Senin, 24 Juni 2024

Mengenal Aqidah Salafush sholeh

إن العقيدة هي أساس الدين

Sesungguhnya Aqidah Merupakan dasar didalam beragama [Syarah Aqidah thohawiyah Hal 12 Ibda' 2014 Mesir]

Sedangkan Tauhid adalah dasar keimanan yang menjadi pondasi keislaman. Adapun ketelitian & kehati-hatian merupakan kunci keselamatan dalam beraqidah dan beribadah.

Syaikh Sholeh bin fauzan Rahimahullah menjelaskan : 

والعقيدة عمل قلبي ، و هي إيمان القلب بالشيء و تصديقه به

Aqidah Merupakan Aktivitas (Amalan) Hati ia adalah keyakinan didalam Hati terhadap sesuatu dan membenarkan terhadapnya 

والعقيدة شرعا هي إيمان بالله وملائكته و كتبه و رسله و اليوم الآخر، و الإيمان بالقدر خير و شره،  وتسمى هذه أركان الإيمان

Aqidah secara syar'i ialah iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitabNya, para Rasul, hari Akhir dan beriman dengan Taqdir baik & burukNya. ia dinamakan juga Rukun iman (Aqidah Tauhid hal 9 Darul 'alamiah 2017)

Adapun Manhaj (Thoriqoh) Salaf dalam isbat Aqidah yang shahih dibangun berdasarkan dalil Aqli & Naqli dengan hujjah yang Qoth'i atau pasti.

Al allamah Imam Taqiyuddin annabhani Rahimahullah mendefinisikan :

العقيدة الإسلامية هي الإيمان بالله و ملائكته وكتبه و رسله و اليوم الآخر و بالقضاء و قدر خيرهما وشرّهما من الله تعالى. 

Aqidah islamiyah adalah iman terhadap Allah, Para malaikat,  kitab, Rasul, hari akhir, dan beriman terhadap Al Qodho wal Qodar baik dan buruk keduanya dari Allah Ta'ala.

 و معنى الإيمان هو تصديق الجازم المطابق للواقع عن دليل. لأنه إذا كان التصديق عن غير دليل لا يكون إيمانا

Sedangkan makna Iman ia adalah pembenaran secara pasti yang sesuai dengan fakta dan berdasarkan dalil. sebab Apabila ada Pembenaran atau keyakinan yang diperoleh tanpa dalil maka ia tidak bisa menjadi keimanan.

 وجود الدليل على كل ما يطلب الإيمان به حتى يكون الصديق به إيمانا. فوجود الدليل شرط أساسي في وجود الإيمان 

Keberadaan dalil atas setiap perkara yang menuntut keimanan terhadapnya sampai menjadikannya pembenaran atas sesuatu yang diimani. maka adanya dalil merupakan syarat mendasar bagi adanya keimanan [Asy Syakhsiyah Al islamiyah juz 1 Hal 30 Darul ummah 2003]

Dari sini keimanan tidak boleh disandarkan pada asumsi dan sangkaan (wahm) juga tidak boleh diserahkan pada perasaan manusia semata (wijdan) maupun ditetapkan Berdasarkan Premis-premis mantiq filsafat. namun i'tiqod (keyakinan) islam haruslah lahir dari dalil Aqli (Tafakkur) dan dalil Naqli (Tadabbur) melalui proses berpikir Tasyri'i tentang ayat-ayat Qauniyah secara logis & rasional dalam pembuktian keberadaan atau eksistensi Pencipta, Rasul dan Al Qur'an yang disebut tafakkur sebagaimana Nabiyullah Ibrahim alaihis Salam. serta mengkaji ayat-ayat Qauliyah atau Nash-nash syar'i yang terkandung didalam Al Qu'ran dan As sunnah yang disebut Tadabbur Berdasarkan Qowaid atau kaidah-kaidah Syar'iyah.

Meskipun demikian tak dapat dipungkiri adanya mazhab-mazhab didalam memahami furu' (cabang) Aqidah Sebab tidak semua kaum Muslimin mampu menjadi mujtahid untuk berijtihad langsung dari Al-Qur'an Al Kareem dan As Sunnah an nabawi. Seperti Sunni (Aswaja), Syiah, Mu'tazilah, Wahabi dll.

Namun saat ini sangat disayangkan  terdapat firqoh salafi wahabi yang sering kali menebar kebencian dan permusuhan melalui syubhat-syubhat Pemikirannya untuk menyerang dan memecah belah kaum Muslimin agar mengikuti ijtihad mazhabnya.

Allah azza wa jalla berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan Adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat pada ketaqwaan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs Al Ma'idah 5:8)

Misalnya tuduhan bahwasanya Asya'iroh menyimpulkan kalamullah itu makhluq. Padahal Al-Qur'an Merupakan kalamullah yang redaksi dan maknanya berasal dari Allah SWT. Adapun Taqsim (pembagian) kalamullah kepada lafdzi dan nafsi adalah bentuk ketelitian dan kehati-hatian ulama ushul ahlus Sunnah wal jama'ah sebagai Tafriq (perincian) dari imam Asy'ari didalam Al ibanah 'an ushulid diniyah agar kaum muslimin terhindar dari tadhlil (penyesatan) & takfir (mengkafirkan) ahlul iman atas fitnah khulqul Qur'an yang dilakukan mu'tazilah. Sebagaimana penjelasan Al arif billah An nawawi al bantani As syafi'i al asa'iroh rahimahullah :

أن تؤمن بكتبه معنى الإيمان بالكتاب التصديق بأنها كلام الله المنزل على رسله عليهم الصلاة و السلام

Engkau beriman terhadap kitab-kitabNya. makna iman terhadap kitabNya adalah membenarkan bahwasanya ia Merupakan Kalamullah yang diturunkan atas para RasulNya alaihim sholatu wa salam (Kasyifatus saja fii syarhi Safinatin najah hal 33 Darul 'alamiah 2018)

Begitu pula Sebagaimana yang dijelaskan Al imam al hafizh almuhaddits ibnu hajar al haitsami as syafi'i Rahimahullah didalam kitabnya fathul mubin : 

[وكتبه] بأنها تعالى كلام الله الأزلي القديم، القائم بذاته. المنزه عن الحرف  و الصوت، و بأنه تعالى أنزلها على بعض رسله بألفاظ حادثة في ألواح أو على لسان الملك وبأن كل ما تضمنته حق و صدق

Beriman terhadap kitab-kitabNya. bahwasanya kitab-kitabNya itu merupakan Kalamullah yang azali lagi qodim yang berdiri sendiri dan disucikan dari huruf dan suara yang baharu (huduts). dimana Allah menurunkan Kalamullah pada sebagian Rasul-RasulNya dengan lafadz yang beragam yang baharu (hadits) dalam ketetapannya atau melalui lisan malaikat bahwa segala sesuatu yang terkandung didalamnya adalah kebenaran lagi terpercaya (Majmu syuruh arba'in hal 146 Markaz ibnu jauzi 2022)

Namun berbeda dengan taqsim Trinitas Aqidah wahabi yang Merupakan bid'ah tauhid yang tak pernah dilakukan Nabi Saw dan para sahabat radhiyallahu anhum serta menyelisihi salafush sholeh yang dapat mengeluarkan kaum muslimin dari keimanannya jika tidak disikapi dengan teliti, adil dan penuh kehati-hatian. wa naudzubillah

Al allamah Al muhaddits Sayid Alwi al maliki al hasani mengingatkan : 

لا يجوز التكفير بارتكاب المعاصي مع الإيمان و الإقرار بالشهادتين

Tidak boleh mengkafirkan (Takfir) Pelaku maksiat yang masih beriman dan menetapkan syahadat didalam dirinya. 

dari Anas Ra Nabi Saw bersabda : 

ثلاث من أصل الإيمان : الكفّ عمَن قال: لا إله إلا اللّٰه؛ لا نُكفّره بذنب ولا نخرجه عن الإسلام بالعمل

Tiga pilar keimanan : menahan diri dari mengkafirkan (takfiir) orang yang mengimani kalimat tauhid Laa ilaha illa Allah karena dosanya dan tidak boleh kita mengeluarkan orang dari islam karena amalnya

لذلك نُحذّر كلَ التحذير من المجازفة بالتكفير

Oleh karena itu kita harus benar-benar Mewaspadai dengan penuh kehati-hatian dari setiap bahaya Takfiri atau mengkafirkan (kaum Muslimin) (Mafahim yajibu an tushoha 82-83 t.t Haiah shofwah al malikiyah)

Aqidah Salafush sholeh bukanlah Doktrin Bid'ah Tauhid trinitas 

Sebenarnya bila mau jujur akan Kita temukan kepalsuan klaim dusta doktrin Aqidah trinitas wahabi ini yang dinisbatkan kepada salafush sholeh. Karena Doktrin Bid'ah ini baru disusun dan dikembangkan oleh Syaikh Muhammad bin abdul wahab at tamimi Wafat 1792. Doktrin ini sama sekali tidak ada dalil-dalil Syar'i yang membagi-bagi Tauhid juga tak pernah diajarkan Nabi Saw dan dicontohkan para sahabat Radhiyallahu anhum. Namun Sayangnya doktrin Aqidah trinitas ini justru dijadikan senjata untuk "membegal" Aswaja dan menyerang umat islam dengan memaksakan syubhat-syubhat asumsi (auham)  pemikirannya.

Allahu al muwafiq, inilah akibat klaim kebenaran tanpa kejujuran, kehati-hatian dan keadilan sehingga menjerumuskan pengikutnya pada fanatik buta dalam bertaqlid. padahal ibnu taimiyah Wafat 1328 M dan Syaikh M abdul wahab 1792 M itu adalah ulama kholaf bukanlah ulama salafush sholeh.

Khotimah, kita memang harus memurnikan Aqidah dan ibadah dengan teliti dan selektif namun kita juga harus bersikap Hati - Hati, adil dan bijaksana tidak boleh membabi buta "memerangi" saudara muslim kita yang berbeda pandangan dalam perkara ikhtilaf atau khilafiyah ijtihad meskipun kita juga  harus berlepas diri dalam setiap penyimpangan (inhirof). Waallahu a'lam

Mewaspadai doktrin Neo khowarij :

1. Selalu merasa paling Benar dan mengaku paling salaf tapi meninggalkan Qowaid syar'iyah dan Ushul fiqih dalam memahami Al Qu'ran dan As sunnah

2. Ceroboh & Gampang menyalahkan dengan menjadikan doktrin Aqidahnya sebagai "senjata" untuk menyesatkan (Tadhlil) dan mengkafirkan (Takfiri) saudaranya seiman yang berbeda pandangan dengannya 

3. Rajin membid'ahkan amaliyahnya saudaranya dengan syubhat-syubhat Pemikirannya

4. Gemar menuduh ahli Bid'ah dan ahli syubhat dengan siapapun yang berbeda ijtihad dengan firqoh (kelompok)nya

5. Mengaku Manhaj salafush sholeh tapi meninggalkan Ushuluddin dan Ushul fiqih salafush sholeh dengan membuat mazhab  Aqidah baru 

6. Membegal Aqidah salafush sholeh kepada ulama kholaf ibnul taimiyah dan Muhammad bin Abdul wahab dengan Bid'ah Tauhid trinitas

7. Eklusif, Anti perbedaan dan anti ta'wil dalam Memahami dalil-dalil Syar'i serta tidak mau berlaku Adil dan Tasamuh (berlapang Hati ) dalam menyikapi perbedaan (ikhtilaf)

8. Membegal Islam wa bil khusus Manhaj ahlus Sunnah wal jama'ah (ASWAJA) melalui propaganda kajian Sunnah dan konten dakwahnya dengan Tahrif (penyelewengan) Ushuluddin melalui ta'liqot (komentar Syarah & hasyiah kitab) serta "membelokkan" kandungan isi dan pandangan kitab-kitab mu'tabar melalui syuruh & taqrirot kutub Turost muktabaroh yang menjadi literasi Islam

9. Fokus menyerang amaliyahnya umat Islam secara keji, tak bermoral dan tak beradab tapi bisu, buta & tuli bahkan membiarkan perampasan masjidil Aqsho dan pembantaian (genosida) Z!onis laknatullah terhadap saudaranya diPalestina

10. Memahami al-Qur'an & Assunnah secara tekstual (mantuq) dan menggali hukum Syara' tanpa Ushul fiqh

11.  Mengaku (mengklaim) ahlus Sunnah wal jamaah tapi manhaj Aqidahnya zhahiriyah dan mujassimah yang tasybih & tafdhil dalam beristidlal.

Rasulullah ﷺ bersabda : 

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

 "Seorang muslim itu adalah jika manusia lainnya selamat dari kejahatan lisan dan tangannya, adapun muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang-orang yang menjauhi apa yang Allah larang." (HR Imam Ahmad)

Tidak ada komentar: