Rabu, 22 Mei 2024

Antara Usaha dan malas

    Setiap muslim wajib Beriman kepada qadha & qodar serta taqdir baik dan buruk dari Allah SWT meliputi ilmu, qudrah, irodah,  lauhul mahfudz serta hakikat penciptaan perbuatan hamba. Namun dalam perkara ghaib seorang Muslim Wajib bergantung dan bersandar (tawaquf) kepada dalil dalam memahami perkara mughayyabah (ghaib) tersebut.

Hakikat dari Qodho & Qodar Allahlah yang menciptakan segala sesuatu lagi maha kuasa atasnya dengan qudrah (kekuasaan) dan irodah (kehendak)Nya

الله خالق كل شيء (Qs Az zumar 32:62)

Tapi, Sayangnya istilah Taqdir dan qodarullah ini seringkali dijadikan "Tameng" alasan dibalik kemalasan, kesalahan, kegagalan oleh para pemalas & orang yang lalai sebagai pembenaran perbuatannya.

Disinilah fokus kajian kita, Apakah manusia itu bisa berbuat atas kehendaknya sendiri atau kehendak Allah semata tanpa pilihan....? 

Apakah Bebas memilih atau dipaksa...?

1. Jabbariyah Allah Pencipta perbuatan dan iradah manusia. Sehingga Ia dipaksa berbuat tanpa ada pilihan

2. Mu'tazillah manusia yang menciptakan perbuatannya sendiri dan bebas memilih

3. Ahlus sunnah Allah yang menciptakan perbuatan manusia. Namun manusia sendiri yang memilih untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan berdasarkan kasb ikhtiarinya. Sebagaimana Allah azza wa jalla berfirman :

والله خلقكم وما تعملون 

Allah menciptakan kalian dan Apa yang kalian perbuat (kerjakan) (Qs ash shaffaat 37:96)

Tapi Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman bahwasanya :

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka sendirilah yang merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Allah (Qs Ar Ra'd 13:11)  

Natijah atau kesimpulannya bahwasanya Allah SWT adalah dzat yang maha adil lagi maha bijaksana yang dengan kasih sayangNya  Dia menciptakan manusia dalam 2 keadaan adakalanya mukhayar (bebas) Dan adakalanya musayyar (dipaksa) atas apa yang ia alami dan jalankan.

1. Mukhayyar : manusia bisa memilih untuk mengerjakan atau meninggalkan suatu perbuatan  dan akan dihisab berdasarkan pilihannya 

2. Musyayyar :  manusia hanya bisa menerima apa yang ia alami dan jalani tanpa bisa memilih dan ia tidak dihisab

قد جعل الله لكل شيء قدرا (Qs Ath Tholaq 65:3)

Sebenarnya Allah SWT telah menganugerahkan manusia akal (Rasio), Hati (Rasa), Pilihan (Qudroh) dan keinginan diri (irodah) untuk ia memilih mengerjakan atau meninggalkan suatu Perbuatan sesuai Syariat atau melanggarnya. Jadi ringkasnya :

1. Pembahasan taqdir Merupakan dimensi ruang (mahal) Aqidah atau keyakinan.

2. Sedangkan Aktivitas perbuatan manusia berupa Pilihan-pilihannya dalam melakukan atau meninggalkan sebuah perbuatan Merupakan ruang amal apakah memilih taat syariah atau sebaliknya.

3. Adapun Polemik mutakalimin (ahli Kalam) terjadi akibat mencampurkan adukkan ruang keyakinan (Aqidah) dan ruang amal (syariat) yang terkontaminasi dari filsafat epicurisme & riwaqqisme. Sehingga mereka terjebak dalam membangun  argumentasi keimanan & perbuatan terhadap perkara mughoyyabah (ghaib) dan Amal berdasarkan premis dan hipotesis mantiq dan filsafat. 

Padahal Allah ta'ala telah memerintahkan manusia untuk berusaha  beramal sesuai SyariatNya bukan berdiam diri dan "Pasrah" tanpa usaha sebab kita tidak tahu masa depan dari taqdir kehidupan diri sendiri. tapi kita bisa mencurahkan hati, pikiran, harta, tenaga waktu segenap daya dan upaya untuk mempersiapkan masa depan akhirat yang kita harapkan  dengan seluruh potensi diri :

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ 

Dan Apa yang diperintahkan Rasul padamu Maka kerjakanlah Dan Apa yang dilarang bagimu Maka jauhilah. Bertaqwalah kalian kepada Allah. sesungguhnya siksaan Allah amatlah pedih (Qs al Hasyr 59:7) 

Oleh Karena itu, Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik bagi hambaNya. Sehingga kewajiban kita sebagai hamba terikat dengan perintah dan laranganNya dalam memilih dan menjalani kehidupan ini dengan berusaha (berikhtiar) dalam ketaatan bukan berdiam diri dalam kemalasan ✅

Sebagaimana Allah memerintahkan Kita untuk memiliki tekad yang kuat (Azam) lalu bertawakkal kepadaNya :

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

apabila kamu telah berazam. maka bertawakallah sesungguhnya Allah mencintai Orang-orang yang bertawakal (Qs ali Imran 3:159)

Dengan demikian Azam atau tekad yang kuat meniscayakan amal. maka  Tawakal yang benar itu akan mendorong pelakunya menyempurnakan ikhtiar jawarih (sunatullah) dan ikhtiar langit doa dan Qona'ah bersandar hanya kepada Allah SWT semata bukan kepada sebab. Tapi disaat yang sama ia juga menyadari bahwasanya Allah Ta'ala memerintahkannya untuk senantiasa berusaha. 

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

dan bahwasanya manusia itu tidaklah memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (Qs an Najm 53:39)

sehingga keyakinan dan tawakalnya tidak menafikkan (menolak) usaha dan kausalitas (sebab akibat) tapi  justru akan berupaya menyempurnakan kasab ikhtiari untuk meraih tujuannya. Sehingga seorang Muslim boleh salah, gagal,  kalah, bersedih tapi ia  tidak boleh menyerah Karena setiap usahanya dalam mencurahkan hati pikiran,  harta, tenaga waktu serta segenap daya dan upaya itu bernilai disisi Allah SWT :

فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَٰهُمْ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari kiamat yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada diri (an nafs) balasan apa yang diusahakannya (kasb) sedang mereka tidak akan dianiaya (dirugikan) sedikitpun (Qs Ali Imran 3:25)

Sabtu, 18 Mei 2024

Fiqih Cara praktis mengamalkan Syariah

      Setiap muslim diperintahkan untuk terikat & taat pada Syariah-Nya yaitu mengamalkan berbagai perintah dan menjauhkan semua larangan inilah hakikat taqwa yakni berislam Secara Kaffah :

وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab terdahulu sekaligus batu ujian terhadap kitab-kitab itu. maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kalian semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (Qs al Ma'idah 5:48)

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Telah aku tinggalkan padamu dua perkara. Kalian tidak akan pernah tersesat selama berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya ( HR. Malik, al-Hakim, al-Baihaqi)

1. Mengenal hukum Syara'

Sumber hukum islam ialah kitabullah dan sunnah Nabawiyah, ijma' sahabat dan Qiyas syar'iyah. dimana Setiap Muslim wajib beramal dengannya. Syariat islam atau hukum syara' mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia mulai dari individu, masyarakat,  negara,  baik ibadah, muamalat hingga uqubat (sanksi hukum) baik lahir maupun batin. Namun dengan berbagai kompleksitas kesempurnaan mashodirul ahkam (sumber hukum) Islam dibutuhkan mujtahid ( ulama yang mampu berijtihad) untuk bisa menggali (istinbat) hukum syara' tersebut  sehingga kaum Muslimin yang tidak memiliki kemampuan berijtihad diwajibkan mengikuti atau bertaqlid dari hukum syara' yang diistinbat oleh seorang mujtahid.

Al allamah al mujaddid Taqiyuddin annabhani Rahimahullah menjelaskan bolehnya bertaqlid (bermazhab) bagi seorang muqolid (orang awam): 

أما التقليد في الأحكام الشرعية  فجائز شرعا لكل مسلم. قال تعالى 

Adapun taqlid dalam hukum-hukum Syariah maka dia adalah boleh secara Syar'i bagi setiap muslim.  sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : 

فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

maka bertanyalah kalian kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ulama) jika kamu tidak mengetahui (Qs an Nahl 16:43)

( Asy Syakhshiyah al islamiyah juz I hal 217 )

2. Mengenal ushul fiqh 

Memahami dan mengamalkan hukum syara' atau Syariah dibutuhkan penguasaan ulumul maqosid dan ulumul wasail serta metodologi istinbat tertentu untuk berijtihad menghasilkan Produk hukum syara' yakni fiqih islam.

Pertanyaannya kenapa kita tidak langsung saja merujuk Al-Qur'an dan as sunnah...? 

jawaban mendasarnya ialah lemahnya Penguasaan ulumul lughah dan Qawaid syar'iyah mayoritas kaum muslimin sebagai syarat utama memahami dalil-dalil Syariah.

إن دين الله لا يفهم بغير لغته كما أن استنباط أحكام جديدة للوقائع متجددة عن طريق الإجتهاد لا يتأتى بدون اللغة العربية 

Sesungguhnya Agama Allah SWT tidak dapat dipahami dengan selain bahasanya (Arab), sebagaimana bahwasanya instinbat hukum-hukum baru dari berbagai realitas dan fakta yang terus berkembang melalui jalan  ijtihad yang tidak akan bisa tanpa bahasa arab ( Ta'rif hizb at-tahrir hal 11)

Padahal Proses ijtihad tidaklah sekedar pemahaman terhadap lafadz dan makna nash atau dalil tapi juga bagaimana mendudukkan berbagai nash dalam suatu topik (quwwatud dalil) baik dari aspek Tsubut dan dilalahnya, Qoth'i dan zhanninya disatu sisi serta ragam ikhtilaf ushul, Qowaid kulliyah dan wajhul istidlal yang meliputinya.

Disinilah syarat berijtihad itu membutuhkan penguasaan berbagai funun islam terutama ushuluddin dan ushul fiqh.

Al Qodhi Taqiyuddin an nabhani Rahimahullah mendefinisikan ushul fiqh   : 

فأصول الفقه هي القواعد التي يبتنى عليها الفقه

Ushul fiqh adalah kaidah-kaidah Syar'i yang dibangun diatasnya fiqih

(Asy Syakhshiyah al islamiyah juz III hal 12)

Setelah mendeskripsikan fakta secara lengkap Maka perlu dilakukan tahqiqul manath agar dapat memahami fakta dengan benar. Selanjutnya dilakukan Pengkajian dalil-dalil syar'i untuk mendapatkan hukum syara' yang paling tepat & benar terhadapnya

1. Pahmun nushus

Pemahaman terhadap ragam ma'ani dari aspek haqiqoh, kinayah dan majaz dengan berbagai alaqohnya serta derivasi (istiqo') lafadz. Begitu juga kedudukan antar lafadz seperti : Amm khosh, mutlak muqoyad, mujmal mubayyan, muhkam, mutasyabih, Nashikh, nasakh, manskhuh, riwayat Dan diroyahnya serta illat yang terkandung didalamnya. 

juga korelasi antar lafadz dalam tarkib dan jumal dari aspek qowaid nahwiyah, balaghah serta korelasi antar dalil dari sisi otoritatifnya dalam wajhul istidlal istimbat.

2. Khitob taklifi

Status hukum atas suatu benda atau perbuatan dalam islam seperti :  halal, haram, wajib, sunnah, mubah (jaiz) dan makruh ini merupakan khitob taklifi atau disebut juga ahkamul khomsah yang menjadi standar amal setiap muslim (miqyasul amal)

3. Khitob wadh'i 

Ringkasnya Tata cara pelaksanaan hukum syara' diatur dalam khitob wadh'i yang berfungsi sebagai mekanisme terlaksana (berlaku) atau tidaknya suatu hukum syara'.

Mekanisme (kaifiyah) penerapan khitob taklifi : Sah, batal, fasid, mani', 'azhimah, sabab, rukshoh, illat dan seterusnya.

Disinilah Al allamah Taqiyuddin Annabhani Rahimahullah menjelaskan penting dan wajibnya belajar Fiqih (Dirosatul fiqih) untuk memahami dan mengamalkan Syariah : 

معرفة الأحكم الشرعية التي تلزم المسلم في حياته فرض عين على كل مسلم، لأنه بأن يقوم بأعماله حسب أحكام الشرع

Mengetahui hukum-hukum syariah yang dibutuhkan dalam kehidupan seorang muslim ialah fardhu 'ain. sebab setiap muslim diperintahkan untuk beramal sesuai hukum syara' ( Asy syakhsiyah al islamiyah juz 2 hal 8 )

3. Mengenal fiqih

Dari uraian singkat diatas tentulah kaum Muslimin yang awam tidak bisa berijtihad  sendiri untuk mendapatkan hukum syara'. Namun umat Islam membutuhkan fiqih yang diistinbat oleh para mujtahid.

Al Qodhi Taqiyuddin annabhani Rahimahullah mendefinisikan fiqih :

الفقه هو العلم بالأحكام الشرعية  العملية المستنبطة من الأدلة التفصيلية

Fiqih ialah ilmu terhadap hukum-hukum Syariah yang bersifat praktis yang digali dari dalil-dalil yang terperinci

(Asy Syakhshiyah al islamiyah juz 3 hal 12)

para imam mujtahid dan murid-muridnya mengumpulkan kodefikasi berbagai hukum Syara' melalui ijtihadnya didalam kitab-kitab fikih islam. Lalu mengajarkannya dengan bersanad secara talaqy untuk menjaga Validasi (kemurnian) hukum dan tsaqofahnya. Maka hendaknya Kita semakin tekun, giat dan bersemangat lagi talaqy turost, fiqih dan ushulnya agar Kita bisa benar dalam beramal sholeh serta lebih berhati-hati dan Selamat dari kekeliruan dalam beribadah dan berfatwa eeehh berdakwah...

Sebab setiap hukum syara' berlaku atau berjalan pada Ruang lingkup waqi'nya sehingga bila terjadi perbedaan atau perubahan fakta. maka dibutuhkan kembali tahqiqul manath yang baru atau lebih lanjut lagi untuk mendapatkan hukum yang benar terhadapnya, sehingga tidak boleh seorang Muslim mengeneralisir (pukul rata) suatu hukum atas manath yang berbeda. 

Al allamah Taqiyuddin alhisni menukil dari imam Sufyan bin uyainah Rahimahumallah : 

لم يعط أحد بعد النبوّة أفضل من العلم و الفقه فالدّين

Tidaklah diberikan kepada seorang pun setelah nubuwah (kenabian) yang  lebih utama dari pada ilmu dan Fiqih didalam Agama ( kifayatul akhyar  hal 16 Dar 'alamiah )

Waallahul muwafiq ila aqwamit thoriq

Kamis, 09 Mei 2024

Membentuk kepribadian islami anak

Al allamah Qodhi Taqiyuddin An nabhani rahimahullah menerangkan : 

الشخصية في كل إنسان تتألف من عقليته و نفسيته

kepribadian pada setiap manusia tersusun (terbentuk) dari aqliyah dan nafsiyahnya (Asy Syakhshiyah Al islamiyah juz 1 hal 12 Darul ummah  2003)

A.  Tasqif Al islami

Fitrahnya manusia akan menjalani Hidup sesuai dengan cara pandangnya (mindset). Sebagai seorang Muslim, Islam Merupakan Cara pandangnya (Islamic worldview) Maka kepribadian islam seseorang Muslim akan terbentuk dari Aqliyah dan Nafsiyahnya yang islami. Dimana konsepsi Pemikiran islam (Qoidah fikriyah) yang tersimpan didalam benaknya itu dijadikan sebagai perspektif dan standar nilai hidupnya (Qiyadah fikriyah) lalu diaplikasikan dalam Aktivitas perbuatannya (nafsiyah) baik yang bersifat zhahir atau fisik (af 'alul jawarih) maupun bathin atau hati (af'alul Qolbi) sehingga terbentuk menjadi kepribadian dirinya.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :

هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui..?  
sesungguhnya hanya orang berfikirlah yang dapat menerima (mengambil) pelajaran (Qs az Zumar 39:9)

Sahabat beriman, ayat mulia diatas menjelaskan bahwa pengetahuan dan pelajaran manusia didapat dari proses berfikir untuk membentuk kesadaran diri yang benar. Mengkaji kemurnian Aqidah (Tauhid) dan Tsaqofah islami yang mengkristal dan mengakar akan menumbuhkan keimanan dan amal sholeh serta melatih keteguhan jiwa (Riyadhoh an nafs) dalam ketaatan dan keistiqomahan. Maka dibutuhkan proses pembelajaran untuk mengisi akal (Aqliyah) sesuai tuntunan Islam.

Membentuk kepribadian Anak

 1. Aqliyah (mindset)

العلم كالنور في الهداية 

Ilmu itu seperti Cahaya dalam pencarian Hidayah (husnush shiyaghah syarhu durusil balaghah hal 99 Maktabah Jubeer 2023)

Ibarah Ini selaras Sebagaimana firman Allah SWT:

الٓر ۚ كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَمِيدِ.[ أي لتخرجهم من الظلمات الكفر و الجهل و الضلال الى نور الإيمان و العلم و الهداية]

Alif, laam raa. (Ini adalah) Al-Qu'ran yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji (Qs Ibrahim 14:1)

yakni Agar mengeluarkan (menyelamatkan) manusia dari gelapnya kekufuran, kebodohan dan kesesatan menuju Cahaya iman, ilmu & hidayah (Tafsir fathul Qodir juz 3 hal 116 Darul hadits Mesir 2007)

Peran ilmu dalam merubah prilaku (nafsiyah) itu diawali dari perubahan mindset (pikiran). Mindset yang Benar akan melahirkan Kesadaran yang Benar. Lalu menjadi pusat kendali seseorang dalam memilah dan memilih untuk mengambil sebuah tindakan atau keputusannya.

Ta'lim wa ta'alum proses membentuk mindset Islami Anak

كِلْ لكل عبد بمعيار عقله، وزِنْ له بميزان فهمه

Takarlah ilmu bagi setiap orang sesuai ukuran akalnya dan pertimbangkanlah pengajaran baginya sesuai kadar pemahamannya (Ihya ulumiddin hal 56 Darul alamiah 2014)

Ulumul Aqidah

قال رسول الله:[اليقين الإيمان كله] ولا بد من تعلم علم اليقين

Rasulullah saw bersabda : keyakinan itu adalah mengimani sepenuhnya (HR Al bayhaqi) maka tidak boleh tidak mengharuskan dari mempelajari ilmu yakin ini (Ihya ulumiddin hal 64 Darul alamiah 2014)

Tauhid merupakan dasar keimanan. Setelah mencapai usia baligh seorang anak telah menjadi mukallaf secari Syar'i. Maka tugas  utama Orangtua ialah mengenalkan Penciptanya (Ma'rifatullah) dan menjadikan Allah sebagai puncak Tujuan amalnya dan muara seluruh aktivitasnya dengan menyentuh akal dan hati anak melalui  mentadaburi ayat-ayat Qauliyah dan tafakkur alam & sains sesuai dengan kadar akalnya.

Ulumul Adab

Akhlak adalah jamak dari khuluqun ia merupakan sifat bawaan pada manusia (tabiat al kholqi) sedangkan adab islami merupakan hasil dari proses pembentukan karakter yang mulia (akhlaqul karimah).

Maka pentingnya mengajarkan ulumul adab yang akan Menghidupkan iman didalam jiwa, melembutkan hati dan menghaluskan akal & rasa.

Ulumul Fiqih 

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya (Qs al Israa' 17:36)

"Apapun masalahnya islam solusinya"

Fiqih adalah standar kebenaran amal seorang Muslim.Tanpa fiqih seorang Muslim tidak akan bisa memahami Hukum-hukum islam atau Syariah dan beramal sesuai dengan hukum syara'.

2. Nafsiyah (attitude)

Setelah membekali Aqliyah anak dengan berbagai ilmu syar'i yang mereka butuhkan selanjutnya ayah dan bunda harus membantu mereka untuk mengamalkan ilmunya dengan berbagai uslub (cara) dan wasilah (sarana) yang sesuai dengan potensi tumbuh kembangnya.

A. Aktivitas fisik

Orang tua harus selalu mengarahkan orientasi hidup anak adalah untuk akhirat sehingga semua aktivitasnya selalu dalam bingkai ketaatan.

Diriwayatkan dari jabir bin abdullah dari sayidina Ali Ra : 

أخوف ما أخاف على أمتي:  اتباع الهوى و طول الأمل. فأما اتباع الهوى فيصد عن الحق وأما طول الأمل فينسى الآخرة 

yang paling aku takutkan atas umatku ialah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. adapun mengikuti hawa nafsu dia akan menghalangi dari kebenaran sedangkan panjang angan-angan akan melalaikan dari Akhirat ( Ar risalah al qusyairiyah hal 188 DKI Beirut)

begitu juga Hujjatul islam imam Al Ghazali rahimahullah mengingatkan bahwasanya : 

فالأهم ما يبقى أبد الآباد و عند ذلك تصير الدنيا منزلا و البدن مركبا والعمال سعيا إلى مقصد، ولا مصقد إلا لقاء الله ففيه النعيم كله

Ilmu yang paling utama ialah ilmu akhirat yang akan membuat pemiliknya kekal abadi selamanya. pada saat itu dunia hanya menjadi persinggahannya saja, badannya hanyalah kendaraannya dan seluruh aktivitasnya dijadikan usaha untuk meraih tujuan akhiratnya. tiadalah tujuannya melainkan pertemuan kepada Allah Ta'ala semata didalamnya semuanya adalah kenikmatan.... (Ihya ulumiddin hal 53 Darul alamiah 2014)

B. Aktivitas hati

Orang tua tidaklah maksum (terbebas dari salah & keliru) begitu pula anak-anak kita mereka bukanlah "Robot". maka Kita hendaknya membiasakan diri dan membantu anak untuk senantiasa muhasabah diri agar mereka juga terbiasa membersihkan berbagai penyakit Hati serta mengobati Luka batinnya

عظ نفسك فإن اتعظت فعظ الناس إلا فاستح من أن تعظ الناس

Nasehatilah dirimu.  jika engkau telah bisa menerima nasehat dari dirimu sendiri maka nasehatilah manusia. Namun bila tidak maka malulah engkau padaku (Allah) saat menasehati orang lain (Ar risalah al qusairiyah hal 251 DKI Beirut)

B. Riyadhoh

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku (nabi saw) niscaya Allâh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Qs ali Imran 3:31] 

Penerapan konsepsi Islam pada anak (Ta'dib) yang telah tersimpan didalam benaknya secara praktis dilakukan melalui pelatihan & pembiasaan (Riyadhoh) serta keteladanan (Qudwah) dari kedua Orangtuanya, keluarga serta komunitasnya 

A. Ta'dib

Pertama, Ta'dib iman

Tadabbur Al-Qu'ran & As sunnah Serta mengkaji berbagai Ulumul Syar'i merupakan manhaj Islam dalam menuntun anak & keluarga kejalan hidayah, membangun kesadaran mereka yang Benar, yang menjadi Pangkal dari segala kebaikan dan pondasi semua kemuliaan.

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ

ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Qs al Baqarah 2:152)

Membangun kesadaran anak untuk selalu bersama Allah SWT  (Idrak silah billah)

Kedua, Ta'dib akhlak 

أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebaikan, sedang kamu sendiri melalaikannya..? padahal kamu membaca Al Kitab. Maka tidakkah kamu berpikir...? (Qs al Baqarah 2:44)

Ta'dib akhlak dilakukan dengan memberikan Contoh (mir'ah) dan keteladanan (Qudwah) dalam adab dan ketaatan bagi anak adalah sarana efektif dalam pembentukan kepribadian anak. lalu memupuknya dengan kesabaran dan kasih sayang serta merawatnya dengan muroja'ah, ibadah dan dakwah sambil terus menyempurnakan kepribadian mereka dengan kebaikan adabnya serta menghiasinya dengan kemuliaan akhlak.

Ketiga, Ta'dib Taqwa

Ketaatan pada Syariat Merupakan kunci ketaqwaan. Dengan demikian Orangtua harus terus berupaya menciptakan atmosfer ketaqwaan keluarga serta lingkungan pertemanan dan komunitas atau circlenya yang islami 

Diriwayatkan dari Anas ra Nabi saw bersabda : 

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai (HR Bukhari)

Bahkan Imam hawazin Al Qusyairi Rahimahullah menjelaskan :

اصحبوا مع الله، فإن لم تطيقوا فاصبحوا مع من يصحب مع الله،  لتوصلكم بركات صحبتهم الى صحبة الله عزّ و جلّ

Selalulah engkau bersama dengan Allah, jika belum mampu maka bersahabatlah engkau bersama orang yang selalu bersama Allah, agar dengan keberkahan persahabatanmu kepada mereka membuatmu juga bersama allah azza wa jalla (Ar risalah al Qusairiyah hal 329 DKI Beirut)

B. Istiqomah 

Buah dari tarbiyatul aulad ialah ketaqwaan keluarga. Sehingga Orang tua harus senantiasa menghadirkan suasana keilmuan, keimanan dan ketaatan dalam rumah tangganya Sebab Kepribadian islami itu tumbuh dari berbagai ketaatan yang diaplikasikan dalam kehidupan.

Selanjutnya output Ta'dib harus menumbuhkan kecintaan anak kepada Rabbnya sehingga ia akan menjaga Allah selalu didalam hati & pikirannya yakni merasakan Allah selalu bersamanya (muroqobah)

 اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ  تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

Jagalah Allah (dihati dan pikiranmu) maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya Allah akan bersamamu (HR Tirmidzi)

C. Parenting islami (islamic parenting

islam menjadikan rumah tangga muslim sebagai madrosatul ula sehingga ta'lim wa ta'alum dimulai sejak dini oleh kedua orangtuanya. dari sini parenting islami tidak hanya berfokus pada proses pengasuhan dan pendidikan anak semata tapi proses membangun keluarga Dakwah mulai dari merawat ketaqwaan anak, keluarga, masyarakat hingga negara sebab hakikatnya ilmu bagi seorang Muslim itu untuk diamalkan dan didakwahkan. Sebagaimana firman Allah SWT : 

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Qs an Nahl 16:125)

Rabu, 01 Mei 2024

istiqomah dijalan dakwah

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata : Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri ? (Qs Fushshilat 41:33)

Menjaga keistiqomahan

keberlangsungan perjalanan peradaban islam ditentukan oleh dakwah. dimana aktivitas perbuatan manusia sejatinya terdiri dari dua bagian mendasar yakni aktivitas fisik atau lahir (af 'alul jawarih) dan aktivitas hati atau batin (af 'alul Qolbi). dimana Allah SWT memerintahkan setiap hambanya untuk senantiasa istiqomah lahir dan batin.

Allah azza wa jalla berfirman :

فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

maka Istiqomalah kamu sebagaimana yang telah diperintahkan. dan siapa saja yang telah bertaubat bersamamu maka janganlah kalian melampaui batas. sesungguhnya dia maha melihat terhadap apa saja yang kamu lakukan (Qs Huud 11:112)

Baik istiqomah dalam amalan jawarih ( bil arkan atau badaniyah) seperti sholat, sedekah, tilawah, muthola'ah, dakwah maupun istiqomah dalam amalan Qolbu (batin) seperti merawat keimanan, keikhlasan, kesabaran, Wara', Zuhud, kebersihan hati dari berbagai penyakit bakhil (kikir), tamak, wahn dll. karena hakikatnya taqwa ialah taat secara kaffah dzahiran wa bathinan pada seluruh Syariat Allah SWT.

Imam badrudin ibnu jamaah Rahimahullah mengingatkan para ahli ilmu hendaknya : 

أن يُطهرَ باطنه و ظاهره من الأخلاق الرديّة و يُعمّرَه بالأخلاق المرضيّة

mensucikan (membersihkan) bathin dan dzhahir (lahir) dari akhlak yang buruk serta menghiasinya dengan akhlak (adab) yang disenangi (terpuji) [Tadzkirotus saami' wa mutakalim hal 106 Dar 'alamiah]

sebab terkadang lemah atau minimnya gerak dakwah itu bukan disebabkan oleh kesibukan, kekurangan materi (financial) maupun tsaqofah para pengembannya melainkan disebabkan kelemahan hatinya dalam memprioritaskan dakwah sebagai Al Qhodiyah al mashiriyah (Persoalan paling Utama) dan Aulawiyah (prioritas) dalam kehidupannya. 

Dakwah berjamaah

Nabi saw mengingatkan para pengemban dakwah yang telah Allah titipkan ilmu kepada mereka : 

إن العلماء ورثة الأنبياء، و إنّ لم يورّثوا دينارا ولا درهما، إنما ورّثوا العلمَ

Sesungguhnya ulama itu Pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan dinar (emas) dan tidak pula dirham (perak). tiada lain mereka hanya mewariskan ilmu... (HR Abu dawud & tirmidzi)

Dakwah merupakan jalan kemuliaan para Nabi. para pengemban dakwah adalah orang-orang yang menapaki jalan kemuliaan Nabinya saw yang akan menjadikannya wasilah untuk mendapatkan Asy syafa'at al'uzma Rasulullah saw. dengan demikian  mengharuskan dirinya meneladani Nabi saw yang menjadikan dakwah sebagai poros hidupnya. akan tetapi meskipun demikian Rasulullah saw sebagai seorang hamba pilihan yang ma'shum (terpelihara dari berbuat dosa) serta diijabah doa-doanya namun nabi saw tetap berdakwah bersama jamaah yakni kutlah sahabat Radhiyallahu anhum

Al allamah imam Taqiyuddin an nabhani Rahimahullah menjelaskan : 

أما كون قيام الحزب كان استجابةً لقوله تعالى: ولْتَكم منكم أمةٌ يدْعُون الى الخير

فلأن اللهَ سبحانه قد أَمَرَ المسلمين في هذه الآية أن تكون منهم جماعةٌ مُتَكَتَّلَةٌ.... 

Adapun keberadaan hizb adalah jawaban dari firman Allah Subhanahu wa ta'ala : 

"dan hendaklah ada diantara kalian umat yang menyeru kepeda kebaikan (islam)". 

maka oleh karena itu Allah SWT telah memerintahkan kaum muslimin pada ayat ini untuk menjadikan diantara mereka satu kelompok jamaah... 

ويجب أن تكون هذه الجماعة المتكتلة حزبا سياسيا. وهذا آتٍ من ناحية أن الآية طلبتْ مت المسلمين أن يقيموا منهم جماعةً، ومن ناحية تحديد عمل هذه الجماعة بأنه الدعوة إلى الإسلام،  و الأمر بالمعروف و النهىي عن المنكر

Wajib menjadikan satu kelompok jamaah sebagai hizb siyasi.  ini datang dari aspek bahwasanya Ayat ini menuntut diantara kaum muslimin mendirikan jamaah. dari sisi pembatasan aktivitas dakwah kepada islam,  menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari kemungkaran [Ta'rif Hizb at-tahrir hal 5-6]

Dakwah siyasiyah

Pasca keputusan Mahkamah konstitusi (MK) senin, 22 April lalu terhadap Sengketa Pilpres 2024 (https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=20216&menu=2). Rakyat indonesia kembali lagi dan lagi dibuat sedih dan kecewa wa bil khusus umat islam yang terlanjur menaruh harapan perubahan didalam pilpres lalu dimana kita saksikan realitas kecurangan yang begitu Terstruktur, Sistematis dan Massif ( TSM ) ini semakin menunjukkan betapa rusaknya demokrasi dan jauhnya rasa keadilan. 

Begitu pula pembantaian dan genosida kaum Muslimin digaza dan rafah yang sangat biadab dan memilukan...

disinilah urgensinya dakwah siyasi untuk mengembalikan kesadaran umat kepada arah perjuangan politik islam yang benar yang telah dicontohkan oleh Nabi saw. dimana para pengemban dakwah harus menuntun umat untuk meneladani marhalah (tahapan) dakwah nabi saw secara kaffah yang akan menghindarkan umat ini dari di'ayah (propaganda), tadhlil siyasi (Penyesatan politik), kejenuhan dan keputus asaan yang melahirkan mental oportunis didalam benak mereka seperti adigium atau prinsip yang sangat pragmatis "Maju tak gentar membela yang bayar" bahkan standar hidupnya untung dan rugi. misalnya mau berdakwah jika menguntungkan atau tidak merugikan waktunya.

Imam ibnul Qoyyim al jauzi mengingatkan bahaya pragmatisme yang melahirkan berbagai kompromistis, kelalaian, kemaksiatan bahkan pengingkaran : 

أن يحذر مغالطة نفسه له على هذه الأسباب. هذا من أهم الأمور. فإن العبد يعرف أن المعصية والغفلة من الأسباب المضرة له في دنياه وآخرته

hendaknya ia Waspada dari kekeliruan diri atas sebab-sebab ini (maksiat dan kelalaiannya) ini merupakan bagian perkara-perkara yang paling penting bahwasanya seorang hamba menyadari bahwa maksiat dan kelalaiannya diantara sebab-sebab yang memudhoratkan baginya baik didunia maupun akhiratnya [Ad da' wa dawa' hal 17 Dar 'alamiah]

oleh karena itu para pengemban dakwah hendaknya senantiasa membekali dirinya dan umat dengan tsaqofah hizbiyah juga  dilengkapi dengan membekali ulumul Roqoiq yakni ilmu-ilmu yang dapat melembutkan hati seperti kitab-kitab tazkiyatun nufus (mensucikan jiwa) atau tashfiyatul qulub (membersihkan hati) yang dapat meningkatkan adab dan nafsiyah para pengemban dakwah dan umat ini.

khatimah

Melanjutkan kehidupan islam merupakan 'Azhomul wajibah (kewajiban yang paling agung) dimana Perubahan islami yang hakiki (Taghyirul inqilaby) akan terjadi melalui jalan umat. maka saatnya kita para pengemban dakwah bergandengan tangan memikul amanah dakwah bersama terjun ditengah-tengah umat (dukhulul mujtama') menjemput Nashrullah Pertolongan Allah Subhanahu wa ta'ala.