Senin, 03 Februari 2025

Menghindari jeratan setan

يقول ﷺ: دع ما يريبك إلى ما لا يريبك

Rasulullah saw bersabda : 

Tinggalkanlah apa saja yang meragukanmu menuju apa yang tidak meragukanmu [HR Tirmidzi]

Melepaskan diri dari perangkap nafsu dan bebas dari tipu daya Setan yang menghancurkan Hati dan Akhirat adalah kemenangan yang besar. Mengapa ...?

"Mati terbunuh musuh dalam jihad adalah Syahid dan Surga sedangkan mati terbunuh (terjerumus) Nafsu adalah maksiat dan neraka" 

Inilah diantara hikmah mengapa Nabi saw sampai kabar bahwa melawan nafsu termasuk jihad terbesar (akbar) karena Setan juga tidak pernah berhenti menyesatkan manusia. Sejak Nabi Adam diciptakan, ia bersumpah untuk menjerumuskan anak cucunya ke dalam kehancuran. Tipu dayanya sangat halus, sering kali tidak terasa, bahkan terlihat indah di mata manusia. Namun, jika kita tidak waspada, hati kita bisa menjadi gelap, dan akhirat kita bisa hancur.

1. Jebakan Menuju Kesesatan Terbesar

Kufur adalah puncak keberhasilan setan. Ia ingin manusia berpaling dari Allah, hidup tanpa iman, tanpa harapan akan rahmat-Nya. Orang yang kufur hidup dalam kegelapan, meskipun memiliki dunia, hatinya tetap kosong. Di akhirat, mereka akan menyesali segalanya, tetapi terlambat.

Allah berfirman:

"Dan jika kamu melihat orang-orang zalim dihadapkan kepada Rabb mereka, sebagian mereka berbalik kepada sebagian (yang lain), seraya berkata: ‘Seandainya bukan karena kalian, tentu kami menjadi orang-orang yang beriman!’" (QS. Saba’: 31)

Bayangkan betapa mengerikannya jika di akhirat kita baru sadar bahwa hidup kita di dunia hanya jebakan setan yang menipu!

2. Hidup dalam Kemaksiatan yang Membinasakan

Setan tidak selalu langsung menggoda manusia untuk kufur. Ia sering kali memulai dengan membuat mereka terbiasa dengan dosa-dosa kecil. Lama-kelamaan, dosa itu menjadi kebiasaan, lalu menjadi gaya hidup.

Seorang fasik bisa merasa bahwa kemaksiatannya adalah hal biasa, bahkan membanggakannya. Jika hati sudah keras, tangisan pun sulit keluar saat mengingat dosa, dan rasa takut kepada Allah mulai menghilang.

Padahal, Allah mengingatkan:

"Kemudian, setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi..." (QS. Al-Baqarah: 74)

Betapa mengerikan jika hati kita mati tanpa sempat bertaubat!

3. Menyakiti Hati Sendiri dan orang lain

" Paradoks muslim yang meninggalkan tazkiyatun nafs (tasawuf) terlihat ahli ibadah tapi busuk hatinya dan tamak terhadap ddunia "

Setan senang melihat manusia saling menyakiti. Ia meniupkan kebencian, amarah, dan dengki agar manusia menzalimi sesama. Ia membisikkan bahwa kezaliman adalah kekuatan, padahal kezaliman adalah jalan kehancuran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat." (HR. Muslim)

Orang yang zalim mungkin bisa berkuasa di dunia, tetapi di akhirat ia akan menangis darah. Karena Setiap tangisan orang yang dizaliminya akan menjadi saksi di hadapan Allah.

4. Malas Mematikan Cahaya Hati

Setan membuat manusia mencintai kemalasan. Penyakit malas Belajar dan Ibadah sehingga manusia terbelenggu dalam kebodohan dan kelalaiannya. Misalnya ketika adzan berkumandang, ia membisikkan, “Nanti saja.” Ketika ingin membaca Al-Qur’an, ia membuat kita sibuk dengan hal lain. Jika ini terus berulang, akhirnya hati menjadi jauh dari Allah. 

Padahal, ibadah adalah cahaya. Jika kita malas beribadah, hati kita akan gelap. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Perbedaan antara orang yang berdzikir dengan yang tidak, seperti orang hidup dan mati" (HR. Bukhari)

Jika hati sudah mati, apalagi yang bisa kita harapkan...?

" Ujian orang bodoh kemalasan, ujian orang berilmu keikhlasan sedang ujian orang yang tertipu sombong dengan kebodohannya "

5. Sibuk Dunia, Lalai Akhirat: Terbuai dengan Fatamorgana

Setan membuat dunia tampak indah, seolah-olah inilah tujuan hidup. Banyak orang sibuk bekerja, mencari harta, membangun karier, hingga lupa bahwa ada akhirat yang kekal.

Allah mengingatkan:

"Dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al-Hadid: 20)

Berapa banyak orang yang baru sadar di akhir hayatnya bahwa semua yang mereka kejar hanyalah fatamorgana? Namun, saat itu, waktu sudah habis.

6. Menghancurkan Amal sholeh

Setan tidak hanya menggoda orang yang lalai, tetapi juga orang yang beribadah. Ia membisikkan riya, agar amal ibadah tidak untuk Allah, tetapi untuk pujian manusia.

Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari & Muslim)

Betapa menyedihkan jika di akhirat kita melihat shalat, puasa, dan sedekah kita tidak bernilai di sisi Allah, karena semuanya bukan untuk-Nya!

7. Menyembah Diri Sendiri

Setan sangat suka membuat manusia merasa dirinya hebat. Ia membisikkan, “Kamu lebih baik dari mereka. Ilmumu lebih tinggi. Amalmu lebih banyak.” Padahal, inilah dosa Iblis saat ia menolak bersujud kepada Adam.

Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Luqman: 18)

Orang yang sombong mungkin merasa tinggi di dunia, tetapi di akhirat ia akan dipermalukan. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat seperti semut kecil yang diinjak-injak manusia." (HR. Tirmidzi)

8. Sombong dan Meremehkan Manusia: Jalan Menuju Kehancuran

Merasa diri lebih baik dari orang lain adalah tipu daya setan yang halus. Ia membuat kita memandang rendah orang lain, seolah-olah hanya kita yang benar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidak akan masuk surga seseorang yang di hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi." (HR. Muslim)

Bayangkan, hanya karena merasa lebih baik dari orang lain, kita bisa terhalang dari surga! Bukankah itu kerugian yang sangat besar...?

Kembali kepada Allah Sebelum Terlambat

Setan tidak akan berhenti menyesatkan kita. Satu-satunya cara untuk selamat adalah selalu kembali kepada Allah. Jangan biarkan hati kita dikuasai oleh bisikan setan.

Diantara tanda matinya hati ialah tiadanya kesedihan atas ketaatan yang terluput dari meningkatkannya serta tiada penyesalan atas kemaksiatan dan kelalaian yang telah diperbuat [Syarhu Al Hikam hal 42 AlHaromain]

Allah berfirman:

"Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah." (QS. An-Nisa': 76)

Jika kita bersungguh-sungguh dalam iman dan taqwa, setan tidak akan mampu menyesatkan kita. 

Ya Allah, jangan biarkan kami tertipu oleh setan. Selamatkan kami dari kegelapan dosa dan bimbing kami menuju cahaya-Mu.

Senin, 13 Januari 2025

Allah memuliakan wanita

     Islam menjadikan wanita sholihah sebagai sebaik-baiknya perhiasan dunia. Dimana Allah SWT akan memuliakan wanita muslimah yang senantiasa menjaga lisan, iffah (kehormatan diri) dan adabnya dengan memberikan mereka pahala yang besar, meninggikan kedudukan & mengangkat derajatnya didunia dari ekploitasi fisik manusia dengan ketaatannya. Diantara cara Allah memuliakan wanita didalam syariat adalah :

Kesetaraan (equal) 

Ketika peradaban barat dan masyarakat jahiliyah merendahkan, mengekploitasi dan membunuhi wanita. Islam datang mengangkat harkat dan martabat wanita dari diskriminasi dan penindasan. 

Allah menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam hal keimanan dan amal shalih. Standar kemuliaan mereka adalah ketaqwaannya.

"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga." (QS. An-Nisa: 124)

Melindungi Kehormatan & Martabat Wanita

Syariah mewajibkan hijab dan mengharamkan segala bentuk pelecehan serta fitnah yang merendahkan wanita agar kehormatan perempuan terjaga & terpelihara.

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.'" (QS. Al-Ahzab: 59)

Menjaga lisan & tulisan

Kemudian Islam juga mengajak wanita untuk menjaga lisan mereka dari perkataan yang laghwun (sia-sia), ghibah (gosip) dan fitnah termasuk menjaga lisan & tulisannya diberbagai platform sosial media.

“Tidaklah seorang hamba berbicara dengan sesuatu yang diridhai Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya...” (HR. Bukhari)

Begitu pula wanita yang menjaga kehormatannya (iffah) mereka dijanjikan surga. Sebagaimana Rasulullah saw menyampaikan kabar gembira ini :

“Barang siapa yang dapat menjamin (keselamatan) bagiku antara dua rahangnya (lisan) dan antara dua kakinya (kehormatannya), maka aku akan menjamin surga baginya.” (HR. Bukhari)

Dicintai Allah SWT

Diera sosial media ini seperti tiktok, instagram, facebook dll seorang muslimah  harus dapat menjaga iffah dan adabnya dari mengumbar diri dan mengikuti trend yang tidak syar'i dengan senantiasa mensucikan dirinya sebagaimana yang Allah SWT perintahkan kepadanya :

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang selalu bertobat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222)

Teladan Kebaikan

Diantara kemuliaan wanita yang menjaga lisan, tulisan dan perbuatan (adabnya) Allah akan menjadikannya sebagai contoh dalam kebaikan bagi keluarga dan masyarakatnya untuk mewujudkan generasi yang sholih & shalihah.

“Dan orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. At-Taubah: 71)

Pahala Besar Menjaga Iffah

Wanita yang menjaga izzah (kemuliaan) dirinya dari perilaku yang tidak pantas akan mendapatkan pahala yang besar, sebagaimana Maryam disebut oleh Allah sebagai “wanita yang menjaga kesucian & kehormatannya”.

“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya...” (QS. At-Tahrim: 12)

Memuliakan Peran Sebagai Ibu

Islam mengistimewakan wanita bahkan memberikan kedudukan tinggi bagi seorang ibu. Sebagai Nabi saw menjelaskan kewajiban berbakti seorang anak terhadap orangtuanya :

"Ibumu... ibumu... ibumu, kemudian ayahmu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Perlindungan & jaminan

Dalam Pernikahan Syariah menetapkan mahar sebagai bentuk penghormatan terhadap wanita serta larangan paksaan dalam pernikahan dan jaminan pemenuhan hak nafkah lahir dan batin secara ma'ruf. Termasuk Hak atas Harta dan Warisan.

"Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya." (QS. An-Nisa: 7)

Keadilan & Ketenangan 

Selain mendapat keadilan yang setara dalam Syariat, termasuk hak memberi kesaksian, mengajar dan muamalah serta wajib mendapatkan hak perlindungan & bimbingan (al irsyad) dalam kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Allah SWT juga memberikan ketentraman jiwa bagi wanita yang menjaga adab dan kehormatan dirinya sehingga ia akan merasakan ketenangan dan keberkahan dalam hidup, karena Allah menjanjikan kehidupan yang baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An-Nahl: 97)

Hak Pendidikan

Dalam pakem tradisional wanita hanya ditempatkan pada kasur dan dapur. Tapi Islam mendorong setiap muslim termasuk wanita untuk menuntut ilmu Syar'i.

"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim (laki-laki dan perempuan)." (HR. Ibnu Majah)

كن عالما أو متعلما أو مستمعا أو محبا ولا تكن خامسا فتهلك

Jadilah engkau orang yang berilmu, atau pencari ilmu atau pendengar ilmu atau pecinta ilmu janganlah engkau jadi yang kelima karena engkau akan mati (hatinya) [HR thabrani]

Walhasil, islam benar-benar telah memuliakan wanita. Nah selanjutnya tugas wanita muslimah ialah menghiasi hidupnya dengan ilmu dan senantiasa menjaga lisan, iffah, dan adabnya untuk mendapatkan cinta Rabbnya yang tanpa batas meraih kebaikan hidup didunia serta kebahagiaan yang abadi diakhirat kelak.

Rabu, 08 Januari 2025

Mengenali dan mengembangkan Potensi anak

      قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِۦ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا 

Katakanlah, "masing-masing diantara kami dan kalian beraktivitas sesuai potensinya yakni menurut caranya sendiri-sendiri. Maka Rabb kalian lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya". maka Dia akan memberi pahala kepada orang yang paling benar jalannya [Tafsir Jalalain Qs Al-Isra' 17: 84 hal 290 Maktabah Ash shofa Mesir 2004]

Allah SWT memberikan manusia Thoqoh Al hayawiyah yaitu Potensi alamiah manusia untuk menjalani kehidupan. Allah menjadikan Akal dan Hati pada manusia sebagai Thoqoh hayawiyah tersebut untuk memenuhi berbagai hajatul 'udhowiyah (kebutuhan fisik) dan ghorizah (Naluri) mereka. Lalu Allah SWT menurunkan Islam sebagai Values (Standar nilai) dan Worldview (Cara pandang) bagi akal & Hati manusia dalam menjalani kehidupan mereka. Maka Orangtua penting untuk Mengidentifikasi dan Mengembangkan Potensi Anak mereka untuk dikembangkan Berdasarkan tuntunan Islam.

Mengidentifikasi Potensi Anak

العلم : إدرك الشيء على ما هو عليه إدراكا جازما

Ilmu itu adalah Pengetahuan terhadap sesuatu berdasarkan apa adanya dengan pengetahuan yang pasti [ Syarhu Al ushul min ilmi ushul hal 59 Darul ibnul jauzi Mesir 2007 ]

Mengenali dan memahami Potensi Serta minat bakat anak bukanlah perkara yang instan. Hal ini membutuhkan berbagai pendekatan yang komprehensif dan interval waktu yang panjang. Langkah ini dapat ditempuh dengan beberapa cara :

1. Observasi aktivitas anak dengan memperhatikan kebiasaan anak dalam bermain, berbicara, serta belajar untuk menemukan hal-hal yang membuat mereka tertarik (interest) atau kecenderungan (muyul) yang mereka memiliki.

2. Mengidentifikasi Kekuatan dan Kelemahan anak melalui kemampuan yang anak kuasai dengan mudah dan tantangan atau kendala yang mereka hadapi. Sehingga kita dapat memahami makanah (kemampuan) mereka serta langkah yang tepat untuk mengatasi kelemahan mereka sekaligus melejitkan potensi mereka sesuai tuntunan Syariah dan tantangan zaman.

3. Mengenal Minat anak dengan mencari tahu kecenderungan dan bakat atau multiple intelligence mereka. Misalnya dengan mengamati aktivitas tertentu seperti seni, olahraga, atau Literasi ilmu, sains.

4. Selain memperhatikan berbagai aktivitas mereka. Orangtua perlu melatih kreativitas mereka dan memantau kemajuan keterampilan (skill) Serta perkembangan mental mereka dari waktu kewaktu sehingga terlihat jelas kecenderungan serta talenta mereka.

5. Selanjutnya Orangtua juga harus mampu menggali dari berbagai sumber untuk memahami perkembangan anak secara utuh. Misal interaksi mereka bersama saudara & kerabatnya Serta jaringan pertemanannya. Juga berkonsultasi dengan gurunya atau bahkan psikolog dan ulama muaddib jika menghadapi kesulitan dalam memahami kebutuhan anak.

6. Menggali Potensi fitrah anak juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan Berbagai alat, sarana dan simulasi yang sudah tervalidasi untuk membantu memetakan potensi dan minat bakat anak.

Mengembangkan Potensi Anak

Setelah Orangtua dapat mengenali dan memahami potensi anak. Selanjutnya Orang tua harus membentuk dan mengembangkan Potensi anak sesuai tuntunan Syariat. Dimana Allah azza wa jalla tidak mewajibkan anak-anak kita menjadi pintar karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan potensi kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda pada setiap anak. Namun Allah Ta'ala mewajibkan orangtua untuk menjadikan anak-anak mereka seorang yang bertaqwa (muttaqin) dan bersikap ihsan (muhsinin) diantaranya :

1. Dukung Minat Anak : bila bakat dan talenta anak kita sesuai dengan tuntunan Syariah dan tuntutan zaman maka orangtua harus berupaya memfasilitasi anak untuk berlatih dan mengembangkan talenta yang mereka sukai.

2. Jadilah Role Model: Menunjukkan perilaku Islami dan semangat belajar agar anak terinspirasi Serta termotivasi meniru kebaikan orangtuanya sehingga mereka memiliki kepribadian islami dimana puncak dari kepribadian islam seorang muslim yang malaikat Jibril as ajarkan kepada Rasulullah saw & para sahabat ra ialah ihsan 

3. Ta'limul Islam: Pentingnya orangtua "mengharmonisasi" kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) anak. Agar mereka tidak menjadi Anak-anak yang durhaka. Dimana mereka cerdas secara akademik tapi "miskin" adab (etika). Dukung mereka untuk rajin mengikuti majelis ilmu dan adab sebagai benteng dan rem kehidupan mereka dalam menghadapi dunia yang hedonis dan sekuleristik ini.

4. Mengembangkan skill : Hendaknya Orangtua tidak memaksakan keinginannya tapi Fokus pada penguasaan keterampilan praktis yang ia minati sesuai dengan usia dan kebutuhan skill masa depan mereka selama itu tidak bertentangan dengan Syariah dan melalaikan mereka dari ilmu syar'i dan ketaatan.

5. Mengatasi Kelemahan : Tarbiyatul aulad meniscayakan kesabaran tanpa batas dalam membimbing anak untuk memperbaiki kelemahan mereka. kemudahan sains dan teknologi Serta circle (komunitas) yang baik bisa menjadi alternatif untuk mengatasi kekurangan pada anak.

6. Melatih Kemandirian dengan mendorong anak untuk belajar mandiri, menghargai proses dan bertanggung jawab atas tindakan mereka serta menghindarkan budaya konsumtif (tabsir) dan hedonis (ilmaniyah) pada anak

7. Mengembangkan Empati: Orangtua Hendaknya mengajari anak memahami perasaan orang lain, kepedulian & dakwah melalui kisah-kisah para Nabi, atsar sahabat, keteladanan salafus sholeh dan mutiara-mutiara hikmah ulama. Ini akan membentuk kesehatan Mental sekaligus kecerdasan emosional mereka.

3.  Istiqomah : anak bisa menjadi Aset tabungan amal sholeh tapi juga bisa menjadi aset tabungan amal salah yang menjerumuskan keneraka. Maka orang tua harus terus belajar dan bersabar dalam Proses mendidik anak.

4. Ta'dib akhlakul karimah : langkah terpenting dari proses mendidik ialah ta'dib yaitu membentuk anak menjadi ahli ihsan (muhsinin) yang merupakan buah dari  ketaqwaannya kepada Allah SWT sekaligus menjadi anak sholeh dan sholeha yang berbakti kepada orangtuanya.

۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. dan hendaklah kamu berbuat ihsan (baik) pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya (ahsanul amal). Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (Qs Al Israa' 17:23)