Jumat, 27 September 2024

Membangun Pondasi Tauhid & keimanan

Ma'rifatullah

التوحيد لغةً : العلم بأن الشيء واحد. وشرعا : بمعنى الفن المُدوَّن فيما سيأتي وهو علم يقتدر به على إثبات العقائد الدين مكتسب من أدلتها اليقينية

Tauhid secara bahasa berarti pengetahuan dan keyakinan bahwa akan Esanya sesuatu. Adapun secara Syar'i (ilmu) Tauhid merupakan Cabang keilmuan yang disusun didalamnya Perkara aqidah yang datang dari ilmu yang menetapkan denganya atas kepastian keimanan Agama yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang Pasti (qoth'i) [Tuhfatul murid ala jauharit tauhid hal 38 Darus salam Mesir 2019]

وبعد فالعلم بأصل الدين # محتَّم يحتاج للتبيين 

Selanjutnya ilmu itu adalah Pondasi dalam beragama yang diwajibkan lagi dibutuhkan untuk menjelaskan (Agama). Sebagaimana Allah SWT jelaskan dengan shighat amr (Perintah) untuk mengetahui atau berilmu : 

فأعلم أنه لآ  إله إلاّ اللهُ 

maka ketahuilah bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT (Qs muhammad : 19)

Wajib bagi setiap mukallaf (berakal & baligh) baik pria maupun wanita secara fardhu 'ain mengetahui seluruh dasar Aqidah berdasarkan dalil meskipun secara global [Tuhfatul murid 'ala jauharid Tauhid hal 53-55 Darussalam Mesir 2019]

Tahapan pertama dalam bertauhid yang benar dimulai dari mengenal Allah (makrifatullah) dan mengimaninya secara pasti berdasarkan dalil yang qoth'i (pasti). Dimana dalil-dalil dalam mendapatkan atau memperoleh keimanan yang shahih terdiri dalil Aqli dan Naqli sebagaimana dijelasakan Al allamah Qodhi Taqiyuddin annabhani Rahimahullah :

و الدليل إما أن يكون عقليا و إما أن يكون نقليا

Dalil Aqidah adakalanya berupa dalil Aqli adakalanya berupa dalil Naqli (Asy Syakhshiyah al islamiyah juz 1 hal 30 Darul ummah 2003)

Dalil Aqli 

Memahami hakikat diri, alam raya dan kehidupan yang terbatas dan saling terikat dan bergantung mengharuskan adanya Pencipta dan pengatur. 

misalnya manusia, ia tak bisa hidup tanpa oksigen tanpa makan dan minum yang menunjukkan ketergantungannya pada yang lain sehingga tidak mungkin manusia menjadi entitas maha kuasa atas segala sesuatu. 

begitu pula seluruh makhluk dialam raya ini partikel elementer penyusunnya saling terikat membentuk entitasnya sendiri dan terikat pada kausalitas atau sunnatullah yang melingkupinya 

demikian pula kehidupan yang begitu kompleks dan dinamis. semua realitas kehidupan sepanjang masa diseluruh jagad raya ini dan disepanjang zaman tentu diluar kendalinya dalam kapasitasnya sebagai manusia. Disinilah pentingnya menemukan Hakikat diri atau Uqdatul kubro yaitu simpul besar kehidupan seseorang dalam hidupnya agar ia menemukan Tujuan hidupnya yang Sesungguhnya.

dari uraian ini bisa kita simpulkan eksistensi ruang waktu dan kehidupan yang ada didalamnya membutuhkan eksistensi sesuatu yang tak terbatas dan tak bergantung pada sesuatu apapun yang mampu menciptakan, mengatur dan mengendalikan segala sesuatu. 

Dalil Naqli

وجود الدليل شرط أساسي في وجود الإيمان 

Adanya dalil merupakan syarat mendasar bagi adanya keimanan

imam al-Zajaj menjelaskan definisi Iman : 

الإيمان إظهار الخلضوع والقبول للشريعة و لما أتى به النبي صلى الله عليه وسلم، واعتقاده وتصديقه بالقلب

Iman adalah memperlihatkan ketundukan dan penerimaan pada Syariat Allah dan segala yang dibawa oleh Nabi SAW, disertai dengan meyakini dan membenarkannya dengan hati (Lisan al-Arab, Ibnu manzhur)

Setelah kita mampu membuktikan & menyadari bahwasanya segala sesuatu itu adalah makhluk yang diciptakan maka pastilah ada Pencipta semua itu (prima causa). dialah Allah azza wa jalla sebagaimana Al-Qur'an menjelaskan:

وَمَا خَلَقْنَا ٱلسَّمَآءَ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَٰعِبِينَ

Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main (Qs al Anbiyaa' 21:16)

وَكَأَيِّن مِّنْ ءَايَةٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ

Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya (Qs yusuf 12:105)

Mendudukkan Sains 

Adapun penjelasan ilmiah mengenai keberadaan Allah SWT berkaitan dengan eksistensinya sebagai Pencipta bukan pada zatnya secara fisik. Sebab Hakikatnya Tuhan haruslah entitas independent yang tidak terikat dan terbatas oleh dimensi ruang, waktu, dan materi yang ia ciptakan sehingga Allah berada diluar jangkauan metode ilmiah yang berfokus pada fenomena yang dapat diukur, diamati, dan diuji. 
Namun, ada banyak argumentasi logis ilmu pengetahuan untuk membuktikan adanya Allah SWT :

Pertama, Argumen Kosmologis (Asal-Usul Alam Semesta
Ilmu pengetahuan saat ini mengakui bahwa alam semesta memiliki awal, yang dikenal sebagai Teori Big Bang. Alam semesta muncul dari singularitas—keadaan yang sangat padat dan panas—sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Sebelum Big Bang, tidak ada ruang, waktu, atau materi, dan ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa alam semesta ada dan apa yang menyebabkannya ?

Sains tidak memberikan jawaban pasti tentang apa yang menyebabkan Big Bang, tetapi beberapa filsuf dan teolog berargumen bahwa penyebab alam semesta haruslah sesuatu yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, serta tidak tergantung pada materi—seperti sifat-sifat yang sering dikaitkan dengan Allah. Maka, argumen kosmologis ini meniscayakan adanya Pencipta. Dialah Allah "Penyebab Pertama" (Causa prima) yang tak tercipta yang menciptakan alam semesta 4 dimensi ini.

Kedua, Fine-Tuning Alam Semesta
Banyak ilmuwan mencatat bahwa konstanta fisik di alam semesta—seperti konstanta gravitasi, kekuatan elektromagnetik, dan interaksi nuklir—diatur dengan sangat tepat untuk memungkinkan kehidupan. Jika salah satu konstanta ini berbeda sedikit saja, alam semesta yang kita kenal mungkin tidak akan dapat mendukung kehidupan.

Ini sering disebut sebagai argumen fine-tuning. Ilmuwan seperti Stephen Hawking dan Sir Roger Penrose mengakui bahwa kebetulan luar biasa ini memerlukan penjelasan. Ada dua penjelasan umum:

   - Teori Multiverse: Mungkin ada banyak alam semesta dengan kondisi fisika yang berbeda-beda, dan kita kebetulan berada di salah satu yang tepat untuk kehidupan. Namun teori multiverse yakni Dunia paralel (alam semesta jamak) yang terbentuk secara kebetulan & acak sering digunakan sebagai alternatif untuk menjelaskan keteraturan alam semesta, tetapi penjelasan ini terlalu spekulatif dibandingkan dengan konsep Tuhan sebagai pencipta.

   - Desain Cerdas (Intelligent Design): Beberapa berpendapat bahwa alam semesta yang begitu halus disetel menunjukkan adanya Desainer Cerdas yang merancang & menciptakan semua ini yang Kita yakini sebagai Tuhan yang wajibul wujud.

Ketiga, Keteraturan dan Hukum Alam
Ilmu pengetahuan mengandalkan hukum-hukum fisika yang konsisten di seluruh alam semesta, seperti hukum gravitasi, elektromagnetisme, dan termodinamika. Alam semesta kita berfungsi berdasarkan hukum-hukum yang dapat dipahami secara matematis dan konsisten berlaku di seluruh ruang dan waktu. Pertanyaannya adalah: Mengapa ada hukum-hukum yang begitu teratur dan dapat dipahami secara rasional ?

Seperti Genomic DNA, RNA dan berbagai kompleksitas keteraturan ini menyiratkan adanya kecerdasan di balik alam semesta yang mendesain & mengatur segala sesuatu.  

Keempat, Argumentasi Kesadaran (awareness).
Kesadaran manusia adalah salah satu misteri terbesar dalam sains. Ilmu pengetahuan sejauh ini belum bisa sepenuhnya menjelaskan bagaimana otak manusia, yang merupakan benda fisik, bisa menghasilkan kesadaran subjektif seperti pikiran, emosi, dan pengalaman.

Beberapa filsuf dan ilmuwan berpendapat bahwa kesadaran tidak mungkin dijelaskan sepenuhnya oleh proses materialistik. Jika kesadaran manusia adalah sesuatu yang lebih dari sekadar reaksi kimia dan impuls listrik, maka ini mungkin menunjukkan adanya realitas yang lebih tinggi, seperti keberadaan Allah, yang menjadi sumber dari kesadaran atau jiwa.

Kelima, Argumen dari Kompleksitas Kehidupan
Meskipun teori evolusi telah menjelaskan banyak hal tentang bagaimana spesies berkembang dari bentuk sederhana menjadi lebih kompleks, asal mula kehidupan dari materi tak hidup (abiogenesis) tetap menjadi misteri yang belum sepenuhnya dipahami. Proses yang memungkinkan molekul-molekul kimia sederhana untuk berkumpul dan membentuk sel yang hidup masih belum dapat dijelaskan secara tuntas.

Kompleksitas yang luar biasa dari kehidupan—seperti struktur DNA, protein, dan mekanisme biologis lainnya—telah membuat sebagian orang berpendapat bahwa kehidupan itu sendiri menunjukkan adanya desain yang disengaja bukan sekedar mitos kebetulan yang secara tiba-tiba untuk menolak adanya eksistensi Tuhan sebagai pencipta. karena mustahil seluruh formulasi empiris semua ilmu pengetahuan ini dari proses acak semata.

Keenam, Argumen Ontologis
Dalam filsafat, argumen ontologis untuk keberadaan Allah menyatakan bahwa konsep Allah sebagai Entitas yang paling sempurna yang mengimplikasikan bahwa Allah harus ada. Sebuah entitas yang paling sempurna tidak mungkin tidak ada, karena ketidakadaannya adalah kekurangan, sedangkan entitas yang sempurna tidak memiliki kekurangan. Meskipun argumen ini lebih bersifat logis dari pada empiris. Namun secara rasional tak mungkin adanya pakaian, kendaraan, smartphone, komputer dll yang Kita gunakan ini ada tanpa adanya produsen semua manufaktur tersebut sebagai konsekuensi logis kausalitas atau hukum Sebab akibat.

Khotimah 

معنى الإيمان هو التصديق الجازم المطابق للواقع عن دليل. لانه إذا كان التصديق عن غير دليل لا يكون إيمانا
Makna keimanan adalah pembenaran yang bersifat pasti yang sesuai kenyataan (realitas) dan Berdasarkan dalil. Oleh Sebab itu apabila ada pembenaran (keyakinan) tanpa dalil Maka tidak ada keimanan terhadapnya [Asy Syakhsiyah Al islamiyah juz 1 Hal 30 Darul ummah 2003]

Sehingga meskipun pesatnya kemajuan teknologi dalam mengobservasi Maha karya ciptaanNya. Namun validasi Tauhid & keimanan seorang Muslim itu harus dibangun Berdasarkan dalil Aqli dan Naqli yang sesuai fitroh manusia, Masuk akal dan menentramkan jiwa. Bukan dengan metode ilmiah eksprimental melalui teori dan hipotesis sains semata yang terus terkoreksi & berkembang.
Sebab bila Satu teori dan hipotesis sains itu Salah maka kita juga harus merevisi keyakinan atau I'tiqod keimanan. Tentu ini mustahil.
Karena metode ilmiah terbatas hanya pada pengujian fenomena yang dapat diukur dan diamati. Namun, argumen-argumen seperti asal-usul alam semesta, fine-tuning, keteraturan alam, kesadaran, dan kompleksitas kehidupan dapat dijadikan sebagai informasi penunjang untuk mendukung eksistensi tuhan yang diingkari kaum mulhid (Ateis) melalui propaganda sainstisme yang Skeptis dengan membangun asumsi awalnya menafikkan atau menihilkan pernyataan & kebenaran Agama. Sementara kemampuan observasi dan ekprimental analisis yang akan menentukan nilai validasi kebenaran argumentasi hipotesisnya masih terus berkembang, terkoreksi dan berubah.

ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ فَٱعْبُدُوهُ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ

Demikian itulah Allah Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Ia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Ia; dan Dialah Pemelihara segala sesuatu (Qs al An'aam 6:102)

Kamis, 19 September 2024

Cara Shahih memahami Dalil

الدليل : هو مرشد الى المطلوب

Dalil adalah sesuatu yang menunjukkan kepada perkara yang dicari [Syarhul Waroqot fii ushulil fiqh hal 40 Maktabah Syafi'iyah 2023]

Fenomena diakhir zaman ini banyaknya orang yang beramal tanpa ilmu, sebagian lagi berilmu tanpa Amal, Namun yang paling memprihatinkan adalah tak berilmu dan tak beramal alias  Mager (Malas Gerak) & Makir (Malas Mikir)

لاحقّ إلا بالحجة لا حجة إلا بالدليل 

Tak ada kebenaran tanpa adanya hujjah (argumentasi syar'i). tak ada hujjah tanpa adanya dalil.

Tanpa dalil (petunjuk) kita akan kehilangan arah, terombang-ambing dalam ketidaktahuan dan melangkah dalam ketidakpastian. 

و الدليل لغة المرشد و إصطلاحا : ما يمكن التوصل بصحيح النظر فيه الى مطلوب خبريّ

Dalil secara harfiah berarti penunjuk sedangkan secara istilah berarti sesuatu yang bisa menghantarkan terhadap benarnya suatu pandangan (pendapat) didalamnya kepada tuntunan yang membenarkan 

الدليل العقلي هو ما ثبت عقلا و الدليلالنقلي هو ما ثبت بالقرآن، والسنة و الإجماع

Adapun dalil aqli ialah argumentasi yang penetapannya berdasarkan  Akal (rasionalitas) sedangkan dalil naqli merupakan dalil yang ditetapkan berdasarkan Al-Qur'an,  As-sunnah dan ijmak [Tashilul wushul ila fahmi lubbil ushul 31-32 Al maktabah al anwariyah 2023]

islam itu agama ilmu

    Islam merupakan Agama yang tegak diatas ilmu. berislam tanpa ilmu membuat seorang hamba terjebak dalam perasaan dan prasangka serta membuatnya terpenjara dalam kebodohan (kejahilan). Padahal Allah SWT telah menuntun manusia dengan Al-Qur'an & As-sunnah sebagai petunjuk kehidupan manusia.

ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ. الذي علّم بالقلم. علّم الإنسان ما لم يعلم

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Maha pemurah. Allah mengajarkan manusia dengan baca & tulis. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak mereka ketahui (Qs al 'Alaq 96 : 3-5)

Disinilah peranan Ushul fiqih sebagai manhaj syar'i Salafush sholeh dalam memahami Al-Qur'an & as sunnah serta menggali (istimbat) Aqidah dan hukum islam berupa I'tiqod, Fiqih dan ulumul Syariah lainnya. Dengan demikian Ushul fiqih merupakan Cara shahih memahami dalil secara syar'i. Tanpa Ushul fiqih seorang akan keliru, bahkan menyimpang (Tahrif) & Tersesat (Tadhlil) dalam menyimpulkan Nash-nash Syar'i Sebab ia akan memahami al-Qur'an dan Assunnah tanpa panduan dan tuntunan ilmiah yang mu'tamad.

Ushul tafsir

التأويل قسمان : صحيح مقبول و فاسد مردود

Ta'wil itu terbagi 2 (Dua) : Shohih yang diterima dan fasid yang tertolak [ Syarhu Al Ushul min ilmi Ushul Hal 281 Darul ibnu jauzi Mesir 2007]

Manhaj salaf dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabbihat ialah tafwidh yaitu menyerahkan hakikat maknanya kepada Allah tabaraka wa ta'ala Namun sebagian ulama salaf lain menta'wilnya yakni memalingkan dari makna asalnya Berdasarkan Qorinah yang meliputinya Serta menjadikan ayat-ayat Muhkam sebagai induk dari ayat mutasybih.

Meskipun demikian terdapat perbedaan pengunaan ta'wil oleh segelintir ulama kholaf (generasi setelah salaf) seperti ibnu hazm & ibnu taimiyah yang menolak ta'wil sehingga bisa menjerumuskan kepada  tasybih, tajsim, tafdhil bahkan ta'til. Allah azza wa jalla berfirman :

ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

Ar rohman itu istiwa' (bersemayam) diatas Arsy (Qs Thahaa 20:5) 

Lihatlah dampak anti ta'wil akan memaksa Allah harus bertempat ini adalah tajsim padahal kita sepakat Allah bilaa kaif yang tak serupa dengan makhluk-Nya. hanya sekte dzahiri mujasimah dan ibnu taimiyah serta para pengikutnya yang mengisbat atau menetapkan makna istiwa' ialah menetap dan bertempat dilangit. Sementara pada ayat lainnya Allah SWT juga berfirman :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِۦ نَفْسُهُۥ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ ٱلْوَرِيدِ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya (Qs Qaaf 50:16)

Bayangkan betapa berbahayanya bila ayat yang mulia ini dipahami hanya Secara mantuq (tekstual) semata tanpa menta'wilnya berdasarkan qowaid Syar'iah Maka akan ada milyaran Allah yang bersemayam dileher-leher makhluk-Nya naudzubillah min dzalik.

Maka ulama ahlus sunnah wal jamaah menetapkan bahwa :

الأولى: اعتقاد أن كل ما تصور في الأوهام فالله بخلافه

Pertama :  keyakinan bahwasanya setiap apa yang terbayang (terlintas) dalam sangkaan dan perasaan maka Allah berbeda darinya

والثانية: اعتقاد أن ذاته تعلى ليست مشبهة للذوات ولا معطلة عن صفات

Kedua : meyakini bahwa Dzat Allah Ta'ala tidaklah menyerupai segala dzat apapun dan tidak menafikkan sifat-sifat-Nya [Tuhfatul murid ala jauharit tauhid hal 58 Darussalam Mesir 2019]

Disinilah objektivitas kebenaran harus tetap berdiri diatas keadilan dalam menyikapi iktilaf (perbedaan) bukan berdiri diatas kepentingan tertentu yang dimanipulasi dengan klaim subjektif dengan "bersilat lidah" dan manisnya retorika serta sentimen sektoral, taqlid buta & fanatisme ashobiyah. Untuk Menjaga kemurnian dan keutuhan nushush Syar'iyah atau dalil Syar'i ulama menyusun panduan dalam memahami dalil-dalil melalui Ushul Fiqih contohnya :

فإن أمكن الجمع و الترجيحُ فالجمع أولى منه على كما تقدّم

jika memungkinkan untuk mengumpulkan (mengamalkan) dan mentarjih dalil-dalil. maka mengamalkan (al jam'u) semua dalil itu lebih utama darinya berdasarksan pertimbangan (ushul) yang paling shahih sebagaimana penjelasan yang telah terdahulu [Al badrut tholiq Syarhul jam'ul jawami' hal 366 Darul ibnul jauzi Mesir 2015]

Kesimpulan 

     Ushul fiqih merupakan Platform berpikir Tasyri'i. Dengan Ushul fiqih Nash-nash Syar'i akan dapat dipahami sesuai konteksnya, dalalah dan batasan-batasanya. Alhasil cara termudah bagi seorang Muslim yang awam dalam mengkaji al-Qur'an ialah mempelajari tafsir-tafsirnya begitu pula memahami hadist Nabi Saw melalui syarah-syarahnya. Sedangkan cara paling Selamat memahami syariah ialah melalui Kitab-kitab fiqih sembari terus meningkatkan Ulumul wasail (ilmu-ilmu alat) serta senantiasa memohon Taufiq Allah SWT untuk memiliki kebersihan hati (Shofi) dan kejernihan pikiran (Naqi) untuk kembali dan berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan as sunnah. Namun kita tak bisa memahami dalil-dalil Syar'i Serta mengistimbat hukum darinya kecuali dengan memahami Ushul fiqih.

إن فهم الحكم الشرعي متوقف على فهم الكتاب و السنة و أرشدا اليه من إجماع الصحابة و القياس الشرعي. لأنه الحكم الشرعي هو خطاب الشارع المتعلق بأفعال العباد

Sesungguhnya pemahaman dalil Syar'i bergantung atau bersandar atas pemahaman terhadap kitabNya & As sunnah serta apa yang ditunjuk olehnya Ijmak sahabat dan Qiyas Syar'iyah. karena hukum syara' adalah khitab As syari' (Allah & RasulNya) yang berkaitan dengan aktivitas perbuatan hamba [Al mukhtar fii ushulil fiqh hal 4 Daruts tsaqofah 2023]

و الله موافق الى أقوام الطريق

Rabu, 04 September 2024

Mengenal Sunnah

     Lafadz As-Sunnah merupakan isim musytarok yaitu satu kata yang memiliki banyak maknanya. Pengertian As-Sunnah dalam Islam memiliki beberapa perspektif tergantung pada bidang ilmu yang mendefinisikannya.


Definisi Sunnah 

Pertama: Perspektif Bahasa  

   As-sunnah secara harfiah (bahasa) berarti thoriqoh yakni "jalan" atau "cara". Ini merujuk pada cara seseorang dalam menjalani kehidupan yang tercermin pada perilaku atau kebiasaan baik lisan maupun perbuatannya.

Al allamah Qodhi Taqiyuddin an-nabhani Rahimahullah menjelaskan :

السنة في اللغة الطريقة. و أما في الشرع فقد تطلق على ما كان من العبادات نافلة منقولة عن النبي.  قد تطلق على ما صدر عن الرسول من قول أو فعل أو تقرير

As-sunnah secara bahasa berarti thoriqoh (jalan).  Adapun makna syar'i Sunnah terkadang menunjukkan pada ibadah-ibadah yang bersifat Nafilah (mandub) yang diambil dari nabi saw. juga dinyatakan atas apa yang bersumber dari Rasulullah saw baik perkataan, perbuatan maupun persetujuan & diamnya [Asy syakhshiyah alislamiyah juz 3 hal 73 Darul ummah Beirut 2005]

Kedua : Perspektif Syariah

Almuhadits wal mufasir Imam Asy syaukani rahimahullah didalam Ushul fiqihnya menjelaskan : 

و أما معناها شرعا : أي في اصطلاح أهل الشرع فهي:  قول النبي صلى الله عليه و آله وسلم و فعله و تقريره. تطلق بمعنى العام على الواجب و غيره في عرف أهل اللغة و الحديث. و أما في عرف أهل الفقه فإنما يطلقونها على ما ليس بواجب

Adapun makna As-sunnah secara Syar'i yaitu dalam istilah ahlul syara' ialah Perkataan Nabi saw, perbuatan dan persetujuannya (diam). Diungkapkan dengan makna umum bagi yang mewajibkannya Serta selainnya dalam urf ahli bahasa dan ahli hadits. Sedangkan dalam istilah ahli fiqih mereka menyatakan As-sunnah terhadap perkara yang bukan diwajibkan 

و تطلق على ما يقابل البدعة.  كقولهم فلان من أهل السنة 

Dinyatakan juga As-sunnah merupakan kebalikan dari Bid'ah. Seperti perkataan mereka fulan termasuk ahlus sunnah [Irsyadul fuhul juz 1 hal 159 DKI Beirut 1999]

As-sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW selain dari Al-Qur'an, baik perkataan (qawl), perbuatan (fi'il), maupun diamnya Nabi Saw yang merupakan persetujuan (taqrir) beliau. As Sunnah menjadi sumber hukum islam ( mashodirul ahkam ) kedua setelah Al-Qur'an.  Lalu Apakah, semua yang tidak pernah dilakukan nabi saw itu bukan Sunnah...? 

Jawabannya tentu tidak Sebab Sunnah Nabi saw tidak hanya sebatas pada apa yang diperbuat Nabi semata tapi juga meliputi, perkataan dan diamnya Rasulullah Saw 

Contohnya :  

   - Perkataan Rasul atau Sunnah qauliyah : Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam."  

   - Perbuatan Rasul atau Sunnah fi'liyah : Nabi SAW mencontohkan cara shalat, seperti gerakan shalat dan bacaan shalat.  

   - Persetujuan Rasul atau Sunnah taqririyah : Ketika beberapa sahabat melakukan sesuatu di hadapan Nabi dan beliau tidak melarang, maka itu dianggap sebagai sunnah yang diperbolehkan.

Ketiga : Perspektif Fiqih 

   والمندوب: يثاب فاعله امتثالا، ولا يعاقب تاركه. و يسمى سنة، و منسوبا، مستحبا و نفلا

Mandub adalah Aktivitas yang diberi pahala melaksanakan Dan tidak disanksi (berdosa) meninggalkannya. ia juga dinamakan Sunnah, mustahab & nafilah [Al Ushul min ilmi ushul hal 30 Darul ibnil jauzi Mesir 2007]

Dalam ushul fiqih hukum Syariah terdiri dari khitab taklifi dan khithob wadh'i. sunnah atau mandub merujuk pada perbuatan atau amalan yang jika dikerjakan mendapat pahala, namun jika ditinggalkan tidak berdosa. Pengertian Sunnah disini sering dipakai untuk mengidentifikasi hukum yang bersifat mustahab (dianjurkan) (disukai) atau tathowu' yang merupakan khithob taklifi atau status hukum dalam Syariah islam.

  Seperti :

   - Shalat sunnah Dhuha: Dikerjakan mendapat pahala, tetapi ditinggalkan tidak berdosa.  

   - Puasa Senin-Kamis: Sebuah ibadah yang sunnah untuk dilakukan sebagai bentuk keteladanan Nabi SAW.

Keempat : Perspektif Hadits

Dalam ilmu hadits, sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, termasuk perkataan, perbuatan, sikap, dan sifat fisik maupun non-fisik beliau. Sunnah dalam konteks ini berperan sebagai cara untuk mengetahui lebih banyak tentang kehidupan dan kebijaksanaan Nabi.  

Imam ibnu qudamah Rahimahullah mentarjih 2 (dua) definisi terkuat sunnah yang bermakna mandub atau tathowu' :

المندوب هو مأمور لا يلحَق بتركه ذمّ من حيث تركه من غير حاجة الى بدل

Mandub (Sunnah) ialah sesuatu ibadah yang diperintahkan dimana tiada celaan dengan meninggalkannya serta tanpa dibutuhkan mengganti (Qodho) bila meninggalkannya.

[Kasyfus satir syarhu raudhotun nazhir hal 123 Muasasah ar risalah beirut 2018]

Diantaranya banyaknya riwayat hadits yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW makan dengan tangan kanan dan menyukai makan kurma ajwa.

Kelima : Perspektif Tashawuf 

 وَقِيلَ لِلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ مَاذَآ أَنزَلَ رَبُّكُمْ ۚ قَالُوا۟ خَيْرًا ۗ لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۚ وَلَدَارُ ٱلْءَاخِرَةِ خَيْرٌ ۚ وَلَنِعْمَ دَارُ ٱلْمُتَّقِينَ

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu ?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat ihsan didunia ini akan mendapatkan (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa (Qs An Nahl 16:30)

Allah SWT dan Rasulullah saw memerintahkan seorang muslim untuk bersikap ihsan. Tashowuf  atau Tazkiyatun nafs merupakan cara hidup ihsan atau thoriqoh (Sunnah) Nabi saw yang ideal bagi seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam ibadah dan muamalahnya secara ahsan dengan meniru perilaku dan akhlak Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan. Sunnah disini maksudnya ialah ittiba' (mengikuti) perilaku Nabi saw lahir & batin dalam aspek ibadah, moral (etika) dan muamalah dengan ihsan 

Misalnya Berakhlak mulia, rendah hati (tawadhu'), zuhud, waro' terhadap dunia dan ikhlas dengan segala ketetapan Allah azza wa jalla dalam setiap tindakan ucapan & perbuatan sebagaimana adab, sifat dan kepribadian Nabi Saw.

Lantas Benarkah sunnah itu hanyalah apa yang pernah diperbuat nabi saw saja...?

Al hafidz Imam As sakhowi rahimahullah mendefinisikan As sunnah adalah : 

السنن الضافة للنبي قولا له أو فعلا أو تقريرا

Sunnah (jamak dari kata sunnah) adalah penyandaran kepada Nabi saw berupa perkataan atau perbuatan atau diamnya Rasulullah saw [Fathul ghaits syarhul alfiatil hadits juz 1 hal 25 DKI Beirut 2009]

وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ فَإِنَّ ٱللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَٰتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا

Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang bersikap ihsan (baik) diantaramu pahala yang besar (Qs Al Ahzab 33:29)

Keenam : Sunnah bermakna manhaj

Sunnah dalam Perspektif ushuluddin bermakna manhaj atau thoriqul dalam ber-Aqidah dan prinsip-prisip fundamental dalam berislam. Sunnah merupakan lawan dari pada Bid'ah. Wajib bagi setiap muslim meninggalkan bid'ah syaiah, munkaroh dan dholalah dengan senantiasa berpegang teguh kepada Syariah Islam dan Sunnah (manhaj) Nabi saw.

مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ ٱللَّهَ ۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka [Qs An Nisa 4 :80]