Ma'rifatullah
التوحيد لغةً : العلم بأن الشيء واحد. وشرعا : بمعنى الفن المُدوَّن فيما سيأتي وهو علم يقتدر به على إثبات العقائد الدين مكتسب من أدلتها اليقينية
Tauhid secara bahasa berarti pengetahuan dan keyakinan bahwa akan Esanya sesuatu. Adapun secara Syar'i (ilmu) Tauhid merupakan Cabang keilmuan yang disusun didalamnya Perkara aqidah yang datang dari ilmu yang menetapkan denganya atas kepastian keimanan Agama yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang Pasti (qoth'i) [Tuhfatul murid ala jauharit tauhid hal 38 Darus salam Mesir 2019]
وبعد فالعلم بأصل الدين # محتَّم يحتاج للتبيين
Selanjutnya ilmu itu adalah Pondasi dalam beragama yang diwajibkan lagi dibutuhkan untuk menjelaskan (Agama). Sebagaimana Allah SWT jelaskan dengan shighat amr (Perintah) untuk mengetahui atau berilmu :
فأعلم أنه لآ إله إلاّ اللهُ
maka ketahuilah bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT (Qs muhammad : 19)
Wajib bagi setiap mukallaf (berakal & baligh) baik pria maupun wanita secara fardhu 'ain mengetahui seluruh dasar Aqidah berdasarkan dalil meskipun secara global [Tuhfatul murid 'ala jauharid Tauhid hal 53-55 Darussalam Mesir 2019]
Tahapan pertama dalam bertauhid yang benar dimulai dari mengenal Allah (makrifatullah) dan mengimaninya secara pasti berdasarkan dalil yang qoth'i (pasti). Dimana dalil-dalil dalam mendapatkan atau memperoleh keimanan yang shahih terdiri dalil Aqli dan Naqli sebagaimana dijelasakan Al allamah Qodhi Taqiyuddin annabhani Rahimahullah :
و الدليل إما أن يكون عقليا و إما أن يكون نقليا
Dalil Aqidah adakalanya berupa dalil Aqli adakalanya berupa dalil Naqli (Asy Syakhshiyah al islamiyah juz 1 hal 30 Darul ummah 2003)
Dalil Aqli
Memahami hakikat diri, alam raya dan kehidupan yang terbatas dan saling terikat dan bergantung mengharuskan adanya Pencipta dan pengatur.
misalnya manusia, ia tak bisa hidup tanpa oksigen tanpa makan dan minum yang menunjukkan ketergantungannya pada yang lain sehingga tidak mungkin manusia menjadi entitas maha kuasa atas segala sesuatu.
begitu pula seluruh makhluk dialam raya ini partikel elementer penyusunnya saling terikat membentuk entitasnya sendiri dan terikat pada kausalitas atau sunnatullah yang melingkupinya
demikian pula kehidupan yang begitu kompleks dan dinamis. semua realitas kehidupan sepanjang masa diseluruh jagad raya ini dan disepanjang zaman tentu diluar kendalinya dalam kapasitasnya sebagai manusia. Disinilah pentingnya menemukan Hakikat diri atau Uqdatul kubro yaitu simpul besar kehidupan seseorang dalam hidupnya agar ia menemukan Tujuan hidupnya yang Sesungguhnya.
dari uraian ini bisa kita simpulkan eksistensi ruang waktu dan kehidupan yang ada didalamnya membutuhkan eksistensi sesuatu yang tak terbatas dan tak bergantung pada sesuatu apapun yang mampu menciptakan, mengatur dan mengendalikan segala sesuatu.
Dalil Naqli
وجود الدليل شرط أساسي في وجود الإيمان
Adanya dalil merupakan syarat mendasar bagi adanya keimanan
imam al-Zajaj menjelaskan definisi Iman :
الإيمان إظهار الخلضوع والقبول للشريعة و لما أتى به النبي صلى الله عليه وسلم، واعتقاده وتصديقه بالقلب
Iman adalah memperlihatkan ketundukan dan penerimaan pada Syariat Allah dan segala yang dibawa oleh Nabi SAW, disertai dengan meyakini dan membenarkannya dengan hati (Lisan al-Arab, Ibnu manzhur)
Setelah kita mampu membuktikan & menyadari bahwasanya segala sesuatu itu adalah makhluk yang diciptakan maka pastilah ada Pencipta semua itu (prima causa). dialah Allah azza wa jalla sebagaimana Al-Qur'an menjelaskan:
وَمَا خَلَقْنَا ٱلسَّمَآءَ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَٰعِبِينَ
Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main (Qs al Anbiyaa' 21:16)
وَكَأَيِّن مِّنْ ءَايَةٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya (Qs yusuf 12:105)
Mendudukkan Sains
Adapun penjelasan ilmiah mengenai keberadaan Allah SWT berkaitan dengan eksistensinya sebagai Pencipta bukan pada zatnya secara fisik. Sebab Hakikatnya Tuhan haruslah entitas independent yang tidak terikat dan terbatas oleh dimensi ruang, waktu, dan materi yang ia ciptakan sehingga Allah berada diluar jangkauan metode ilmiah yang berfokus pada fenomena yang dapat diukur, diamati, dan diuji.
Namun, ada banyak argumentasi logis ilmu pengetahuan untuk membuktikan adanya Allah SWT :
Pertama, Argumen Kosmologis (Asal-Usul Alam Semesta
Ilmu pengetahuan saat ini mengakui bahwa alam semesta memiliki awal, yang dikenal sebagai Teori Big Bang. Alam semesta muncul dari singularitas—keadaan yang sangat padat dan panas—sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Sebelum Big Bang, tidak ada ruang, waktu, atau materi, dan ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa alam semesta ada dan apa yang menyebabkannya ?
Sains tidak memberikan jawaban pasti tentang apa yang menyebabkan Big Bang, tetapi beberapa filsuf dan teolog berargumen bahwa penyebab alam semesta haruslah sesuatu yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, serta tidak tergantung pada materi—seperti sifat-sifat yang sering dikaitkan dengan Allah. Maka, argumen kosmologis ini meniscayakan adanya Pencipta. Dialah Allah "Penyebab Pertama" (Causa prima) yang tak tercipta yang menciptakan alam semesta 4 dimensi ini.
Kedua, Fine-Tuning Alam Semesta
Banyak ilmuwan mencatat bahwa konstanta fisik di alam semesta—seperti konstanta gravitasi, kekuatan elektromagnetik, dan interaksi nuklir—diatur dengan sangat tepat untuk memungkinkan kehidupan. Jika salah satu konstanta ini berbeda sedikit saja, alam semesta yang kita kenal mungkin tidak akan dapat mendukung kehidupan.
Ini sering disebut sebagai argumen fine-tuning. Ilmuwan seperti Stephen Hawking dan Sir Roger Penrose mengakui bahwa kebetulan luar biasa ini memerlukan penjelasan. Ada dua penjelasan umum:
- Teori Multiverse: Mungkin ada banyak alam semesta dengan kondisi fisika yang berbeda-beda, dan kita kebetulan berada di salah satu yang tepat untuk kehidupan. Namun teori multiverse yakni Dunia paralel (alam semesta jamak) yang terbentuk secara kebetulan & acak sering digunakan sebagai alternatif untuk menjelaskan keteraturan alam semesta, tetapi penjelasan ini terlalu spekulatif dibandingkan dengan konsep Tuhan sebagai pencipta.
- Desain Cerdas (Intelligent Design): Beberapa berpendapat bahwa alam semesta yang begitu halus disetel menunjukkan adanya Desainer Cerdas yang merancang & menciptakan semua ini yang Kita yakini sebagai Tuhan yang wajibul wujud.
Ketiga, Keteraturan dan Hukum Alam
Ilmu pengetahuan mengandalkan hukum-hukum fisika yang konsisten di seluruh alam semesta, seperti hukum gravitasi, elektromagnetisme, dan termodinamika. Alam semesta kita berfungsi berdasarkan hukum-hukum yang dapat dipahami secara matematis dan konsisten berlaku di seluruh ruang dan waktu. Pertanyaannya adalah: Mengapa ada hukum-hukum yang begitu teratur dan dapat dipahami secara rasional ?
Seperti Genomic DNA, RNA dan berbagai kompleksitas keteraturan ini menyiratkan adanya kecerdasan di balik alam semesta yang mendesain & mengatur segala sesuatu.
Keempat, Argumentasi Kesadaran (awareness).
Kesadaran manusia adalah salah satu misteri terbesar dalam sains. Ilmu pengetahuan sejauh ini belum bisa sepenuhnya menjelaskan bagaimana otak manusia, yang merupakan benda fisik, bisa menghasilkan kesadaran subjektif seperti pikiran, emosi, dan pengalaman.
Beberapa filsuf dan ilmuwan berpendapat bahwa kesadaran tidak mungkin dijelaskan sepenuhnya oleh proses materialistik. Jika kesadaran manusia adalah sesuatu yang lebih dari sekadar reaksi kimia dan impuls listrik, maka ini mungkin menunjukkan adanya realitas yang lebih tinggi, seperti keberadaan Allah, yang menjadi sumber dari kesadaran atau jiwa.
Kelima, Argumen dari Kompleksitas Kehidupan
Meskipun teori evolusi telah menjelaskan banyak hal tentang bagaimana spesies berkembang dari bentuk sederhana menjadi lebih kompleks, asal mula kehidupan dari materi tak hidup (abiogenesis) tetap menjadi misteri yang belum sepenuhnya dipahami. Proses yang memungkinkan molekul-molekul kimia sederhana untuk berkumpul dan membentuk sel yang hidup masih belum dapat dijelaskan secara tuntas.
Kompleksitas yang luar biasa dari kehidupan—seperti struktur DNA, protein, dan mekanisme biologis lainnya—telah membuat sebagian orang berpendapat bahwa kehidupan itu sendiri menunjukkan adanya desain yang disengaja bukan sekedar mitos kebetulan yang secara tiba-tiba untuk menolak adanya eksistensi Tuhan sebagai pencipta. karena mustahil seluruh formulasi empiris semua ilmu pengetahuan ini dari proses acak semata.
Keenam, Argumen Ontologis
Dalam filsafat, argumen ontologis untuk keberadaan Allah menyatakan bahwa konsep Allah sebagai Entitas yang paling sempurna yang mengimplikasikan bahwa Allah harus ada. Sebuah entitas yang paling sempurna tidak mungkin tidak ada, karena ketidakadaannya adalah kekurangan, sedangkan entitas yang sempurna tidak memiliki kekurangan. Meskipun argumen ini lebih bersifat logis dari pada empiris. Namun secara rasional tak mungkin adanya pakaian, kendaraan, smartphone, komputer dll yang Kita gunakan ini ada tanpa adanya produsen semua manufaktur tersebut sebagai konsekuensi logis kausalitas atau hukum Sebab akibat.
Khotimah
معنى الإيمان هو التصديق الجازم المطابق للواقع عن دليل. لانه إذا كان التصديق عن غير دليل لا يكون إيمانا
Makna keimanan adalah pembenaran yang bersifat pasti yang sesuai kenyataan (realitas) dan Berdasarkan dalil. Oleh Sebab itu apabila ada pembenaran (keyakinan) tanpa dalil Maka tidak ada keimanan terhadapnya [Asy Syakhsiyah Al islamiyah juz 1 Hal 30 Darul ummah 2003]
Sehingga meskipun pesatnya kemajuan teknologi dalam mengobservasi Maha karya ciptaanNya. Namun validasi Tauhid & keimanan seorang Muslim itu harus dibangun Berdasarkan dalil Aqli dan Naqli yang sesuai fitroh manusia, Masuk akal dan menentramkan jiwa. Bukan dengan metode ilmiah eksprimental melalui teori dan hipotesis sains semata yang terus terkoreksi & berkembang.
Sebab bila Satu teori dan hipotesis sains itu Salah maka kita juga harus merevisi keyakinan atau I'tiqod keimanan. Tentu ini mustahil.
Karena metode ilmiah terbatas hanya pada pengujian fenomena yang dapat diukur dan diamati. Namun, argumen-argumen seperti asal-usul alam semesta, fine-tuning, keteraturan alam, kesadaran, dan kompleksitas kehidupan dapat dijadikan sebagai informasi penunjang untuk mendukung eksistensi tuhan yang diingkari kaum mulhid (Ateis) melalui propaganda sainstisme yang Skeptis dengan membangun asumsi awalnya menafikkan atau menihilkan pernyataan & kebenaran Agama. Sementara kemampuan observasi dan ekprimental analisis yang akan menentukan nilai validasi kebenaran argumentasi hipotesisnya masih terus berkembang, terkoreksi dan berubah.
ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَٱعْبُدُوهُ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ
Demikian itulah Allah Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Ia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Ia; dan Dialah Pemelihara segala sesuatu (Qs al An'aam 6:102)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar