Rabu, 08 Januari 2025

Mengenali dan mengembangkan Potensi anak

      قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا 

Katakanlah, "masing-masing diantara kami dan kalian beraktivitas sesuai potensinya yakni menurut caranya sendiri-sendiri. Maka Rabb kalian lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya". maka Dia akan memberi pahala kepada orang yang paling benar jalannya [Tafsir Jalalain Qs Al-Isra' 17: 84 hal 290 Maktabah Ash shofa Mesir 2004]

Allah SWT memberikan manusia Thoqoh Al hayawiyah yaitu Potensi alamiah manusia untuk menjalani kehidupan. Allah menjadikan Akal dan Hati pada manusia sebagai Thoqoh hayawiyah tersebut untuk memenuhi berbagai hajatul 'udhowiyah (kebutuhan fisik) dan ghorizah (Naluri) mereka. Lalu Allah SWT menurunkan Islam sebagai Values (Standar nilai) dan Worldview (Cara pandang) bagi akal & Hati manusia dalam menjalani kehidupan mereka. Maka Orangtua penting untuk Mengidentifikasi dan Mengembangkan Potensi Anak mereka untuk dikembangkan Berdasarkan tuntunan Islam.

Mengidentifikasi Potensi Anak

العلم : إدرك الشيء على ما هو عليه إدراكا جازما

Ilmu itu adalah Pengetahuan terhadap sesuatu berdasarkan apa adanya dengan pengetahuan yang pasti [ Syarhu Al ushul min ilmi ushul hal 59 Darul ibnul jauzi Mesir 2007 ]

Mengenali dan memahami Potensi Serta minat bakat anak bukanlah perkara yang instan. Hal ini membutuhkan berbagai pendekatan yang komprehensif dan interval waktu yang panjang. Langkah ini dapat ditempuh dengan beberapa cara :

1. Observasi aktivitas anak dengan memperhatikan kebiasaan anak dalam bermain, berbicara, serta belajar untuk menemukan hal-hal yang membuat mereka tertarik (interest) atau kecenderungan (muyul) yang mereka memiliki.

2. Mengidentifikasi Kekuatan dan Kelemahan anak melalui kemampuan yang anak kuasai dengan mudah dan tantangan atau kendala yang mereka hadapi. Sehingga kita dapat memahami makanah (kemampuan) mereka serta langkah yang tepat untuk mengatasi kelemahan mereka sekaligus melejitkan potensi mereka sesuai tuntunan Syariah dan tantangan zaman.

3. Mengenal Minat anak dengan mencari tahu kecenderungan dan bakat atau multiple intelligence mereka. Misalnya dengan mengamati aktivitas tertentu seperti seni, olahraga, atau Literasi ilmu, sains.

4. Selain memperhatikan berbagai aktivitas mereka. Orangtua perlu melatih kreativitas mereka dan memantau kemajuan keterampilan (skill) Serta perkembangan mental mereka dari waktu kewaktu sehingga terlihat jelas kecenderungan serta talenta mereka.

5. Selanjutnya Orangtua juga harus mampu menggali dari berbagai sumber untuk memahami perkembangan anak secara utuh. Misal interaksi mereka bersama saudara & kerabatnya Serta jaringan pertemanannya. Juga berkonsultasi dengan gurunya atau bahkan psikolog dan ulama muaddib jika menghadapi kesulitan dalam memahami kebutuhan anak.

6. Menggali Potensi fitrah anak juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan Berbagai alat, sarana dan simulasi yang sudah tervalidasi untuk membantu memetakan potensi dan minat bakat anak.

Mengembangkan Potensi Anak

Setelah Orangtua dapat mengenali dan memahami potensi anak. Selanjutnya Orang tua harus membentuk dan mengembangkan Potensi anak sesuai tuntunan Syariat. Dimana Allah azza wa jalla tidak mewajibkan anak-anak kita menjadi pintar karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan potensi kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda pada setiap anak. Namun Allah Ta'ala mewajibkan orangtua untuk menjadikan anak-anak mereka seorang yang bertaqwa (muttaqin) dan bersikap ihsan (muhsinin) diantaranya :

1. Dukung Minat Anak : bila bakat dan talenta anak kita sesuai dengan tuntunan Syariah dan tuntutan zaman maka orangtua harus berupaya memfasilitasi anak untuk berlatih dan mengembangkan talenta yang mereka sukai.

2. Jadilah Role Model: Menunjukkan perilaku Islami dan semangat belajar agar anak terinspirasi Serta termotivasi meniru kebaikan orangtuanya sehingga mereka memiliki kepribadian islami dimana puncak dari kepribadian islam seorang muslim yang malaikat Jibril as ajarkan kepada Rasulullah saw & para sahabat ra ialah ihsan 

3. Ta'limul Islam: Pentingnya orangtua "mengharmonisasi" kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) anak. Agar mereka tidak menjadi Anak-anak yang durhaka. Dimana mereka cerdas secara akademik tapi "miskin" adab (etika). Dukung mereka untuk rajin mengikuti majelis ilmu dan adab sebagai benteng dan rem kehidupan mereka dalam menghadapi dunia yang hedonis dan sekuleristik ini.

4. Mengembangkan skill : Hendaknya Orangtua tidak memaksakan keinginannya tapi Fokus pada penguasaan keterampilan praktis yang ia minati sesuai dengan usia dan kebutuhan skill masa depan mereka selama itu tidak bertentangan dengan Syariah dan melalaikan mereka dari ilmu syar'i dan ketaatan.

5. Mengatasi Kelemahan : Tarbiyatul aulad meniscayakan kesabaran tanpa batas dalam membimbing anak untuk memperbaiki kelemahan mereka. kemudahan sains dan teknologi Serta circle (komunitas) yang baik bisa menjadi alternatif untuk mengatasi kekurangan pada anak.

6. Melatih Kemandirian dengan mendorong anak untuk belajar mandiri, menghargai proses dan bertanggung jawab atas tindakan mereka serta menghindarkan budaya konsumtif (tabsir) dan hedonis (ilmaniyah) pada anak

7. Mengembangkan Empati: Orangtua Hendaknya mengajari anak memahami perasaan orang lain, kepedulian & dakwah melalui kisah-kisah para Nabi, atsar sahabat, keteladanan salafus sholeh dan mutiara-mutiara hikmah ulama. Ini akan membentuk kesehatan Mental sekaligus kecerdasan emosional mereka.

3.  Istiqomah : anak bisa menjadi Aset tabungan amal sholeh tapi juga bisa menjadi aset tabungan amal salah yang menjerumuskan keneraka. Maka orang tua harus terus belajar dan bersabar dalam Proses mendidik anak.

4. Ta'dib akhlakul karimah : langkah terpenting dari proses mendidik ialah ta'dib yaitu membentuk anak menjadi ahli ihsan (muhsinin) yang merupakan buah dari  ketaqwaannya kepada Allah SWT sekaligus menjadi anak sholeh dan sholeha yang berbakti kepada orangtuanya.

۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. dan hendaklah kamu berbuat ihsan (baik) pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya (ahsanul amal). Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (Qs Al Israa' 17:23)


Tidak ada komentar: