Menjaga Iffah

Wanita yang menjaga izzah (kemuliaan) dirinya dari perilaku yang tidak pantas akan mendapatkan pahala yang besar, sebagaimana Maryam disebut oleh Allah sebagai “wanita yang menjaga kesucian & kehormatannya”.

“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya...” (QS. At-Tahrim: 12)

Memuliakan Peran Sebagai Ibu

Islam mengistimewakan wanita bahkan memberikan kedudukan tinggi bagi seorang ibu. Sebagai Nabi saw menjelaskan kewajiban berbakti seorang anak terhadap orangtuanya :

"Ibumu... ibumu... ibumu, kemudian ayahmu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Perlindungan & jaminan

Dalam Pernikahan Syariah menetapkan mahar sebagai bentuk penghormatan terhadap wanita serta larangan paksaan dalam pernikahan dan jaminan pemenuhan hak nafkah lahir dan batin secara ma'ruf. Termasuk Hak atas Harta dan Warisan.

"Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya." (QS. An-Nisa: 7)

Keadilan & Ketenangan 

Selain mendapat keadilan yang setara dalam Syariat, termasuk hak memberi kesaksian, mengajar dan muamalah serta wajib mendapatkan hak perlindungan & bimbingan (al irsyad) dalam kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Allah SWT juga memberikan ketentraman jiwa bagi wanita yang menjaga adab dan kehormatan dirinya sehingga ia akan merasakan ketenangan dan keberkahan dalam hidup, karena Allah menjanjikan kehidupan yang baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 97)

Hak Pendidikan

Dalam pakem tradisional wanita hanya ditempatkan pada kasur dan dapur. Tapi Islam mendorong setiap muslim termasuk wanita untuk menuntut ilmu Syar'i.

"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim (laki-laki dan perempuan)." (HR. Ibnu Majah)

كن عالما أو متعلما أو مستمعا أو محبا ولا تكن خامسا فتهلك

Jadilah engkau orang yang berilmu, atau pencari ilmu atau pendengar ilmu atau pecinta ilmu janganlah engkau jadi yang kelima karena engkau akan mati (hatinya) [HR thabrani]

Walhasil, islam benar-benar telah memuliakan wanita. Nah selanjutnya tugas wanita muslimah ialah menghiasi hidupnya dengan ilmu dan senantiasa menjaga lisan, iffah, dan adabnya untuk mendapatkan cinta Rabbnya yang tanpa batas meraih kebaikan hidup didunia serta kebahagiaan yang abadi diakhirat kelak.

Rabu, 08 Januari 2025

Mengenali dan mengembangkan Potensi anak

      قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا 

Katakanlah, "masing-masing diantara kami dan kalian beraktivitas sesuai potensinya yakni menurut caranya sendiri-sendiri. Maka Rabb kalian lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya". maka Dia akan memberi pahala kepada orang yang paling benar jalannya [Tafsir Jalalain Qs Al-Isra' 17: 84 hal 290 Maktabah Ash shofa Mesir 2004]

Allah SWT memberikan manusia Thoqoh Al hayawiyah yaitu Potensi alamiah manusia untuk menjalani kehidupan. Allah menjadikan Akal dan Hati pada manusia sebagai Thoqoh hayawiyah tersebut untuk memenuhi berbagai hajatul 'udhowiyah (kebutuhan fisik) dan ghorizah (Naluri) mereka. Lalu Allah SWT menurunkan Islam sebagai Values (Standar nilai) dan Worldview (Cara pandang) bagi akal & Hati manusia dalam menjalani kehidupan mereka. Maka Orangtua penting untuk Mengidentifikasi dan Mengembangkan Potensi Anak mereka untuk dikembangkan Berdasarkan tuntunan Islam.

Mengidentifikasi Potensi Anak

العلم : إدرك الشيء على ما هو عليه إدراكا جازما

Ilmu itu adalah Pengetahuan terhadap sesuatu berdasarkan apa adanya dengan pengetahuan yang pasti [ Syarhu Al ushul min ilmi ushul hal 59 Darul ibnul jauzi Mesir 2007 ]

Mengenali dan memahami Potensi Serta minat bakat anak bukanlah perkara yang instan. Hal ini membutuhkan berbagai pendekatan yang komprehensif dan interval waktu yang panjang. Langkah ini dapat ditempuh dengan beberapa cara :

1. Observasi aktivitas anak dengan memperhatikan kebiasaan anak dalam bermain, berbicara, serta belajar untuk menemukan hal-hal yang membuat mereka tertarik (interest) atau kecenderungan (muyul) yang mereka memiliki.

2. Mengidentifikasi Kekuatan dan Kelemahan anak melalui kemampuan yang anak kuasai dengan mudah dan tantangan atau kendala yang mereka hadapi. Sehingga kita dapat memahami makanah (kemampuan) mereka serta langkah yang tepat untuk mengatasi kelemahan mereka sekaligus melejitkan potensi mereka sesuai tuntunan Syariah dan tantangan zaman.

3. Mengenal Minat anak dengan mencari tahu kecenderungan dan bakat atau multiple intelligence mereka. Misalnya dengan mengamati aktivitas tertentu seperti seni, olahraga, atau Literasi ilmu, sains.

4. Selain memperhatikan berbagai aktivitas mereka. Orangtua perlu melatih kreativitas mereka dan memantau kemajuan keterampilan (skill) Serta perkembangan mental mereka dari waktu kewaktu sehingga terlihat jelas kecenderungan serta talenta mereka.

5. Selanjutnya Orangtua juga harus mampu menggali dari berbagai sumber untuk memahami perkembangan anak secara utuh. Misal interaksi mereka bersama saudara & kerabatnya Serta jaringan pertemanannya. Juga berkonsultasi dengan gurunya atau bahkan psikolog dan ulama muaddib jika menghadapi kesulitan dalam memahami kebutuhan anak.

6. Menggali Potensi fitrah anak juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan Berbagai alat, sarana dan simulasi yang sudah tervalidasi untuk membantu memetakan potensi dan minat bakat anak.

Mengembangkan Potensi Anak

Setelah Orangtua dapat mengenali dan memahami potensi anak. Selanjutnya Orang tua harus membentuk dan mengembangkan Potensi anak sesuai tuntunan Syariat. Dimana Allah azza wa jalla tidak mewajibkan anak-anak kita menjadi pintar karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan potensi kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda pada setiap anak. Namun Allah Ta'ala mewajibkan orangtua untuk menjadikan anak-anak mereka seorang yang bertaqwa (muttaqin) dan bersikap ihsan (muhsinin) diantaranya :

1. Dukung Minat Anak : bila bakat dan talenta anak kita sesuai dengan tuntunan Syariah dan tuntutan zaman maka orangtua harus berupaya memfasilitasi anak untuk berlatih dan mengembangkan talenta yang mereka sukai.

2. Jadilah Role Model: Menunjukkan perilaku Islami dan semangat belajar agar anak terinspirasi Serta termotivasi meniru kebaikan orangtuanya sehingga mereka memiliki kepribadian islami dimana puncak dari kepribadian islam seorang muslim yang malaikat Jibril as ajarkan kepada Rasulullah saw & para sahabat ra ialah ihsan 

3. Ta'limul Islam: Pentingnya orangtua "mengharmonisasi" kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) anak. Agar mereka tidak menjadi Anak-anak yang durhaka. Dimana mereka cerdas secara akademik tapi "miskin" adab (etika). Dukung mereka untuk rajin mengikuti majelis ilmu dan adab sebagai benteng dan rem kehidupan mereka dalam menghadapi dunia yang hedonis dan sekuleristik ini.

4. Mengembangkan skill : Hendaknya Orangtua tidak memaksakan keinginannya tapi Fokus pada penguasaan keterampilan praktis yang ia minati sesuai dengan usia dan kebutuhan skill masa depan mereka selama itu tidak bertentangan dengan Syariah dan melalaikan mereka dari ilmu syar'i dan ketaatan.

5. Mengatasi Kelemahan : Tarbiyatul aulad meniscayakan kesabaran tanpa batas dalam membimbing anak untuk memperbaiki kelemahan mereka. kemudahan sains dan teknologi Serta circle (komunitas) yang baik bisa menjadi alternatif untuk mengatasi kekurangan pada anak.

6. Melatih Kemandirian dengan mendorong anak untuk belajar mandiri, menghargai proses dan bertanggung jawab atas tindakan mereka serta menghindarkan budaya konsumtif (tabsir) dan hedonis (ilmaniyah) pada anak

7. Mengembangkan Empati: Orangtua Hendaknya mengajari anak memahami perasaan orang lain, kepedulian & dakwah melalui kisah-kisah para Nabi, atsar sahabat, keteladanan salafus sholeh dan mutiara-mutiara hikmah ulama. Ini akan membentuk kesehatan Mental sekaligus kecerdasan emosional mereka.

3.  Istiqomah : anak bisa menjadi Aset tabungan amal sholeh tapi juga bisa menjadi aset tabungan amal salah yang menjerumuskan keneraka. Maka orang tua harus terus belajar dan bersabar dalam Proses mendidik anak.

4. Ta'dib akhlakul karimah : langkah terpenting dari proses mendidik ialah ta'dib yaitu membentuk anak menjadi ahli ihsan (muhsinin) yang merupakan buah dari  ketaqwaannya kepada Allah SWT sekaligus menjadi anak sholeh dan sholeha yang berbakti kepada orangtuanya.

۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. dan hendaklah kamu berbuat ihsan (baik) pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya (ahsanul amal). Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (Qs Al Israa' 17:23)


Selasa, 31 Desember 2024

Hidup adalah Ujian ketaatan

     Masa yang telah berlalu harus menjadi pelajaran untuk masa depan yang lebih baik. Semua yang kita perbuat akan dihisab dan dipertanggung jawabkan dipengadilan Allah yang maha mengetahui. Oleh sebab itulah Sesungguhnya kehidupan seorang muslim bukanlah tentang kaya atau miskin susah dan senang melainkan ketaatan kepada Rabb yang telah menciptakannya. 

karena memang hakikatnya Hidup ini ialah ujian ketaatan kepada Allah SWT. Dimana dalam setiap helaan nafas dan langkah kita, terdapat amanah untuk memelihara iman, bertahan dalam kesabaran, mensyukuri setiap nikmat dan meningkatkan kualitas ketakwaan. Allah azza wa jalla menguji keimanan, kesabaran dan keikhlasan seseorang dalam menerima ketetapan dan ketaatan pada Syariat-Nya

Disinilah Islam memberikan kita kunci jawaban dari berbagai ujian, halangan, rintangan, hambatan & tantangan kehidupan. Allah SWT berfirman :

"Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: "Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali" (Qs Al-Baqarah : 155-156)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala bentuk kesulitan yang kita hadapi adalah bentuk ujian & kasih sayang-Nya. Allah ingin menguji kadar keimanan dan ketaatan hamba-Nya. Apakah kita semakin mendekat kepada-Nya atau malah semakin menjauh...?

Allah SWT juga berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 2-3 :

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, 'Kami telah beriman,' tanpa diuji..? 

Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, agar Allah mengetahui siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang berdusta."

Ayat ini semakin menegaskan bahwa iman tidak hanya dinyatakan dengan lisan, tetapi harus diuji dengan amal perbuatan. Melalui ujian, Allah SWT memisahkan antara orang-orang yang benar-benar beriman dengan mereka yang hanya mengaku-ngaku beriman.

begitu juga dalam Surat Al-Mulk ayat 2, Allah berfirman:

"Dialah yang menjadikan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang terbaik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

Ayat ini mengajarkan kita bahwa hidup bukanlah perjalanan yang sia-sia tapi hakikatnya adalah ujian. Setiap perbuatan kita akan dinilai dan dihisab. Maka tujuan utama seorang muslim adalah untuk mempersembahkan amal terbaiknya dihadapan Allah SWT.

Demikian pula Rasulullah SAW juga bersabda :

حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حُفَّتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

"Surga itu dilingkupi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan (ujian di dunia), sedangkan neraka dilingkupi dengan syahwat (kesenangan-kesenangan) [HR Imam Ahmad]

hadits Nabi saw ini menjelaskan bahwa perjalanan menuju surga itu diliputi berbagai cobaan dan rintangan namun sebaliknya neraka dipenuhi kesenangan dan kenikmatan nafsu yang melalaikan...

Meskipun kehidupan dunia ini penuh dengan tantangan dan ujian namun Allah memberi kita kebebasan untuk memilih antara ketaatan, kelalaian dan kemaksiatan. Pilihan ini merupakan inti dari ujian itu sendiri. Dimana Allah SWT dengan kebijaksanaan-Nya, memberikan kita kesempatan untuk membuktikan keimanan kita melalui kesabaran, syukur, dan ketaatan terhadap Syariat-Nya...

ala kulli hal, tidak ada sesuatu yang terjadi didunia ini melainkan atas izin Allah. Bahkan kesulitan dan musibah adalah cara Allah untuk membersihkan dosa dan meninggikan derajat kita di sisi-Nya meski terkadang ujian berat juga Allah timpakan agar kita mau sadar dan mau kembali istiqomah dijalan ketaatan. Karena sejatinya Hidup ini merupakan ladang amal, tempat kita menyemai kebaikan agar dapat menuai hasilnya diakhirat. Oleh karena itu, tetaplah bersabar, bersyukur, dan berpegang teguh kepada Syariat Allah dalam setiap ujian yang kita hadapi dengan menjadikan Seruan Allah lebih besar (utama) dari pada semua urusan-urusan kita dalam mengisi sisa lembaran kehidupan ini....

Senin, 30 Desember 2024

Psikologi dalam islam

      Watak dan sifat genetik merupakan karakter alamiah (tabiat) yang diwariskan oleh DNA seseorang dari keturunannya. Meski tabiat itu melekat sejak lahir namun ia bisa dibentuk melalui proses ta'dib & riyadhoh islami serta faktor lingkungan atau circle yang melingkupinya.

Kepribadian islam bukanlah tentang kecantikan dan ketampanan ataupun kecerdasan intelektual (IQ) juga tidak terbentuk dari penampilan melainkan terbentuk dari pola pikir (worldviews) dan pola sikap (habbits) yang membentuk sikap mental atau Syakhsiyahnya. 

Psikologi Islam yaitu ulum an nafs berfokus pada pemahaman jiwa manusia (nufus al insan) yang berkaitan erat dengan akhlak, iman, dan hubungan dengan Allah (Tauhid). Psikologi Islam tidak hanya membahas aspek kognitif dan emosional manusia, tetapi juga spiritual, moral, dan hubungannya dengan kehidupan akhirat. Berikut penjelasannya:

Definisi Psikologi dalam Islam

Psikologi Islam adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang jiwa (nafs) manusia untuk memahami sifat, keadaan, dan perilaku manusia, serta bagaimana cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas kejiwaannya sesuai ajaran Islam.

Kata "nafs" dalam Al-Qur'an sering digunakan untuk merujuk pada jiwa atau diri manusia, yang terdiri dari tiga tingkatan:

Nafs al-Ammarah (jiwa yang mendorong kepada keburukan) – QS Yusuf: 53

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”

Nafs al-Lawwamah (jiwa yang mencela atau sadar akan kesalahan) – QS Al-Qiyamah: 2

“Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).”

Nafs al-Muthmainnah (jiwa yang tenang) – QS Al-Fajr: 27-30)

“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.”

Dari sinilah kita saksikan terkadang bukan masalahnya yang besar tapi hati kita yang kecil (sempit). Maka lapangkanlah hati kita dengan al 'ulum an nafs yaitu ilmu tazkiyatun nafs (mensucikan jiwa), tasfiyatul Qulub (membersihkan hati) dan zikrullah (berzikir). Syariah Islam mencakup berbagai ihwal (kondisi) jiwa, emosi, perilaku, dan pengembangan diri manusia berdasarkan ajaran Al-Qur'an dan As-sunnah. Psikologi dalam Islam mengintegrasikan aspek spiritual, emosional, dan perilaku (suluk al insan) untuk membentuk kepribadian yang seimbang antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).

” jasad yang mati takkan lagi bisa merasakan nikmatnya makan dan minum begitu pula hati yang mati takkan lagi mau menerima nasehat dan tuntunan ilahi “

Prinsip Psikologi Islam

1. Tauhid 

Keimanan kepada Allah dan aqidah islam menjadi landasan mendasar dalam mengarahkan perilaku dan jiwa manusia agar tetap berada di jalan yang benar.

QS Al-Baqarah: 2, "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa."

1. Fitrah:

Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (kesucian hati), memiliki potensi untuk memilih jalan baik atau buruk.

Dalil: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam), sesuai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu." (QS. Al-Rum: 30)

2. Nafs:

Jiwa manusia memiliki tiga tingkat:

Nafs al-Ammarah: Nafsu yang cenderung pada keburukan. (QS. Yusuf: 53)

Nafs al-Lawwamah: Jiwa yang mencela kesalahan diri sendiri. (QS. Al-Qiyamah: 2)

Nafs al-Mutma'innah: Jiwa yang tenang. (QS. Al-Fajr: 27-28)

3. Qalb (Hati):

Hati adalah pusat pikiran, perasaan, dan keputusan manusia.

Dalil: "Dan supaya Dia menjadikan kamu umat yang adil dan menjadi saksi atas manusia." (QS. Al-Baqarah: 14)

4. ‘Aql (Akal):

Akal adalah kemampuan manusia untuk berpikir, memahami, dan mengambil keputusan.

Dalil: "Katakanlah: 'Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkan?'" (QS. Al-An'am: 50)

Konsep Jiwa dan Hati 

Dalam Islam, jiwa manusia terdiri dari tiga komponen utama:

Qalb (hati): Pusat kesadaran spiritual dan moral. Dalam QS Ash-Shu'ara: 88-89 disebutkan, "Kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih."

Aql (akal): Alat untuk berpikir, memahami, dan mengambil keputusan. Dalam QS Al-Baqarah: 269 dijelaskan, "Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki."

Ruh (roh): Elemen ilahiyah dalam manusia yang diberikan langsung oleh Allah. QS Al-Hijr: 29, “Kemudian Aku tiupkan ke dalamnya ruh-Ku...”

2. Tazkiyah an-Nafs (Penyucian Jiwa)

Psikologi Islam mengajarkan pentingnya penyucian jiwa dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri hati, dan hasad.

Dalil: QS Asy-Syams: 9-10, "Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya."

3. Keseimbangan (Wasatiyyah)

Islam menekankan keseimbangan dalam aspek spiritual, emosional, dan fisik manusia.

Dalil: QS Al-Baqarah: 143, "Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang wasat (adil dan seimbang).”

Konsep Emosi

1. Rasa Syukur:

Mengembangkan rasa syukur meningkatkan kebahagiaan dan keberkahan hidup.

Dalil: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim: 7)

2. Rasa Takwa:

Takwa mendorong manusia untuk menjauhi perilaku buruk dan mendekatkan diri kepada Allah.

Dalil: "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 2-3)

3. Rasa Kasih Sayang:

Kasih sayang mempererat hubungan sosial dan menjaga keharmonisan.

Dalil: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai." (QS. Ali Imran: 92)

karakter islam

1. Sabar:

Sabar adalah kunci menghadapi cobaan hidup.

Dalil: "Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155-156)

2. Tawadhu’ (Kerendahan Hati):

Tawadhu’ mencegah kesombongan dan mendekatkan pada Allah.

Dalil: "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong." (QS. Al-Isra’: 37)

3. Ikhlas:

Ikhlas adalah niat tulus dalam beribadah dan beramal.

Dalil: "Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dengan ikhlas." (QS. Al-Bayyinah: 5)

Konsep Pengembangan Diri

1. Tazkiyah al-Nafs (Penyucian Jiwa):

Membersihkan jiwa dari sifat buruk seperti hasad dan sombong.

 "Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka... untuk membersihkan mereka." (QS. Al-Jumu’ah: 2-3)

2. Mujahadah (Perjuangan Melawan Nafsu):

Berjuang melawan nafsu adalah cara meningkatkan kualitas diri.

Dalil: "Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan." (QS. Al-Asr: 1-3)

3. Muhasabah (Introspeksi Diri):

Mengkaji dan memperbaiki diri untuk mencapai kebaikan.

 "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok." (QS. Al-Hashr: 18)

4. Ihsan (Keikhlasan dan Kebaikan)

Ihsan adalah berbuat baik dengan penuh kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi.

 QS An-Nahl: 90, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan."

Khatimah

1. Pengelolaan Emosi

Islam mengajarkan untuk mengendalikan emosi negatif seperti marah dan sedih.

QS Ali Imran: 134, "Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain."

2. Motivasi Ibadah dan Amal Saleh

Psikologi Islam memotivasi manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan amal baik. 

QS Az-Zariyat: 56, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."

3. Merawat kesehatan Mental 

Sabar dan sadar (al wa'yu) adalah dua hal yang tak terpisahkan. Tanpa kesadaran (awareness) yang benar kesabaran takkan membawa seseorang keluar dari masalahnya dan mendapatkan solusi yang tepat. Misalnya seringkali seseorang merasakan kesulitan hidup dan mengeluh padahal bukan Allah yang menyulitkan mereka tapi ambisi duniawi dan gaya hidupnyalah yang membebaninya serta menguras hati, pikiran, tenaga (effort) dan menghabiskan waktunya.

Islam mengajarkan pentingnya muhasabah diri dengan tafakkur (perenungan) dan tazakkur (zikrullah) untuk meningkatkan kesadaran diri.

Rabu, 18 Desember 2024

Meraih pertolongan Allah dengan sabar & sholat

  "Ikhtiar ruang amal sedang tawakal ruang iman bukan untuk dibenturkan tapi harus disempurnakan"

 وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِۦ ۗ وَمَا ٱلنَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَكِيمِ

Dan tidaklah Allah menjadikan pertolongan itu melainkan sebagai khabar gembira bagimu agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Qs Ali Imran 3:126)

 Diantara jalan mencari pertolongan Allah atau isti'anah ialah melalui sabar dan shalat. Hal ini merupakan tanda hidupnya keimanan dihati. Kunci keberhasilannya adalah ketekunan, kesungguhan, dan keikhlasan dalam berjalan diatas Syariat-Nya. Namun hakikatnya kesadaran yang benarlah yang akan menjadikan sabar & sholat sebagai penolong. Dengan kesadaran yang benar seorang hamba akan memiliki keyakinan yang benar‚ memperoleh kekuatan batin, ketenangan jiwa dan pertolongan Allah yang maha luas karunia-Nya.

وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ

Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (Qs Al Baqarah 2:45)

Ayat yang mulia ini mengajarkan kepada kita untuk isti'anah yakni mencari pertolongan Allah SWT melalui sabar‚ shalat & khusyu'. 

Syarat Mencari Pertolongan Allah

1. Sabar dalam Menerima cobaan dengan tenang dan tabah tanpa mengeluh atau marah serta senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Disinilah pentingnya sabar dan sadar bahwasanya Allah SWT takkan meninggalkan Hamba-Nya yang selalu mendekatkan diri kepada Rabb-Nya yang maha Penolong dengan kesadaran bahwasanya hidup ini adalah ujian

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Allahlah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Qs al Mulk 67:2) 

2. Shalat dengan sempurnanya syarat‚ rukun dan tartib sholat sesuai fiqih syar'i atau tuntunan Syariah. Namun sholat disini juga merupakan simbol ketaatan dimana kesadaran seorang hamba untuk terus mendekatkan diri (taqorrub) dalam ketaatan pada Syariat-Nya.

3. Khusyu' yaitu memfokuskan pikiran dan hati pada Allah SWT dalam beribadah kepada-Nya serta tuma'ninahnya hati yang menunjukkan kerendahan hati sekaligus upaya menghayati setiap bacaan dan gerakan sholat. Hal ini sangat penting bagi seorang Hamba untuk menyadari makna-maknanya. misalnya  lafadz takbir secara bahasa berarti Allah maha besar sehingga kita akan menyadari diatas yang kuasa ada yang maha kuasa dan dibalik keterbatasan kita ada Dzat yang maha tak terbatas Dialah yang menetapkan segala sesuatu.

Tapi bagaimana Allah mau menolong kita, jika kita selalu sibuk mengejar dunia..?

waktu, tenaga (effort), hati dan pikiran kita hanya tertuju untuk ambisi duniawi...

Cara Mencari Pertolongan Allah

من علامة النُجح في النهايات الرجوع الى الله في البدايات. من أشرقت بدايته أشرقت نهايته

Diantara tanda keberhasilan (keselamatan) diakhirat ialah kembalinya seorang hamba kepada Allah diawalnya (dunia). Siapa yang telah menerangi permulaannya niscaya bersinarlah akhirnya [Syarhu Al Hikam hal 25 Al Haromain]

1. Mengakui Keterbatasan diri : pentingnya bagi seorang hamba mengakui dan menyadari bahwa sepintar dan sekuat apapun kita tidak akan mampu menghadapi seluruh problem dan tantangan hidup sendirian. Sebab hakikatnya manusia lemah dan terbatas

2. Menyandarkan Hati : setelah mengoptimalkan berbagai ikhtiar selanjutnya ialah mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah SWT sebagai sumber pertolongan.

3. Meningkatkan kualitas Shalat : terkadang bukan Allah yang tidak menolong kita tapi kitalah belum melayakkan diri untuk mendapatkan pertolongan-Nya. Untuk bisa shalat dengan khusyu' dan tuma'ninah maka seorang muslim wajib memahami fiqih sholat secara mendetail agar bisa memperhatikan dan menjaga syarat-syaratnya‚ rukun dan tartibnya.

4. Optimal Menggunakan waktu : Memanfaatkan waktu dengan optimal untuk berbagai ketaatan misalnya untuk mengaji‚ mengkaji‚ sholat berdzikir, berdoa dan berdakwah.

5. Menghindari Dosa: Menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat yang dapat menghalangi pertolongan Allah.

Tathbiq 

1. Resapi makna-makna bacaan shalat serta satukan hati & pikiran saat memahami kandungan Maknanya

2. Setelah sholat dan berzikir maka bermunajatlah dengan penuh pengharapan serta Berdoalah dengan tulus lagi penuh kesungguhan.

3. Terkadang kita telah sholat dengan benar dan khusyu' namun Pertolongan Allah SWT belum juga kunjung datang. Ternyata kunci jawaban dari ujian kehidupan ini kita abaikan. Maka tadaburilah Al-Qur'an karena didalamnya tersimpan berbagai solusi kehidupan.

4. Membekali diri dengan ilmu Syar'i dan amal sholeh

5. Istiqomahlah dalam ketaatan dan menghadapi ujian & tantangan hidup

A. Memohon dengan Sabar

Sabar dalam Ketaatan: Tetap konsisten menjalankan perintah Allah meskipun menghadapi kesulitan.

Sabar Menjauhi Kemaksiatan: Menahan diri dari hal-hal yang dilarang, meskipun godaan terasa berat.

Sabar dalam Ujian dan Musibah: Bersikap tenang, tidak putus asa, serta terus berharap pada rahmat Allah saat menghadapi ujian hidup.

B. Memohon dengan Shalat

الصلاة معراج المؤمن إنها ليست بحديث، ولكنه ثبت أن الصلاة صلة بين العبد وربه

Shalat adalah sarana komunikasi langsung dengan Allah. Ketika melaksanakan shalat, seorang hamba mengungkapkan kebutuhan, keluh kesah, serta permohonan pertolongan.

Dalam shalat, hati dan pikiran ditenangkan, sehingga seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kekuatan spiritual.

Memperbanyak shalat sunnah, seperti shalat tahajud, dhuha, atau istikharah, adalah cara lain untuk mencari bantuan Allah.

C. Meningkatkan Khusyu'

Khusyu' berarti tunduk, merendahkan diri, dan menghadirkan hati sepenuhnya kepada Allah dalam ibadah.

Untuk mencapai khusyu', seseorang harus menyadari kebesaran Allah, memperbaiki niat, dan menghindari gangguan selama beribadah. Menjaga kekhusyukan dengan memperbaiki dan menyempurnakan bacaan sholat serta menghayati setiap makna bacaan.

Khatimah

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs al Ankabuut 29:45)

Islam menyadarkan kita bahwasanya hakikat hidup ini adalah ujian dan ketaatan. Keyakinan akan Pertolongan Allah lahir dari keimanan yang benar yang bersumber dari kesadaran yang benar (al idrak ash shodiq)

Allah SWT berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS Al-Baqarah 2 : 153)

Senin, 16 Desember 2024

Logika deduktif dan induktif dalam islam

    إن العلم معرفة الحق بدليله

Ilmu Syar'i ialah Pengetahuan terhadap kebenaran (islam) berdasarkan dalil-dalilnya [Syarhu al ushul min ilmi ushul hal 504 Darul ibnu jauzi Mesir 2007]

Kebenaran islam bukanlah sekedar aksioma belaka yakni pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian sebagaimana dogma.

Disinilah metodologi berfikir dalam Islam memiliki banyak model sesuai objek dan tujuannya. Diantara metode berfikir islam ialah berfikir ilmiah (berbasis literasi)‚ logis (mantiq)‚ empiris (tajribiyah) dan rasional (realitas). Pada tema kali ini kita akan mengenal metode berfikir logis berdasarkan logika deduktif dan induktif yang merupakan sarana untuk memahami realitas dan menjelaskan hukum dan tsaqofah & afkar islam : 

1. Logika Deduktif dalam Perspektif Islam

Logika deduktif adalah metode berpikir yang bergerak dari hal-hal umum (prinsip atau premis yang bersifat universal) menuju kesimpulan yang bersifat khusus.

Ciri-ciri logika deduktif:

Premisnya bersifat universal atau umum.

Kesimpulan yang dihasilkan pasti (jika premisnya benar).

Contoh: "Semua manusia akan mati. Ali adalah manusia. Maka, Ali akan mati."

Contoh dalam Islam:

Islam sering menggunakan logika deduktif dalam hukum syariat:

Premis: "Segala yang memabukkan adalah haram."

Premis khusus: "Khamr memabukkan."

Kesimpulan: "Khamr adalah haram."

Keunggulan deduktif dalam Islam:

Menguatkan hujjah atau argumen dalam perkara hukum.

Cocok untuk menjelaskan prinsip-prinsip syariat yang bersifat universal.

Dipakai dalam ushul fiqh dan qiyas (analogi).

Keterbatasan:

Logika deduktif hanya berlaku jika premis dasarnya benar. Jika premis salah, kesimpulan pun akan salah. Oleh karena itu, premis dalam Islam harus didasarkan pada wahyu atau dalil yang sahih.

2. Logika Induktif dalam Islam

Logika induktif adalah metode berpikir yang bergerak dari hal-hal khusus atau data empiris menuju kesimpulan yang bersifat umum

Ciri-ciri logika induktif:

Kesimpulannya bersifat probabilistik atau cenderung benar, tetapi tidak mutlak.

Bergantung pada banyaknya data atau contoh.

Contoh: "Matahari terbit di timur setiap hari. Maka, matahari selalu terbit di timur."

Contoh :

Al-Qur'an sering mendorong manusia untuk merenungkan fenomena alam sebagai bukti kebesaran Allah:

"Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?" (QS. Al-Ghasiyah: 17).

Melalui pengamatan dan pengkajian terhadap ciptaan Allah, manusia diharapkan menarik kesimpulan tentang keesaan dan kekuasaan-Nya.

Keunggulan induktif dalam Islam:

Mendorong umat untuk berpikir kritis dan mengamati alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.

Menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan modern, yang pada akhirnya menguatkan iman.

Relevan untuk memahami pola-pola dalam ciptaan Allah dan fenomena kehidupan.

Keterbatasan:

Kesimpulan induktif tidak selalu pasti, sehingga memerlukan validasi lebih lanjut. Dalam Islam, induksi harus tunduk pada wahyu agar tidak menyimpang dari kebenaran.

3. Keselarasan Deduktif dan Induktif dalam Islam

Islam menganjurkan penggunaan keduanya secara seimbang:

1. Deduktif untuk prinsip kebenaran absolut:

Wahyu sebagai premis utama. Contohnya, keyakinan tentang tauhid (keesaan Allah) dan kewajiban ibadah ditetapkan secara deduktif.

2. Induktif untuk mendukung iman melalui pengamatan:

Ilmu empiris, seperti sains, digunakan untuk menguatkan keimanan kepada Allah. Penalaran induktif membantu manusia memahami fenomena alam yang menjadi tanda kekuasaan Allah.

4. Prinsip Logika islam

Islam mengakui akal sebagai alat penting, tetapi logika deduktif dan induktif harus tunduk kepada wahyu. Jika terdapat kontradiksi antara logika manusia dengan wahyu, maka wahyu yang dijadikan pedoman, karena logika manusia memiliki keterbatasan. Maka islam menjadikan Fikrul mustanir yakni pemikiran tasyri'i yaitu berdasarkan kaidah-kaidah Syar'iyah yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba yang bersimpuh dalam penghambaan ilahi

"Dan tidaklah Allah menciptakan langit dan bumi beserta apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah (kebenaran yang mendalam). Demikianlah dugaan orang-orang kafir. Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." (QS. Shaad: 27)

Khulashoh

Logika deduktif dan induktif sama-sama penting dalam Islam. Deduktif berfungsi untuk menjelaskan hukum-hukum universal berdasarkan wahyu, sedangkan induktif memperkuat iman melalui pengamatan terhadap ciptaan Allah. Keduanya harus diterapkan dengan seimbang dan berpijak pada landasan syariat agar menghasilkan kebenaran yang hakiki sehingga manusia tidak tidak keliru dan tertipu oleh dirinya sendiri serta Syubhat-syubhat pemikiran.

فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu takut akan tertimpa fitnah (musibah) atau ditimpa azab yang pedih (Qs An Nuur 24:63) 

Imam Ahmad rahimahullah menjelaskan makna fitnah ( الفتنة هي زيغ القلب) yaitu menyelewengnya hati berpaling dari ketaatan takkala manusia diuji dengan Syubhat dan syahwatnya. Dimana ia alergi (phobia) dengan kebenaran sementara syahwatnya mengetahui kebenaran tapi ia tidak menginginkannya.

إِنَّا عَرَضْنَا ٱلْأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا ٱلْإِنسَٰنُ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (Qs Al Ahzab 33:72) 

"Aljuhuula" pada ayat ini yakni tertimpa fitnah berupa Syubhat pemikirannya sedangkan maksud "zhuluum" disini manusia itu sangatlah bodoh yang mudah tertipu oleh syahwat nafsunya [Syarhu al ushul min ilmi ushul hal 107 Darul ibnu jauzi Mesir 2007]

Senin, 09 Desember 2024

Menghidupkan Iman diHati

      Ihyaul Qolbi ialah menghidupkan hati dengan keimanan. hal ini memerlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk membersihkan hati dengan tafakkur, tadabbur dan tazakkur dalam memperkuat keyakinan. Menghadirkan Allah dalam ketaatan merupakan cara merawat keimanan. Karena Hijrah yang totalitas (kaffah) tidak cukup hanya keinginan semata tapi membutuhkan pemahaman yang benar & utuh serta pengamalan yang terus ditingkatkan & disempurnakan. sehingga dengannya iman menjadi hidup, hati menjadi tentram, tenang dan dipenuhi rasa Qona'ah serta husnudzan (Positif thingking). Adapun jalan menghidupkan hati tersebut dapat ditempuh melalui :

Pertama Tafakkur 

Misalnya coba renungkan bagaimana jika hari ini kiamat...?

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal" (QS. Ali Imran: 19)

Proses berfikir yang mendalam atau tafakkur ini dilakukan dengan merenungkan berbagai ciptaan Allah, fenomena alam serta berbagai dinamika kehidupan lalu mengambil hikmah dibalik setiap kejadian & berupaya memetik pelajaran dari setiap apa yang dilihat, didengar, dipelajari dan dirasakan.

Misalnya bayangkan bagaimana bila kita terlahir dalam keadaan buta & cacat..? atau mengalami gagal ginjal yang harus selalu cuci darah...?

Dengan banyak bertafakkur akan menumbuhkan rasa ta'zhim (kagum), syukur, dan cinta kepada Allah sehingga membuat hati lebih dekat kepada-Nya.

" Allah memang tak dapat dilihat tapi akan selalu dirasakan oleh hati yang makrifat "

Kedua Tazakkur 

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28)

Selanjutnya ialah tazakkur yaitu mengingat Allah yakni menghidupkan ingatan kepada Allah disetiap momen kehidupan. Dengan mengingat Allah, hati menjadi lebih tenang dan iman semakin kuat. membiasakan dzikir, tadabur Al-Qur'an termasuk juga mengkaji Turots (literasi islam) merupakan zikrullah yang akan menghidupkan iman dihati.

فإن الإستغال بالعلم من أفضل الطاعات و أولى ما أنفقت فيه نفائس الأوقات

Sesungguhnya menyibukkan diri (kesibukan) terhadap ilmu diantara seutama-utama ketaatan dan merupakan paling utamanya aktivitas dalam menginfakkan waktu yang singkat & sangat berharga [Minhajut tholibin wa umdatul muftin hal 3 Darul ibnul jauzi Mesir 2014]

Hasilnya Tazakkur akan menghapus kelalaian hati dengan menyibukkan diri dalam ilmu dan amal yang akan mengarahkan hidup untuk selalu berada di jalan yang diridhai Allah Ta'ala.

"الذكر شفاء القلب فاكثروا ذكرالله تعالى

Dzikir adalah obatnya hati, maka perbanyaklah mengingat Allah..."

Ketiga Muhasabah 

Diantara hijab hati yang memadamkan cahaya keimanan ialah buruk sangka‚ tamak (serakah)‚ hasad atau iri dengki‚ kesombongan & sikap egois serta berbagai penyakit hati lainnya. Muhasabah adalah proses evaluasi diri untuk memperbaiki diri sebagai jalan membersihkan berbagai penyakit hati serta mengukur sejauh mana level ketaatan kita kepada Allah SWT.

Muhasabah menghantarkan kita untuk menyadari terhadap kelemahan‚ kekurangan dan kesalahan diri. Inilah langkah awal menuju perbaikan diri. 

Sebab berapa banyak manusia yang meninggal sementara ia dalam kelalaiannya....

Dengan muhasabah ini, kita akan lebih waspada terhadap dosa, memperbaiki amal, dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah & muamalah terhadap manusia.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok." (QS. Al-Hasyr: 18)

Keempat Tadabbur 

Al-Qur'an takkan bermakna didalam jiwa serta menuntun jalan kehidupan tanpa penghayatan & perenungan mendalam (tadabbur). dengan menyelami kandungan makna Al-Qur'an‚ memahami pesan-pesan keilahian serta mengambil pelajaran darinya . Karena Tadabbur bukanlah sekadar membaca Al-Qur'an, tetapi juga menghayati maknanya, menggali hikmah, dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam kehidupan.

Sehingga Tadabbur dapat memperbaiki & memperkuat hubungan kita dengan Allah, membimbing akal & hati dalam ketaatan serta memberi panduan hidup yang benar.

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ? Kalau sekiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya" (QS. An-Nisa: 82)

Kelima Musyahadah 

Idrak silah billah atau Musyahadah ialah Menyadari Kehadiran Allah dalam Segala Hal‚ kondisi & keadaan. Sehingga keimanan yang makrifat akan menyaksikan kebesaran Allah dengan akalnya yang jernih & hatinya yang bersih.

Dengan musyahadah, hati meyakini bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi setiap gerak-gerik kita bahkan yang tersembunyi didalam dada & lintasan pikiran sekalipun. Ini adalah puncaknya ihsan, sebagaimana malaikat jibril as menjelaskan kepada Rasulullah saw : "Beribadahlah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya dan jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu."

Musyahadah yang benar akan melahirkan ketulusan hati, rasa malu untuk bermaksiat, melatih keikhlasan dan cinta yang mendalam kepada Allah serta kelembutan hati & empati. Hal ini Allah jelaskan dalam Al-Qur'an surah Ali Imran 3 : 92 :

لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Kamu tidak akan pernah sampai kepada kebaikan (yang sempurna yakni pahala dan Surga-Nya) hingga kamu membagikan (memberikan) sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan itu maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Maka Allah SWT akan mengganti atasnya) [Tafsir jalalain hal 62 Maktabah Ash shofa Mesir 2004]

keenam Muroqobah 

Muroqobah ialah Merasakan Pengawasan Allah. kesadaran bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi segala perbuatan, ucapan, lintasan hati & pikiran setiap hamba-Nya.

Hakikat Muroqobah ialah menjaga kita dari perbuatan dosa dan semangat dalam kebaikan karena hati selalu merasa berada dibawah pengawasan Allah SWT dalam setiap tindakan.

Buah dari Muroqobah akan melahirkan sifat amanah, istiqamah, dan rasa takut kepada Allah yang akan membawa menuju ketakwaan yang hakiki yakni Taat secara kaffah (totalitas).

 "Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan..." (QS. Al-Hadid: 4)

Minggu, 08 Desember 2024

Keutamaan ilmu dalam islam


Islam merupakan agama ilmu. Oleh sebab itulah ilmu Syar'i memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai petunjuk dan tuntunan kehidupan seorang muslim. karena ilmu merupakan pondasi bagi keimanan, ibadah dan amal shalih. Tanpa ilmu "nikmat" (نعمة) yang Allah berikan akan berubah menjadi "nigmat" (نقمة) yaitu bencana atau siksaan Allah SWT akibat kebodohan dan kelalaiannya. Diantara keberkahan & keutamaan ilmu ialah dipelajari berpahala, dipahami menjadi petunjuk, diamalkan menjadi ibadah dan didakwahkan akan menjadi aset amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Namun yang harus kita sadari bahwa Ilmu semata takkan membuat seseorang beriman kepada Allah dan risalah islam sebagaimana orientalis jika tidak dilandasi oleh kebersihan hati, kejernihan pikiran dan tujuan yang benar. Begitu pula kebersihan hati, kejernihan pikiran dan tujuan yang benar takkan membawa seseorang pada ketaqwaan bila tanpa ilmu yang diimani dan amalkan.

" Kemalasan akan melahirkan kebodohan yang menjelma menjadi kebenaran bila tidak tervalidasi oleh literasi yang otoritatif "

Kunci Keimanan yang Benar

Memiliki Iman yang benar lagi kokoh tidak dapat tegak tanpa ilmu. Allah berfirman:

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah...”(QS. Muhammad: 19)

Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu mendahului pernyataan keimanan (la ilaha illallah). Tanpa ilmu, seseorang bisa terjerumus dalam kesalahan dalam memahami tauhid.

Syarat Diterima amal

Agar ibadah dan amal shalih diterima, ia harus dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Barang siapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasarnya dari kami, maka amal itu tertolak.”(HR. Muslim)

Tanpa ilmu, seseorang bisa melakukan ibadah yang sia-sia atau bahkan keliru sesat Dan menyesatkan.

Sedangkan orang Berilmu akan ditinggikan Derajatnya. Allah memberikan kedudukan istimewa kepada orang-orang berilmu:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ini menunjukkan bahwa ilmu adalah jalan untuk meraih kemuliaan di sisi Allah.

Warisan Para Nabi

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud)

Dengan mempelajari ilmu, seorang Muslim mengambil bagian dari warisan para nabi, yang merupakan jalan menuju petunjuk dan kebahagiaan dunia-akhirat.

Jalan Menuju Surga

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR. Muslim)

Hal ini menunjukkan bahwa mencari ilmu adalah ibadah yang mendekatkan seseorang kepada Allah.

Keutamaan Orang Berilmu dibanding Ahli Ibadah

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

 “Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas semua bintang.”(HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Ini menunjukkan bahwa ilmu memberikan cahaya dan manfaat yang lebih luas daripada sekadar beribadah tanpa ilmu. Sebab beramal diluar tuntunan Syariah akan sia-sia.

Iman & Amal Harus Berdasarkan Ilmu

" Manusia yang hidup dibawah bimbingan nafsu dan bisikan syaithan akan malas memperdalam ulumul Syar'i "

Dengan demikian iman tanpa ilmu bisa berujung pada keyakinan yang keliru, sementara amal tanpa ilmu bisa menyebabkan bid'ah atau perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat. Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim senantiasa menuntut ilmu agar iman dan amalnya benar diterima Allah SWT serta mencari ulama (guru) yang "Pandai" mengamalkan ilmunya karena engkau akan menemukan keteladan yang mulia padanya.

Cahaya ilmu adalah tentaranya hati sebagaimana gelapnya kebodohan merupakan tentaranya nafsu. Apabila Allah  hendak menolong hamba-Nya Dia akan membentangkan cahaya-cahaya ilmu serta memutus merebak gelapnya kebodohan dan alaghyar (kepalsuan) darinya [Syarhu alhikam hal 45 AlHaromain]

Selasa, 03 Desember 2024

Memahami Ruh, jiwa & kesadaran

 Apakah Ruh & jiwa itu hanyalah ilusi...? 

Al-Qur'an menjelaskan hal ini :

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, 'Ruh itu urusan Tuhanku...'" (QS. Al-Isra: 85)

Allah SWT membatasi pengetahuan manusia tentang Ruh.Namun islam juga memberi gambaran bagi kita untuk membedakan ruh (nyawa), kesadaran (idrak silah billah), dan jiwa (nafs) dari sudut pandang  Al-Qur'an yang membuka jalan bagi ilmu pengetahuan (sains).

Pertama Ruh 

a. Perspektif Al-Qur'an

Ruh dalam pengertian nyawa atau sirrul hayah adalah esensi kehidupan yang ditiupkan Allah ke dalam jasad makhluk hidup untuk menghidupkannya. Ruh berasal dari Allah dan memiliki sifat metafisik.

"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (tubuhnya) ruh-Nya..." (QS. As-Sajdah: 9)

Sifat Ruh tidak bisa dilihat atau dipahami sepenuhnya oleh manusia sebab ruh merupakan perkara mughoyabah atau ghaib.

Ruh berfungsi sebagai sumber kehidupan jasad. Ketika ruh keluar maka kehidupan berakhir.

b. Perspektif Sains

Dalam sains, ruh sering dikaitkan dengan "nyawa," yaitu kondisi biologis yang memungkinkan makhluk hidup untuk hidup.

Proses biologis:

Nyawa dikaitkan dengan fungsi organ vital seperti otak, jantung, dan sistem pernapasan.

Kematian dianggap terjadi ketika aktivitas otak dan jantung berhenti.

Ruh dalam terminologi metafisik tidak dapat diukur atau diuji karena sifatnya non-material.

Kedua Kesadaran 

a. Perspektif Al-Qur'an

Kesadaran spiritual (idrak silah billah) adalah kemampuan manusia untuk menyadari hubungannya dengan Allah. Ini mencakup pengenalan kepada Allah, tujuan hidup, dan eksistensi sebagai hamba-Nya.

"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan..." (QS. Al-Balad: 10)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi... terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir." (QS. Ali-Imran: 190)

Aspek Kesadaran pada manusia melibatkan hati (qalbu) dan akal (fikiran) sebagai pusat spiritualitas, kendali dan refleksi moral.

kesadaran (al wa'yu) dipengaruhi oleh tingkat keimanan dan pemahaman seseorang.

b. Perspektif Sains

Kesadaran (awareness) dalam sains merujuk pada fenomena mental yang memungkinkan individu untuk menyadari diri sendiri dan lingkungannya.

Neurosains: Kesadaran dihasilkan oleh aktivitas neuron dalam otak, terutama di area korteks serebral.

Psikologi: Kesadaran mencakup pikiran sadar, bawah sadar, dan pengalaman subjektif.

Kesadaran spiritual:

Studi neuroteologi mencoba menghubungkan pengalaman religius dengan aktivitas otak, seperti pada lobus temporal yang aktif selama meditasi atau doa.

Ketiga Jiwa (Nafs)

a. Perspektif Al-Qur'an

Jiwa (nafs) adalah aspek psikologis dan emosional manusia yang mencakup keinginan, kehendak, dan emosi. ilmu akan membentuk pemahaman, mindset dan kesadaran seseorang. islam Allah turunkan menjadi sumber ilmu yang akan membentuk persepsi, nafs (jiwa) & perilaku.

"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya." (QS. Asy-Syams: 8)

"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu..." (QS. Al-Fajr: 27-28)

Tingkatan Jiwa:

Nafs al-ammarah: Jiwa yang cenderung pada keburukan.

Nafs al-lawwamah: Jiwa yang menyesali dosa.

Nafs al-muthmainnah: Jiwa yang tenang dan dekat dengan Allah.

Jiwa berkaitan dengan pilihan moral dan pengendalian diri dalam kehidupan.

b. Perspektif Sains

Jiwa sering dianggap sebagai mental atau karakter kepribadian yang terbentuk oleh mindset, keyakinan (belief) serta kombinasi faktor biologis, psikologis, dan sosial sseorang.

Psikologi:

Freud membagi aspek jiwa menjadi id (dorongan naluriah), ego (kesadaran diri), dan superego (moralitas).

Jiwa mencerminkan kepribadian, kehendak, dan konflik batin seseorang.

Neurosains:

Aktivitas otak mempengaruhi perilaku, emosi, dan keputusan.

Pengalaman dan lingkungan membentuk jiwa seseorang secara bertahap

Khulashoh

1. Ruh: Dalam Al-Qur'an, ruh adalah sumber kehidupan, sedangkan dalam sains, kehidupan dikaitkan dengan aktivitas biologis, tetapi ruh sebagai entitas metafisik tidak dapat dijelaskan.

2. Kesadaran: idrak silah billah yakni kesadaran hubungan dengan Allah. Sains menghubungkannya dengan fenomena mental yang berasal dari aktivitas otak.

3. Jiwa: Dalam Al-Qur'an, jiwa adalah entitas moral yang bertanggung jawab atas perbuatan manusia. Dalam sains, jiwa lebih kepada kepribadian dan pikiran yang dihasilkan dari interaksi biologis dan lingkungan.

لا تتعدّ نيةهمتك الى غيره فالكريم لا تتخطاه الآمال

Janganlah palingkan niat cita-citamu kepada selain-Nya karena Allah yang maha dermawan tak peduli dengan Angan-anganmu yang memalingkan dari-Nya [Syarhu Alhikam hal 33 Al Haromain]

Memang manusia seringkali disibukkan dengan angan-angannya yang melalaikan. Meskipun tujuannya benar bila memalingkan dari ketaatan yang lebih utama maka ia telah tertipu oleh angan-angannya.