Minggu, 24 Maret 2024

Menjaga keistiqomahan

Allah azza wa jalla berfirman :

فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

maka Istiqomalah kamu sebagaimana yang telah diperintahkan. dan siapa saja yang telah bertaubat bersamamu maka janganlah kalian melampaui batas. sesungguhnya dia maha melihat terhadap apa saja yang kamu lakukan (Qs Huud 11:112)

Sahabat beriman, berazam (komitmen) pada kebenaran serta konsisten didalam ketaatan memang membutuhkan kesabaran, perjuangan bahkan pengorbanan yang besar. itulah yang menjadikan Istiqomah merupakan maqom (kedudukan)nya orang-orang yang bertakwa. bahkan Nabi saw menjelaskan bahwasanya istiqomah ialah amalan pamungkas sepanjang masa

عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ 
 Wahai Rasulullah, katakan kepadaku tentang Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan lagi kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: aku beriman kepada Allah, kemudian istiqomahlah (HR Muslim) 

الإستقامة خير من ألف الكرامة
istiqomah itu lebih baik dari 1000 karomah

Cara meningkatkan keistiqomahan

Sahabat beriman, istiqomah itu haruslah diperjuangkan karena kemalasan, kepentingan, ambisi dan hawa nafsu terkadang
bisa menjadi penghalang dalam ketaatan dan keistiqomahan seorang hamba.

Sahabat Nabi saw sayidina Ali bin abi tholib ra berkata : 
أخاف عليكم اثنين : اتباع الهوى، وطول الأمل. فإن إتباع الهوى يصد عن الحق و طول الأمل ينسي الآخرة 
Aku khawatir atas kalian 2 perkara : mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. sebab sesungguhnya menuruti nafsu akan memalingkan dari kebenaran sedangkan Panjang angan-angan (Over thinking) akan melalaikan dari Akhirat 
( Adabud dunia wad dien hal 18 darul 'alamiah )

1. Berorientasi akhirat

Orang yang memahami hakikat dirinya sebagai seorang hamba serta menyadari tujuan kehidupannya yang sebenarnya adalah untuk beribadah pastilah akan mengerahkan seluruh potensinya dalam ketaatan. sehingga ia akan terus belajar dan beramal sholeh sampai akhir hayat (hidupnya). Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah (Qs adz Dzaariyaat 51:56)

2. Tadabbur Al-Qur'an & Siroh nabawi

كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا۟ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Ini adalah kitab yang Kami turunkan dia (Al-Qur'an) kepadamu penuh dengan keberkahan supaya mereka mentadabburi (memperhatikan & mengkaji) ayat-ayatNya serta agar orang berakal dapat bertafakkur (merenungi dan berfikir) mengambil pelajaran darinya (Qs Shaad 38: 29)

Memperbanyak mentadabburi (mengkaji, menghayati dan meresapi) makna Ayat-ayat Al-Qur'an akan menguatkan hati, pikiran dan keimanan. begitu pula mengkaji perjalanan hidup Nabi saw kita akan menemukan banyak pelajaran dan keteladanan agung.

وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَ ۚ وَجَآءَكَ فِى هَٰذِهِ ٱلْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan kami kisahkan (ceritakan) semua dari rasul-rasul Kami kepadamu. kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan  telah datang dari kisah-kisah itu kebenaran, pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman (Qs Huud 11:120)

3. Mengkaji biografi sahabat dan para ulama

Menelaah pahit manisnya kehidupan para sahabat nabi. ketegaran, kesabaran dan keikhlasan mereka serta menelusuri perjalanan keilmuan dan dakwah para ulama yang penuh hikmah, pelajaran, kebijaksanaan dan inspirasi akan membangkitkan optimisme kita dalam melatih (riyadhoh) keistiqomahan.

4. Meningkatkan muhasabah diri dan Tazakkur 

Selain berupaya menyempurnakan ibadah wajib dengan berbagai amalan sunnah, istiqomah bisa ditingkatkan dengan memperbanyak muhasabah ( intropeksi & perenungan diri ) serta Tazakkur (zikir dan doa).

Sahabat beriman, diantara keutamaan dari memperbanyak  berzikir dan berdoa ialah dapat menyatukan khouf dan roja'. sebab bila pengharapan (roja') tanpa rasa takut (khouf) hanya akan membuat seorang hamba bermalas-malasan dan terjebak dengan angan-angannya belaka ia tertipu dalam penantiannya tanpa mau bersungguh-sungguh dalam berikhtiar. 

sedangkan muhasabah diri akan menumbuhkan kesadaran diri yang benar antara khouf dan roja' Serta memupuk semangat dalam beramal. Dan bila ia terus disirami dengan samudera pengetahuan (ilmu syar'i) maka ia akan meneguhkan keyakinan hati serta menguatkan rasa Qona'ah didalam jiwa.

5. Bersama ulama dan ahli adab

Rasulullah saw bersabda :

لا تجتمع أمتي على ضلالة

Tidaklah akan berkumpul umatku diatas kesesatan (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Berkumpul bersama ahli ilmu yang Zuhud (tidak tamak) terhadap dunia, tawadhu' (rendah hati), wara' (teliti dan hati-hati) yang senantiasa menjaga ilmu & adabnya. akan menjadi inspirasi dan motivasi dari mutiara-mutiara hikmah yang ia sampaikan serta keteladanannya.

اصحبوا مع الله، فإن لم تطيقوا فاصبحوا مع من يصحب مع الله،  لتوصلكم بركات صحبتهم الى صحبة الله عزّ و جلّ

selalulah engkau bersama dengan Allah, jika belum mampu maka bersahabatlah engkau bersama orang yang selalu bersama Allah, agar dengan keberkahan persahabatanmu kepada mereka membuatmu juga bersama allah azza wa jalla (Ar risalah al Qusairiyah hal 329 DKI Beirut)

6. Menelaah kitab roqoiq (tazkiyatun nafs)

Para ulama rabbani telah mengumpulkan penawar atau obat dari berbagai penyakit hati didalam kitab-kitab tazkiyatun nafs (mensucikan jiwa) dan tashfiyatul qulub (membersihkan hati) seperti kitab Tanbihul Ghofilin imam Nashr bin Muhammad samarqondi (373H), kitab Ar risalah al Qushairiyah imam abul qosim abdul kareem bin hawazin (465H), kitab Ad da'u wa dawa', kitab madarijus salikin karya imam ibnul qoyim al jauzi (691H) dll dapat mengobati berbagai penyakit batin, melembutkan jiwa (roqoiq), meninggikan adab (akhlakul karimah), membersihkan hati (shofy) dan menjernihkan pikiran (naqy) .

7. Tafakkur dan tadabbur

Meluangkan waktu untuk mutholaah (mengkaji), murojaah (mengulang ilmu) Tafakkur (merenungi ayat-ayat qauniyah) dan Tadabbur (merenungi ayat-ayat qauliyah) adalah faktor terpenting dalam mengkristalkan Pemahaman, memperdalam hikmah dan kebijaksanaan seorang hamba yang akan menguatkan idrak silah billah (kesadaran hubunganya dengan Allah Ta'ala) yang akan menghantarkannya pada keistiqomahan

8. Dakwah

Sahabat beriman, dakwah adalah ibadah yang paling agung. dakwah merupakan sarana efektif untuk melatih keistiqomahan sebab ia akan menuntut kita untuk lebih bersabar dan meneguhkan keikhlasan hati.

inilah rahasia kemuliaan dan keistimewaan ulul azmi dari para nabi lainnya yakni keistiqomahan mereka dalam berdakwah menanggung berbagai kesulitan dan Penderitaan yang begitu besar dijalan dakwah menghadapi penolakan, pengingkaran serta berbagai kedzaliman umatnya

9. Riyadhoh

Nabi Saw bersabda :

 مَا الْإِحْسَانُ ؟ قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Apa itu ihsan ?

engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya. jika engkau tidak bisa melihatnya maka (ketahuilah) sesungguhnya Allah melihatmu (HR bukhari & Muslim)

Pelaut handal tak terlahir dari lautan yang tenang. badai dan marabahayalah yang menempanya. begitu pula seorang salik yakni orang yang menempuh jalan ketaatan kepada RabbNya. Ujian dan cobaanlah yang akan menghantarkannya pada ketaqwaan yang hakiki.

Sahabat beriman, ketahuilah istiqomah itu proses yang harus terus dilatih bukan kebetulan apalagi sebuah keberuntungan. maka Cintailah ibadah dan dakwahmu karena semua perkerjaan yang dilakukan dengan rasa cinta dan ketaatan yang tulus akan bermakna dan berpengaruh kepada jiwa yang ikhlas meskipun itu berat dan melelahkan.

10. Muhasabah dan muroqobah 

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :

ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian (Qs an Nisa 4:1) 

Bila semua resep diatas telah diamalkan namun belum juga dapat meningkatkan keistiqomahan maka kita perlu melakukan muhasabah atau evaluasi diri lebih jauh dan mendalam, mungkin terdapat dosa atau presepsi-presepsi (pemahaman) yang salah dan keliru yang mengotori keimanan dan merusak mental & jiwa Kita. seperti Penyakit-penyakit hati, cinta dunia, hawa nafsu dan keserakahan yang dapat menghalangi dari ketaatan bahkan bisa menjerumuskan pada kelalaian, kemaksiatan dan dosa.

setelah melakukan muhasabah diri hendaklah kita muroqobah (mawas diri) bahwasanya Allah Subhanahu wa ta'ala senantiasa mengawasi dan membalas semua perbuatan hambaNya. 

وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ رَّقِيبًا

Allah adalah Tuhan yang maha mengawasi atas segala sesuatu (Qs al Ahzab 33:52)

Sahabat beriman, menjaga dan mempertahankan keistiqomahan itu memang sulit dan berat dimana akhir perjalanannya ialah kematian yaitu husnul khotimah. disinilah kita harus bersama-sama dan berjamaah saling menguatkan dan melengkapi agar tetap Istiqomah sampai akhir hayat...

Yakinlah bahwasanya tak ada yang sia-sia disisiNya dari semua yang kita perbuat meskipun mungkin itu harus dilalui dengan berbagai kesulitan dan dibayar dengan kepahitan serta banyaknya pengorbanan.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. (Qs ali Imran 3:102) 

Sabtu, 09 Maret 2024

Pendidikan islami anak

Tarbiyatul aulad al islamiyah

ialah Pendidikan anak secara islami. ia merupakan amanah terpenting yang Allah titip & berikan kepada kedua orangtua selain nafkah lahir berupa makan, minum, kesehatan dan kebutuhan materi juga nafkah batin berupa kasih sayang, bimbingan (irsyad), pengayoman dan keteladanan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (Qs at Tahrim 66:6)

Imam As syaukani ra menjelaskan dalam Tafsir nya : 

بفعل ما أمركم به و ترك ما نهاكم عنه و [أهليكم] بأمرهم بطاعة الله و نهيهم عن معاصيه

Dengan mengerjakan apa saja yang telah diperintahkan terhadapnya serta  meninggalkan apa yang dilarangnya. [keluarga kalian] maksudnya memelihara keluarga terhadap urusan mereka dengan ketaatan kepada Allah SWT serta melarang mereka dari kemaksiatan (Tafsir fathul Qodir juz 5/302 Darul hadits Cairo 2007)

Adapun imam Al Alusi ra didalam Tafsirnya menukil hadits Nabi Saw : 

يا رسول الله نقى أنفسنا فكيف لنا بأهلينا ؟ فقال تنهوهن عما نهاكم الله عنه و تأمرونهن بما أمركم الله به فيكون ذلك وقاية بينهنّ و بين النار

Wahai Rasul Saw bagaimana cara kami  memelihara (menjaga) diri kami dan keluarga kami (dari azab api neraka) ? bersabda Nabi saw : Cegahlah mereka dari Apa saja yang telah Allah larang atas kalian darinya dan perintahkan mereka dengan apa-apa yang diperintahkan Allah terhadap kalian dengannya maka jadikanlah itu sebagai perisai (pelindung) diantara mereka dan api neraka (Tafsir Ruhul ma'ani juz 14/469 Darul hadits Mesir 2005)

Bahkan imam ibnu katsir ra menjadikan Ayat yang mulia ini sebagai pondasi  Tarbiyatul Aulad melalui Ta'lim dan Ta'dib didalam Keluarga muslim. 

يقول الحافظ ابن كثير :  أدبوهم و علموهم 

('Umdatut tafsir juz 3/484 Darul wafa Mesir 2014)

kepribadian islami terbentuk dari Aqliyah dan Nafsiyah

Aqliyah ( mindset ) Islami terbentuk dari pemahaman islami yang didapati atau terimanya sehingga menjadi ma'lumatus sabiqoh (database informasi) yang akan menjadi konsepsi berfikirnya atau Qoidah fikriyah baik berupa Aqidah, Fiqih dan Tsaqofah islami lainnya yang dijadikan sebagai Platform berpikir dan cara pandangnya atau Qiyadah fikriyah islami (Islamic worldview).

Adapun Nafsiyah Islami Merupakan ekspresi prilaku adab dan akhlak seseorang. baik Aktivitas fisik (af 'alul jawarih) maupun aktivitas hati (ahwalul Qolbi) yang terpaut dengan keimanan & terikat dengan hukum syara' yang senantiasa berjalan sesuai tuntunan Syariah.

Penanaman nilai-nilai syar'i (islami) merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan pendidikan anak. Ia dimulai dari pemberian input informasi yang islami melalui Ta'lim atau pembelajaran intensif serta pembinaan diri anak dengan Ta'dib yakni penerapan hasil pembelajaran intensifnya (Ta'lim) Berdasarkan Potensi anak dan sesuai perkembangannya yang berbasis kasih sayang serta keteladanan dalam membentuk kepribadian islami anak. Sebab Prinsip mendasar Islam ilmu itu dipelajari untuk diamalkan. Hujjatul Islam Imam AlGhazali menjelaskan:

أهل رضوان الله تعالى و فضلهم عند الله لعملهم بعلمهم

Orang yang diridhoi Allah Ta'ala dan keutamaan mereka disisi Allah itu disebabkan pengamalan mereka terhadap ilmunya (Ihya ulumiddin hal 37 Darul 'Alamiah 2014)

Diantara kesalahan yang sering terjadi :

Nabi ﷺ bersabda :

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُشْرِكَانِهِ

"Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu & bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi atau Nasrani maupun Musyrik.(HR Ahmad)

Kesalahan Pola asuh Orangtua akan mengakibatkan anak tumbuh diluar fitrahnya seperti menjadi pribadi yang manja, malas (mager), individualis dll misalnya yang merupakan dampak dari pembiaran atau selalu menuruti setiap keinginan anak dengan dalih kasihan sehingga menempatkan rasa sayang secara berlebihan atau salah. 

1. Penerapan peraturan yang terlampau ketat dan keras sehingga menghambat tumbuh kembang anak secara alami (fitrah) sehingga ketaatan yang terlahir dari kekerasan hanyalah bentuk keterpaksaan bukan kerelaan yang tumbuh dari kesadaran yang benar.

2. Memberikan kebebasan yang berlebihan juga akan membuat anak kehilangan batasan diri (self control) bahkan terjerumus pada perilaku salah dan merusak.

3. Pengabaian faktor lingkungan tumbuh kembang anak baik Pertemanannya, komunitasnya (circle) baik interaksi offline maupun online serta rutinitas anak.

4. Anak-anak yang tumbuh dalam rumah yang "gersang" dari perhatian dan rasa kepedulian serta besar dalam keluarga yang "kering" dari kasih sayang maka mereka akan mencari ketenangan kebahagiaan dan rasa nyaman diluar rumah dan keluarganya.

Solusinya Orang tua harus selalu meningkatkan perhatian (ihtimam) dan kepeduliannya terhadap keluarganya (riayatul usroh). Sambil terus membangunan kesadaran diri anak dengan mindset yang islami serta menghadirkan suasana rumah yang menyenangkan jauh dari kejenuhan yang membosankan dengan mengiringi kelembutan dengan ketegasan bukan kekerasan, menaunginya dengan ketulusan kasih sayang, kesabaran dan keteladanan.

Pola pendidikan islami anak :

وإن أحدا لم يولد عالما و إنما العلم بالتعلُم
Sesungguhnya seseorang tidak terlahir dalam keadaan berilmu ('Alim). Sungguh  ilmu itu hanya didapat dengan belajar
(Ihya ulumiddin hal 27 Darul 'alamiah 2014)

Al-Qur'an, As sunnah & Turost (literasi islami) adalah sumber informasi dan inspirasi konsep pendidikan Islam dalam membentuk kepribadian anak yang islami. disinilah peranan orangtua untuk senantiasa mengembangkan berbagai uslub (cara) dan sarana (wasilah) pendidikan keluarganya. 

1. Ta'lim

A. Ushuluddin 

فأول الواجبات هو المعرفة و وسيلة تحصيلها النظر فهو واجب أيضا

Permulaan berbagai kewajiban ialah Ma'rifat (mengenal Allah) sedangkan mengkajinya adalah sarana yang menghantarkan pada ma'rifat juga Merupakan kewajiban (Aqidah ahlis sunnah wal jamaah hal 19 Darun nashr 2014)

Pada Fase awal pertumbuhan anak pembelajaran dimulai dari mengenalkan eksistensi Pencipta (khaliq), tujuan kehidupannya (Ghoyah) serta menanamkan Prinsip-prinsip dasar & utama didalam islam seperti kitab Arba'in nawawiyah dll.

B. Aqidah 

Mengenalkan konsepsi Tauhid sebagai pondasi keimanan yang menjadi sumber energi ketaatannya. Sebab Tauhid & amal Merupakan muqtadhoyatul Aqidah atau ekspresi dari keimanan seorang hamba. Seperti kitab jalaul afham syarhul Aqidatul awam dll.

الإسلام يكوّن الشخصية الإسلامية بالعقيدة الإسلامية. فبها تتكوّن عقليته وبها نفسها تتكوّن نفسيّته

Islam membentuk kepribadian islami berdasarkan Aqidah islam. maka dengan Aqidah itulah terbentuk aqliyahnya dan dengan Aqidah itu pula nafsiyah dirinya terbentuk (Asy Syakhshiyah al islamiyah juz 1 hal 17 Darul ummah 2003)

Pada tahapan ini orang tua atau gurunya mulai menuntun anaknya untuk Memahami hakikat kehidupan dan tujuan hidupnya dengan mengajak mereka untuk mengurai Uqdatul kubro yaitu simpul besar kehidupan sesuai kadar akalnya.

أول الهداية خاطر ثم إنه تفكّرَ يوما في حال نفسه و خطّر على باله

Permulaan hidayah adalah perenungan. kemudian ia serius bertafakkur pada suatu waktu tentang keadaan dirinya. lalu ia merenungkan terhadap Apa yang ada didalam benaknya (Ayyuhal walad Hal 35 Darul minhaj 2014)

Bahkan DR. Abdullah Nashih 'Ulwan menjelaskan : 

Berpijak pada Pengarahan dari Al Qu'ran dan hadits kaum muslimin pada masa kenabian dan periode setelahnya sangat bersemangat dalam mempelajari ilmu pengetahuan (sains). mereka menganggap bahwa mempelajari semua ilmu yang bermanfaat termasuk suatu kewajiban (Tarbiyatul Aulad fil islam hal 202 Insan kamil 2020)

C. Adab

الأخلاق تكتسب بالرياضة و المجاهدة أبتداء حتى تصير طبعا انتهاء

Akhlak (adab) itu diperoleh dengan melatihnya (pembiasaan) dan keseriusan (kesungguhan) saat memulainya sehingga menjadi kebiasaan (habits) pada akhirnya (Muqoddimah Akhlak libanin juz 4 hal 4)

Akhlak ialah cermin kepribadian yang di ekspresikan baik dengan lisan, tulisan dan perbuatan

Dari sini orang tua hendaknya senantiasa memperkaya pola Ta'dib melalui berbagai improvisasi dan kreativitas dalam pengajarannya (uslub) yang memungkinkan serta mengembangkan beragam sarana dan media (wasail) pembelajaran anak. Seperti Kitab-kitab adab :

A. Akhlak lil banin 1 - 4 & Akhlaq lil banat 1 - 3

B. Siroh Nabawi

C. Hayatus shohabah

Orang tua Juga harus terus berupaya menciptakan berbagai moment menarik serta selalu mengkondisikan anak dalam suasana keimanan dan ketaatan

D. Fiqih

Syariat islam yang sempurna terhimpun didalam kitab-kitab fiqih sebagai tuntunan praktis kita dalam beramal. Dengan kata lain Fiqih adalah Cara praktis Memahami dan mengamalkan Syariat.

فكل من كُلّف شرعا وجبا # عليه أن  يعرف ما قد وجبا

Setiap orang yang telah ditaklif (baligh) secara Syar'i diharuskan baginya mengetahui apa saja yang telah diwajibkan atasnya (Tuhfatul murid 'ala Jauharit tauhid bait ke-9 hal 15 Darus salamah Mesir)

2. Ta'dib

Ta'lim Merupakan fase pembelajaran teoritis maka pada  fase ta'dib pendidikan dilakukan secara aktif dan eksploratif (menggali & mengembangkan potensi) dalam menanamkan Visi (ghoyah) dan Values atau nilai-nilai Prinsip keislaman (Maqoshidusy Syariah) pada anak diantaranya melalui : 

1. Story telling yang dapat memupuk keimanan, ketaatan, sifat-sifat terpuji dan adab mulia dalam Penanaman karakter (nafsiyah) anak

2. Kreativitas islami berbasis Maqhosidusy Syariah

3. Tadabbur Al Qu'ran & hadits dan Tafakkur sains islami

4. Menumbuhkan Kemandirian dan Rasa tanggung jawab anak dengan Raghbah atau Targhib (motivasi) & Rohbah atau Tarhib (Sanksi) baik dampaknya didunia maupun akhirat sebagai akibat (konsekuensi) dari perbuatannya : 

فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَوَهَبْنَا لَهُۥ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُۥ زَوْجَهُۥٓ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا خَٰشِعِينَ

Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan anak kepada Yahya sehingga isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap (Rogbah) dan cemas (Rohbah). Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami (Qs al Anbiyaa' 21:90)

5. Sharing & muhasabah bersama 

Bahkan Al allamah syaikh musthofa al adawy menyarankan kepada para Orangtua : 

Mintalah orang lain untuk menasehati anak-anak anda. dengan demikian si anak akan memiliki banyak tempat mendapat  nasehat dan kebaikan. jika ia tidak menerima dari yang ini, mungkin ia akan menerima dari yang itu. bila orang tuanya lalai dalam memberikan nasehat maka yang lain akan menyempurnakannya (Fikih Pendidikan anak hal 264 Qisthi press 2011)

3. Ma'iyah

Membangun kesamaan persepsi & frekuensi antara suami dan istri, anak dan orang tuanya Merupakan kunci keberhasilan pembinaan (tasqif) rumah tangga. Perbedaan pandangan antara istri dan suami atau orang tua dengan anaknya akan menjadi sumber polemik bahkan konflik serius dalam mendidik serta membangun rumah tangga yang harmonis. maka menyamakan Visi, persepsi dan frekuensi keluarga adalah keharusan mutlak yang harus terus dilakukan hingga menjadi standar nilai kebenaran bersama (true value)

Membersamai anak adalah momentum yang tak tergantikan dalam tumbuh kembang kehidupan seorang anak. Kebersamaan Merupakan jalinan kehangatan & ikatan kasih sayang seorang anak terhadap ayah dan bundanya. dimana pembentukan kepribadian anak merupakan cerminan kehidupan kedua orang tuanya sebelum ia terkontaminasi (tercemar) oleh lingkungan, pergaulan dan internet (Hp). 

A. Tasqif  melalui Taujih (arahan) & irsyad (bimbingan)

B. Taqwin Membina dengan apresiasi dan pengkondisian melalui Rewards (hadiah) & punishment (sanksi)

C. Mulazamah merupakan proses Membersamai anak dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan keteladanan dalam membentuk Circle (komunitas) & habits (kebiasaan) islami anak. Pembentukan kepribadian ini (Ta'dib) sangatlah dinamis & beragam sesuai Potensi, sarana dan kondisinya. Keberhasilannya sangat ditentukan dari kegigihan dan kesungguhan orangtuanya untuk selalu mengkondisikan anaknya agar berada pada circle & habits yang islami.

4.  Qudwah 

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Amatlah besar kebencian Allah terhadap kalian Orang-Orang yang mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan (Qs Ash Shaff 61:3)

Kegagalan pendidikan anak seringkali terjadi dari minimnya keteladanan Orangtua (integritas). Disinilah peran utama Orangtua harus mampu menjadi inspirator ketaatan dan motivator kebaikan bagi anak-anaknya. Dengan kata lain ayah Dan bundanya harus menjadi Rule model atau teladan dalam ketaqwaan pada keluarganya. Sebab bila seorang anak melihat berbagai prilaku buruk orang tuanya, itu akan menjadi Contoh yang membentuk kepribadiannya. 

Seperti buruknya pola komunikasi dan sering terjadinya interaksi keluarga yang tidak harmonis atau broken home didalam rumah tangga, Maka Hal itu akan menjadi cerminan buruk bagi perkembangan kepribadian anak. disinilah Pentingnya keteladanan yang baik (Qudwah) dalam membentuk kepribadian anak.

Juga Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dan perenungan orang tua dalam mendidik dan merawat anak-anaknya bahwasanya secara alami fitrah kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya kelak dihari tua itu sebagaimana kasih sayang orang tuanya kepada anaknya dimasa kecilnya dahulu. Ini sebagaimana firman Allah Tabaraka wa ta'ala : 

وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah merawat (mendidik) aku diwaktu kecil(Qs al Israa' 17:24)

Selasa, 05 Maret 2024

Adil menyikapi perbedaan

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلْنَا مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلْقِسْطِ ۖ 

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan Timbangan (keadilan) agar manusia dapat berbuat dengan Adil (Qs al Hadiid 57:25)

Kebenaran islam berdiri diatas keadilan bukan kepentingan apapun dan siapapun sehingga siapa saja yang mempelajarinya dengan Jujur dan lengkap atau utuh akan menemukan bahwasanya Syariat Islam  begitu adil dan manusiawi bukan sekedar informasi dan pengetahuan semata tetapi merupakan Tuntunan, Standar dan Solusi kehidupan manusia.

Namun ada pertanyaan yang sering Kali muncul kenapa Tuhannya satu, AlQur'annya satu dan hadistnya pun juga satu dari Nabi muhammad Saw tetapi mengapa bisa terjadi perbedaan didalam islam...? 

Islam bersumber dari Allah SWT Rabb yang maha benar lagi maha sempurna namun kita makhluknya hanyalah manusia yang tidaklah sempurna bahkan terbatas jangkauannya dalam memahami hakikat segala sesuatu sehingga sangat dimungkinkan terjadinya perbedaan interpretasi (penafsiran) dan ijtihad (penggalian hukum syariah) yang beragam baik disebabkan khilaful aula (meninggalkan yang lebih utama), salah dalam memahami waqi' (fakta) yang menjadi manathul hukmi (Objek hukum) atau tidak tepat dalam beristidlal (menerapkan dalil atas fakta) juga disebabkan perbedaan bangunan ushul fiqih dan Qowaid syar'iyah yang meniscayakan terjadinya Perbedaan. 

Diantara Sebab-sebab terjadinya perbedaan (ikhtilaf) :

1. Pahmul waqoiq (Pemahaman terhadap fakta)

Terkadang perbedaan itu berawal dari perbedaan dalam mendeskripsikan fakta (waqi') secara benar dan utuh yang muncul dari perbedaan input informasi, pendekatan (metodologi) dan sudut pandang (worldview) sehingga menghasilkan manathul hukmi (objek hukum) yang beragam atas suatu realitas yang sama

2. Pahmun nushus (Pemahaman terhadap dalil)

Persoalan berikutnya ialah perbedaan dalam Memahami dalil serta penetapan wajhul istidlal dari keragaman sumber hukum islam (mashodirul ahkam) juga menjadi faktor utama dengan berbagai kategorisasi, tingkatan serta tinjauannya. Dari sini bila kita menemukan tidak ada nash atau dalil yang terlihat lebih kuat dari pada yang lainnya ini disebut sebagai al-ta’âdul.

sebenarnya Al-Ta’âdul ini tidak akan terjadi pada dalil-dalil yang bersifat qath’iy (Pasti). Sebab, tidak akan terjadi pertentangan di antara beberapa nash atau dalil yang qhath’i. Juga tidak akan terjadi antara dalil yang qhath’i dengan dalil yang zhanniy. Sebab, yang qhath’i harus didahulukan terhadap yanag zhanniy. Begitu juga al-ta’âdul ini tidak akan terjadi antar dalil-dalil yang zhanniy dilihat dari sisi fakta pensyari’atan (al-wâqi’ al tasyrî’i)

3. Perbedaan ushul al Qowaid as syar'iyyah

Ushul fiqh merupakan kumpulan kaedah-kaedah syar'iyyah untuk mengistimbat (menetapkan) hukum syara' dari dalil-dalil syar'i terhadap Fakta atau perbuatan.

Maka langkah awal dalam proses ijtihad ialah melakukan Tahqiqul manath (mendeskripsikan fakta secara benar dan utuh) serta melakukan tahqiqul adillah (Pengkajian Nash-Nash syar'i yang berkaitan dengan manathul hukmi yang tepat).

Adapun khilafiyah (perbedaan) yang muncul  dari tsaqofah (nilai-nilai & cara pandang) diluar islam  bukanlah termasuk ikhtilaf (Perbedaan) melainkan inhirof (Penyimpangan) yang harus ditinggalkan

4. At tarjih bainal adillatihat 

Selanjutnya untuk mendapatkan hukum syara' yang Rajih (lebih kuat) disaat terjadinya pertentangan diantara dalil-dalil syara' dimana terdapat sebagian dalil yang lebih kuat dari yang lainnya, maka kasus seperti ini disebut al-tarjîh. Yaitu menguatkan salah satu diantara dua dalil terhadap yang lainnya agar bisa diamalkan. Secara bahasa,  al-tarjîh berarti mencondongkan (al-tamyîl) dan mengalahkan (al-taghlîb).

Al-Tarjîh hanya ada pada dalil-dalil yang zhanniy. Tidak bisa terjadi dalam dalil-dalil yang qhath’i, karena tidak akan terjadi pertentangan di antara dali-dalil yang qhathiy.

1. Mengkompromikan Dalil yang Kelihatan Bertentangan (al-Jam’ bayn al-Adillah)

Mekanisme awal yang harus ditempuh ialah mengkompromikan di antara berberapa dalil yang kelihatannya bertentangan (al-jam’ bayn al-adillah) yakni dengan mengamalkan kedua dalil (yang kelihatannya bertentangan). Apabila hal itu memungkinkan, maka itulah asalnya (yang harus di ambil). Jika tidak memungkinkan maka baru kita berpegang kepada al-tarjîh, karena mengamalkan kedua dalil yang bertentangan lebih utama daripada meninggalkannya

2.  Apabila Rasulullah saw menyampaikan suatu perkataan, kemudian melakukan suatu pekerjaan yang bertentangan dengan perkataannya. Maka pekerjaan itu khusus bagi beliau saw, sedangkan perkataannya merupakan penjelasan bagi kita umatnya. 

Contohnya: Hukum ta'adud (Poligami) menikah lebih dari 4 orang istri sekaligus hanya berlaku bagi beliau saw dan haram bagi umatnya. sebab Allah azza wa jalla berfirman :

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا۟ فِى ٱلْيَتَٰمَىٰ فَٱنكِحُوا۟ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ مَثْنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ فَوَٰحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَلَّا تَعُولُوا۟

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(Qs An Nisa 4:3) 

Al-Muhkam adalah induk bagi al-Mutasyâbih

 Allah SWT berfirman:

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آَيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ

Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihat (QS Ali Imran [3]: 7)

Dari ayat yang mulia ini lahirlah kaidah ushul fiqh "apabila terdapat dua ayat yang satu muhkam dan satunya lagi mutasyabih maka yang mutasyabih harus ditafsirkan dengan yang muhkam".

(Lihat At taisir fii ushuli at tafsiir hal 30-39)

contoh lain misalnya Penentuan awal dan akhir Ramadhan Hukum yang paling Rajih ialah Ru'yat Global yang harus diikuti sebagaimana kesepakatan jumhur ulama meskipun demikian kita tidak diperkenankan untuk mencela ijtihad berdasarkan mathla' ( tempat munculnya hilal). namun sayangnya penetapan yang terjadi saat ini lebih berdasarkan tapal batas Nasionalisme (wilayatul hukmi) bahkan berdasarkan kepentingan / keputusan Politis atau egosentris Penguasa atas sentimen kebangsaannya maka ini bukanlah Ketetapan syar'i yang wajib diikuti misalnya seperti Samarinda diKaltim dengan serawak malaysia dan berunei darussalam yang berada pada satu mathla' yang sama di pulau kalimatan tapi terkadang menetapkan 1 Ramadhan dan 1 Syawal yang berbeda-beda mengikuti keputusan negaranya masing-masing bukan berdasarkan mathla' yang meliputinya.

Syaikh Abdurrahman al-Jaziri w. 1941 M rahimahullah menjelaskan:

إذا ثبت رؤية الهلال بقطر من الأقطار وجب الصوم على سائر الأقطار، لا فرق بين القريب من جهة الثبوت والبعيد إذا بلغهم من طريق موجب للصوم. ولا عبرة باختلاف مطلع الهلال مطلقاً، عند ثلاثة من الأئمة؛ وخالف الشافعية: إذا ثبتت رؤية الهلال في جهة وجب على أهل الجهة القريبة منها من كل ناحية أن يصوموا بناء على هذا للثبوت، والقرب يحصل باتحاد المطلع، بأن يكون بينهما أقل من أربعة وعشرين فرسخاً تحديداً، أما أهل الجهة البعيدة، فلا يجب عليهم الصوم بهذه الرؤية لاختلاف المطلع

Apabila rukyat hilal telah terbukti disalah satu negeri, maka negeri yang lain wajib juga berpuasa. Dari segi pembuktiannya tidak ada perbedaan lagi antara negeri yang dekat dengan yang jauh apabila informasi rukyat hilal itu memang telah sampai kepada mereka dengan cara terpercaya yang mewajibkan puasa.

Tidak diperhatikan lagi di sini adanya perbedaan mathla’ hilal secara mutlak. Demikianlah pendapat tiga imam madzhab (Abu Hanifah, Malik, Ahmad). Para pengikut mazhab Syafi’i berpendapat lain: Apabila rukyat hilal di suatu daerah telah terbukti, maka atas dasar pembuktian ini, penduduk yang terdekat di sekitar daerah tersebut wajib berpuasa.

Ukuran kedekatan di antara dua daerah dihitung menurut kesamaan mathla’, yaitu jarak keduanya kurang dari 24 farsakh. Adapun penduduk daerah yang jauh, maka mereka tidak wajib berpuasa dengan rukyat ini, karena terdapat perbedaan mathla’. ( Al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhib al-Arba’ah, hal 298 Darul 'alamiyah )

Bersikap adil dan bijaksana

Dengan memahami hakikat perbedaan sudah semestinya kita bersikap hati-hati, teliti, adil dan bijaksana. Tidak memukul rata (generalisir) apalagi saling menyalahkan, membenci bahkan bermusuhan dalam menyikapi perbedaan (khilafiyah) pada ruang ijtihad yang beragam. 

Al Qodhi Taqiyuddin rahimahullah mengingatkan kita : 

لا يصح أن يقول حملة الدعوة عن فهمهم،  أن هذا هو رأي الإسلام،  بل عليهم أن يقولوا عن رأيهم، إن هذا رأي إسلامي

Tidak dibenarkan bagi seorang Pengemban dakwah (da'i) mengatakan atas pemahamannya ini adalah pendapat islam tapi hendaklah mereka mengatakan atas pendapatnya ini adalah pendapat yang islami. (Mafahim hizb at-tahrir Hal 28 )

Bahkan Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : 

وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُواۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada ketakwaan (Qs al Maidah 5 : 8)